PM | Chapter 1

12.7K 2.1K 68
                                    


“Nona, Anda baik-baik saja?”

Frank adalah yang pertama dilihat Brianne saat ia membuka mata. Perempuan itu kini sedang terbaring di sofa ruang tengah rumah mungilnya.

“Maaf, saya dan Tobi yang membawa Anda ke mari.” Frank menunjuk pria yang sebaya dengannya. Pria bernama Tobi itu adalah rekan yang dilihat Brianne melalui lubang pintu, sedang berdiri berdampingan bersama Frank sebelum ia pingsan.

Hello, Frank, if it's only your prank with whatever they are—MTV, someone's Youtube, and bla bla bla. Please, just leave me! I'm not into that kind of show even if you pay me or something!

Frank tergagap. Ia harus berulang kali menenangkan dirinya sendiri dengan mengambil dan membuang napas panjang nan dalam sebelum mulai bicara kembali. “Begini, Nona Brianne…” Frank kembali menyodorkan cincin yang sebelum Brianne pingsan, telah ia tunjukkan. “Pertunangan ini telah diatur oleh nenekmu sendiri, Yang Terhormat Nyonya Elizabeth Marlowe. Mendiang nenekmu adalah sahabat baik mendiang Yang Mulia Sharron Westscarlett, nenek dari Pangeran mahkota imperium Domini.”

Brianne berusaha menyimak dengan baik, tapi emosinya menjadi semakin tidak terkendali. Perempuan itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat mengetahui neneknya yang biasa-biasa saja itu ternyata bersahabat dengan nenek seorang Pangeran mahkota.

“Aku tidak tahu bagaimana cara aku bisa mempercayai cerita ini.”

Frank tersenyum, berdiri, lalu menyodorkan tangannya. “Ikutlah dengan kami.”

Brianne lagi-lagi ternganga. “Mendengar ceritamu saja aku tidak percaya, dan kau ingin aku mengikutimu?”

Tobi yang sedari tadi hanya diam, akhirnya mengambil alih tugas Frank. “Dengan segala hormat, Nona Brianne… kami membawa surat yang sengaja ditinggalkan mendiang nenek Anda. Ia telah menyiapkan surat ini, jika ia harus meninggalkan Anda sebelum menyampaikan hal ini secara langsung pada Anda.”

Brianne menatap nanar sepucuk surat yang diberikan Tobi kepadanya. Dengan tangan gemetar, Brianne menerima surat itu. Dia langsung meyakini surat itu benar peninggalan neneknya, saat ia melihat tulisan khas sang nenek.

My dear, Brianne…

Maafkan aku, saat kau membaca surat ini, itu berarti aku sudah tidak ada di dunia yang sempit ini lagi.

Aku tahu, perasaanmu saat ini pasti campur aduk begitu mendengar kabar bahwa aku sudah mengatur perjodohan untukmu.

Tentu saja aku tidak akan memaksamu. Kau boleh berkenalan dahulu dengan calonmu. Dia baik, pintar, dan bertanggung jawab. Aku mengatakan ini, bukan karena aku ingin mempengaruhimu. Aku telah mengenal calon pendamping hidupmu itu sejak ia masih kecil.

Kau tentu masih ingat, ada beberapa waktu di mana aku menghilang begitu saja tanpa memberitahumu ke mana aku pergi.

Sekarang, kau tahu jawabannya.

Aku menemui Nord, menceritakan segala sesuatu tentangmu kepadanya.

Brianne, cucuku tersayang

Aku menyayangimu. Jaga dirimu baik-baik.

Brianne melipat kembali surat yang ia baca, lantas menyodorkan kertas itu kepada Frank. Frank segera memasukkan surat itu ke dalam amplopnya.

“Sepertinya aku tidak memiliki alasan untuk menolak lagi.” Brianne menyeka air matanya dengan kasar. “Aku akan melakukan ini demi menjaga nama baik nenekku.”

***

Menjaga nama baik nenekku, iya… aku ingat aku mengatakan itu dengan lantang. Tapi… DIA?

Brianne menatap sengit pria yang sedang duduk berhadapan dengannya. Jadi, pria yang dijodohkan dengannya, Pangeran mahkota imperium Domini, adalah pria yang sama yang membuatnya dipecat dari pekerjaannya?! Oh! Tuhan benar-benar 'sayang’ pada Brianne!

“Dari semua tempat, kau—ehem—Yang Mulia… memilih restoran tempatku bekerja untuk bertemu denganku?” Brianne melirik ke sudut restoran. Hannah, sedang berdiri di dekat meja kasir sambil melambai 'sok’ dekat kepada Brianne. Brianne pun menyunggingkan senyum sinis.

Nord Westscarlett, Pangeran mahkota imperium Domini, mengikuti arah pandang Brianne ke Hannah. “Aku tidak ingin orang mengenalmu sebagai pelayan. Mantan pelayan—bukan masalah.”

Brianne sama sekali tidak terganggu dengan cara bicara Nord yang dingin dan terkesan tinggi hati. Perempuan itu menanggapinya dengan santai. “Jadi… kau mau mengatakan kalau kau sengaja membuatku dipecat?”

Nord memajukan tubuhnya, menjalin kesepuluh jemarinya di atas meja untuk menopang dagunya sendiri. “Aku memang ingin kau dipecat, tapi… soal yang kemarin benar-benar sebuah kebetulan, Bri.”

“Brianne.”

“Terlalu panjang.*

Brianne mengambil napas dalam. “Baiklah, terserah kau saja.” Perempuan itu mengambil gelas minumannya, lalu meminum isinya dengan cepat. “Nord Westscarlett….”

Nord mengangkat sebelah alisnya begitu mendengar pengucapan Brianne untuk Nord. Saat menyebut huruf o, Nord memelesetkan hurufnya menjadi E. Pengucapannya pun terdengar seperti 'Nerd Westscarlett’.

Brianne berusaha mati-matian menahan rasa ingin tertawanya, akan leluconnya sendiri. “Intinya, aku menerima perjodohan ini—hanya jika—kita menjalani ini seperti yang tertera di surat nenekku… aku ingin kita saling mengenal satu sama lain dulu.” Brianne berani bersumpah kalau ia melihat rahang Nord mengeras, usai ia menyampaikan keinginannya.

“Saling mengenal adalah ide yang bagus, tapi suka atau tidak… kau akan tetap menjadi istriku kelak.”

Brianne menelan ludahnya dengan frustrasi. Sepertinya segala sesuatunya akan menjadi lebih sulit sejak hari ini.

Instagram: zeeyazee


Prince and Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang