Tuan, semenjak senja Tuan tenggelam, haruslah dengan berat hati Saya lalui malam panjang yang kelam. Namun hati ini mampu, tegar.
Malam disaat Tuan putuskan meninggalkan, dingin. Belulang Saya kadang meneriak tak sanggup menahan. Air mata Saya jatuh. Sabar Saya tahan
Sekian lama fajar datang, surya kembali menyapa Saya dengan cahayanya. Kini-pun Saya bahagia. Namun bukanlah Tuan penyebabnya. Kalimat rindu yang menyeruak di hati Saya tidak lagi ada, menjadi abu. Sakit sepanjang malam yang Saya simpan sudah sirna. Kinipun pabila Saya melihat wajah Tuan, mendengar suara Tuan dan petikan gitar yang pernah Tuan ngiangkan, sudah lagi tak apa. Jadi berbahagialah!
Bukan, bukan Saya tidak lagi mempedulikan Tuan, tapi bukankah Tuan telah bahagia dengan pilihan Tuan? Meninggalkan adalah ingin Tuan, bukan? Saya sudah tak apa. Jadi pergilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Pena
PoetryTulisan tangan ini tentang rindu berlandas perasaan, beratapkan lembayung fajar, dengan dinding-dinding rapuh lapuk yang sering patah. Merindulah dengan sabar, akhir cinta akan indah, bersamanya, ataupun bersama cinta yang lain. -Cinta Nurhafidzah...