PM | Prologue

18.8K 2K 72
                                    

Maaf, aku gak kuat kalau harus mendam ide lama-lama. Prosecution malam ini ya!
 

 “Brianne Marlowe!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Brianne Marlowe!”

    Brianne tersentak saat mendengar namanya diteriakkan oleh Nyonya Si Tua Jhonny. Perempuan itu mendesahkan napas lelah. Dia tahu dia akan menjadi sasaran omelan istri pemilik restoran tempatnya bekerja itu—lagi.

    “Yes, Mam?” Brianne berbalik, menunjukkan sikap hormat ala pasukan militer seraya tersenyum dibuat-buat. Dia tidak ingat ia melakukan sesuatu yang salah hari ini, ah... kecuali menumpahkan tong sampah dan mengenai bemper mobil Nyonya cerewet itu dikategorikan ke dalam daftar kesalahan... yes, she is.

    Hannah, istri pemilik restoran, menyipitkan kedua mata bermanik birunya dengan penuh penilaian kepada Brianne. Sekarang, Brianne tahu bukan tong sampah yang tumpah alasan perempuan itu terlihat sangat marah. Sepertinya, lagi-lagi Jhonny, bos Brianne, ketahuan berselingkuh. Dan Hannah sedang mencari-cari jika mungkin wanita selingkuhan suaminya itu adalah salah satu pegawai di sini.

    Brianne memasang wajah tenangnya, dihiasi seulas senyum manis yang kali ini benar-benar tulus. Kemudian, Hannah membuka bibirnya yang dipoles lipstick merah dengan tidak rata itu. “Apa kau bisa bekerja lembur hari ini? Ada seseorang yang memesan seluruh kursi untuk malam ini.”

    Brianne tersenyum lebar. Sekali lagi, ia memperagakan sikap hormat ala pasukan militer. “Yes, Mam!” Ah, bahkan sebelah kakinya juga ikut menghentak ke lantai.

    Hannah berbalik memunggungi Brianne dengan gerakan mulus nan angkuh, seraya mengipasi wajahnya dengan kipas berwarna merah yang dibelinya di Hongkong tahun lalu. Perempuan bertubuh tambun itu lalu melenggang meninggalkan Brianne yang kembali sibuk dengan pekerjaannya; membersihkan meja dari piring-piring kotor bekas makan pelanggan.

    Dari hari Senin sampai hari Kamis, Brianne bekerja di restoran ini. Sementara dari hari Jumat sampai hari Sabtu, perempuan berambut pirang kecokelatan itu akan bekerja sebagai penjual popcorn di Lincoln. Tentu saja paruh waktu, dan secara diam-diam. Tidak sepenuhnya diam-diam karena beberapa temannya mengetahui hal ini, ah—beberapa staf sekolah juga—waktu itu, Brianne terpergok sedang menjual popcorn ke mereka. Untungnya, mereka berbaik hati merahasiakan ‘temuan’ mereka itu karena Brianne tidak pernah membuat masalah. Well, dua popcorn ukuran besar, dan roti cokelat di kafetaria juga ikut membantu menutup rahasia itu rapat-rapat.

    Brianne tidak bisa mengandalkan warisan kedua orangtuanya yang tewas di kecelakaan pesawat. Mereka sudah pergi ke surga sejak ia masih berumur delapan tahun, dan Brianne hanya tinggal bersama mendiang neneknya yang sudah menyusul kedua orangtua Brianne setahun lalu. Membiayai kebutuhan hidup mereka berdua, membayar biaya sekolah Brianne, tentu saja warisan yang tersisa tidak lagi banyak.

Prince and Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang