2•Merinding

38 8 6
                                    


"Pulang jam berapa lo tadi malem?" tanya Anna kepada Alva.

"Gatau, ga liat jam." jawab Alva.

"Mau sampe kapan kaya gitu terus?"

Alva hanya diam mendengar pertanyaan Anna. Ia benar-benar bosan mendengangar pertanyaan itu setiap hari. Apalagi pertanyaan itu selalu dilontarkan pada pagi hari, ketika sarapan. Membuat mood Alva hancur.

Beda halnya dengan Anna. Mempunyai adik seperti Alva seperti musibah baginya. Alva tak jarang membuat Anna khawatir, takut, dan rasanya ia ingin sekali membunuh adiknya itu, tapi ia mengurungkan niatnya untuk membunuh karena sayang, Alva ganteng.

🌙🌙🌙

Alva turun dari motornya dan melepas helm dari kepalanya. Ia melihat sekeliling untuk mencari dua temannya itu. Biasanya Angga dan Reza selalu nongkrong di dekat parkiran, tapi pagi ini tidak ada. Alva baru ingat akan hal kedua temannya itu, jika mereka tidak ada di sini, berarti mereka lagi di kelas dan sedang menyontek PR dari anak pintar di kelasnya.

otak punya tapi ga pernah dipake, batin Alva.

Alva memang nakal, banyak tingkah, bawel, dan ditakuti orang-orang. Padahal ia tidak ada melakukan suatu kriminal. Tapi, Alva memang diakui murid yang berprestasi.

Alva jalan menyelusuri lorong sekolah, tujuannya sekarang adalah ke kelasnya. Ia menaiki tangga yang menuju ke lantai dua.

Alva membuka pintu kelas. Angga yang masih menyalin jawaban itu seketika langsung menoleh ke arah Alva. "Lo udah ngerjain tugas?"

Alva tidak menjawab, melainkan hanya mengangguk. Ia segera menaruh tasnya di kursi samping Reza. Angga duduk di depan mereka berdua.

Tiba-tiba ada tiga perempuan masuk dengan heboh, tapi satunya hanya diam saja. Sudah pasti itu teman-temannya Ajeng, siapa lagi kalau bukan Ashira dan Jessy. Mereka memang sering ke kelas XII IPA 1.

Tiga perempuan itu duduk di kursi pojok sebelah kanan. Saat Ashira hendak menduduki kursi kosong sebelah Ajeng, tiba-tiba ada seseorang yang menarik Ashira. Teman-temannya Ashira kaget akan kehadiran Alva.

"Lo jangan duduk disitu." Ucap Alva.

Ashira bingung, ia harus menuruti atau tidak. Ia juga tidak mengerti mengapa laki-laki itu melarangnya duduk di kursi tersebut. "Kenapa?"

"Lagi ada yang duduk di situ juga." Jawab Alva.

Jessy dan Ajeng hanya menyaksikan dengan memasang wajah tidak percaya. Pasalnya sangat jarang seorang Varo Alterio peduli terhadap perempuan. Langka.

Ashira yang mendengar jawaban dari Alva, seketika membulatkan matanya.

"Udah ah, ga usah pada kaget gitu ngeliat gue. Nih, lo duduk di kursi ini aja." Kata Alva sambil mengambil kursi lain. Lalu, ia pergi ke tempat duduknya.

Ashira duduk di kursi yang tadi diambil oleh Alva. Wajah Ashira masih terlihat bingung, begitu pun dengan kedua sahabatnya itu.

🌙🌙🌙

Ashira sedang berdiri di balkon kamarnya. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Ia masih setia dengan posisinya yang sedang menatap bulan berbentuk sabit di langit. Sedikit kecewa karena bukan bulan purnama, tapi ia tetap bersyukur karena malam ini muncul bulan.

Saat melihat bulan, ia jadi merasa tidak sendirian. Ia beranggapan bahwa yang melihat bulan tak hanya dirinya sendiri, masih ada banyak orang di luar sana melihat bulan. Jadi, perasaan Ashira menjadi tenang.

"Lagi ada yang duduk di situ juga."

Mengingat kejadian tadi pagi saat di sekolah, Ashira jadi bertanya-tanya sendiri. Lama-kelamaan Ashira bukan memikirkan hal itu, melainkan memikirkan laki-laki itu.

Alva.

Ah, Ashira tidak mau terlarut dalam lamunannya. Ia lebih memilih untuk tidur saja. Tapi, saat ia hendak menutup pintu balkon, Ashira mendadak merinding. Padahal, ia baik-baik saja dan tidak memikirkan hal yang negatif.

"Kenapa nih?"

🌙🌙🌙

Udah dulu ya❣️

Kira-kira Ashira kenapa ya?

ada yang tau?

Voteeeeeee terus commmmmeeenntttt😁

DopamineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang