6•Creepy

29 7 5
                                    



"Itu siapa lo, Cil?" tanya Alva yang sedang menyetir mobil.

"Ga kenal gue juga."

"Kok tapi dia kenal lo?"

"Tau deh, orang gila kali."

Tiba-tiba mobil Alva berhenti. Ashira bingung mengapa berhenti. "Mau ngapain?" tanya Ashira.

"Udah turun aja. Tenang ga gue apa-apain."

Mereka berdua duduk di sebuh kursi panjang yang menghadap ke danau. Tempatnya sepi, hanya ada lampu-lampu dari arah jalan raya.

"Gue takut, Va."

"Ada gue di sini."

"Oh iya, alesan lo ngajak gue jalan apa?"

"Mau nembak."

"Nembak siapa? Lo bawa senjata?" Ashira semakin takut berada di dekat Alva.

"Bukan nembak itu sayang."

Pipi Ashira memerah ketika Alva menyebutnya dengan panggilan 'sayang'. Untung saja tempat ini tidak terlalu terang, jadi Alva tidak bisa melihat pipi merah Ashira.

"Lo mau jadi pacar gue?"

"Hah? Baru deket sebentar, Va. Gak ah, gak mau!"

'Buset, ditolak mentah-mentah.'

"Ya udah." untuk kesekian kalinya, Alva pasrah mendengar jawaban Ashira. Ia juga mengakui bahwa mereka lumayan dekat baru kemarin-kemarin.

"Lo suka sama gue?" tanya Ashira.

"Enggak."

"Kalo enggak ngapain tadi nembak?"

"Disuruh dia." Alva menunjuk pohon besar.

Alesan aja dah gue biar ga malu-malu amat.

Mengerti maksud Alva, Ashira jadi merinding. "Dia suka sama lo." lanjut Alva.

"PULANG AJA AYOK!"

"Gak! Gapapa, gak usah takut."

"Ya udah, suruh dia pergi dong!" rengek Ashira.

Alva tertawa melihat tingkah Ashira. Kadang galak, kadang baik, kadang bawel juga.

"Dih, kok ketawa sih?!" Ashira berdiri dan meninggalkan Alva yang masih tertawa. Namun, langkah berhenti ketika melewati semak-semak yang tak jauh darinya.

"HIHIHIHIHIHIIII,"

'Yah elah, ngapain ada mbak itu sih!'

Ashira berlari ke arah Alva dan langsung memeluknya. "Eh? Kenapa?" tanya Alva bingung.

Tiba-tiba Ashira menangis dalam pelukan Alva. Tidak peduli jika nanti kemeja Alva akan basah.

"Kenapa, Cil?" tanya Alva sekali lagi.

"Ma-mau pul-lang." ucap Ashira terbata-bata.

"Digangguin ya?" tebak Alva. Ia sudah tau, pasti di tempat sepi seperti ada saja gangguannya. Alva jadi merasa bersalah mengajak perempuan itu ke tempat ini.

Tidak mendapatkan jawaban, Alva berucap lagi. "Ya udah, ayo pulang." Alva mengelus kepala Ashira.

'Kesempatan dalam kesempitan gini nih.' batin Alva.

DopamineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang