SANG PELINDUNG?

49.1K 2K 233
                                    

Memang saat ini kondisi Roger bisa dikatakan mabuk, tapi setidaknya ia masih mempunyai sedikit kesadaran entah berapa persen. "Aahh, memangnya apa yang kau dengar Ken" Roger mengatur duduknya menghadap Ken sedikit grogi.

"Tadi aku mendengar kau menyebut nama Jesseli , aku tidak terlalu mendengar tapi bisa kau ucapkan lagi Roger?" Ken duduk di sebelah Roger dengan mata yang sudah sedikit memerah.

Roger mengatur nafas sedikit demi sedikit. "Tadi aku berkata bahwa Grace lah yang membunuh Jesseli Ken dan tentu aku juga turut bersedih bukan?" Roger berharap Ken memang tak pernah mendengar perkataan yang baru saja ia lontarkan.

"Kau benar Roger , aku takkan pernah bisa lagi memaafkan jalang itu"menepuk pelan pundak Roger.

"Baiklah mari kita lanjut kan, aku ingin mabuk hingga pagi hari" tawa Roger sedikit ketakutan bercampur perasaan lega. Ken hanya mengangguk menyetujui.

Keesokan harinya

Pukul 08:00 AM

Grace tak bisa melupakan kejadian semalam, sungguh kejadian itu masih terekam secara detail di memorinya ia mencoba mengingat sesuatu yang semalam hampir sedikit ia dengar. "Aku memang mabuk berat kemarin malam, tapi aku bisa mendengar Roger mengucapkan bahwa Jesseli adalah selingkuhannya" ucap Grace memejamkan mata memastikan benar atau salah.

"Tidak, aku tidak salah... telingaku masih berfungsi cukup baik" ia sendiri masih bingung tak bisa membedakan mana yang benar karena ia juga mabuk.

Tok...tokk..tokk

"Grace apa kau sudah bangun?" Teriak Pete dari arah pintu.

Grace berdiri merapikan rambut mendekati pintu. "Masuklah Pete aku sudah bangun" membuka pintu kamar.

"Hai" senyum Pete begitu mempesona di pagi hari.

"Hai juga" balas Grace juga tersenyum lebih anggun.

"Makanlah Grace" Pete menyodorkan sekotak Pizza yang baru saja ia pesan di restauran cepat saji. "Dan ini gantilah bajumu aku sudah menyuruh Lucky untuk membeli pakaian wanita" menaruh tas kecil yang berisi pakaian di atas Pizza.

Grace menerima pemberian dari Pete. "Terima kasih Pete , oh..ya masuklah aku ingin bertanya sesuatu" Grace membuka sekotak pizza lalu ia masukan beberapa potong pizza di mulutnya. "Kemarilah duduk dahulu Pete"

Mereka pun duduk berdua di atas kasur, dengan posisi saling berhadapan. "Pete aku mendengar sesuatu dari bibir Roger?"ucap Grace dengan serius.

"Kau mendengar apa Grace" balas Pete menyentuh lengan wanita itu.

"Aku tidak yakin , tapi aku mendengar bahwa Jesseli adalah selingkuhan Roger" wajah Pete pun syok bukan main. "Apaaa? Kau yakin mendengar itu?" Tanya Pete kini mulai serius.

Pete menghela nafas berat, otot-otot di tangannya begitu terlihat mengeras dan ia mengepalkan tangan sangat kuat. "Jika memang itu yang terjadi seharusnya bukan kau yang menderita seperti ini Grace. Tapi Roger, Roger lah yang yang pantas menerima setiap hukuman yang sudah menimpa mu"

Pete berdiri dengan emosi yang tak terkendali. "Pete kau mau kemana?" Teriak Grace.

"Aku akan memberitahu ini semua pada Ken, tenanglah Grace kau akan baik-baik saja akan ku buat Roger membayar semua ini" teriak Pete yang semakin jauh.

Wanita itu berdecak kesal, harusnya ia tak mengatakan apapun pada Pete. Dan sekarang Pete lah yang harus menanggung resiko. "Astaga bagaimana jika terjadi sesuatu pada Pete"

Ia mengambil tas kecil berisi pakaian yang baru saja Pete berikan, sepertinya ia harus mandi agar bisa berfikir lebih baik karena ia memang belum mandi semalam. "Baiklah aku harus mandi dan menyusul Pete" celoteh Grace dan berjalan ke kamar mandi.

Tak lama kemudian mobil Pete saat ini telah sampai di depan rumah Ken, ia turun mendobrak kasar pintu rumah temannya. "Ken dimana kau? Ada sesuatu yang harus ku sampaikan" teriak Pete terus mencari keberadaan Ken.

"Ken..Ken" Pete mendobrak kamar Ken namun yang ia lihat temannya masih tertidur lelap di atas kasur.

Pria itu mendekat ke arah kasur membangunkannya. "Ken bangunlah, Ken bangunlah. Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan" tangan Pete terus menggoyang tubuh Ken.

Seperti batu, rupanya Ken sama sekali tak membuka mata walau usaha Pete sudah begitu keras. Akhirlah Pete mengambil gelas di atas laci dan memberi cipratan air di wajahnya. "Ken, bangunlah ada sesuatu yang perlu kau tahu"

"Hmmm... pergilah Pete aku baru saja tidur" usir Ken dengan nada sedikit malas.

"Ken apa kau tahu. Roger dan Jesseli telah mengkhianati mu selama ini, mereka memiliki hubungan gelap Ken" perjelas Pete sedikit berteriak.

"Itu tidak mungkin Pete, sudahlah pulanglah lagipula kau mendapat informasi itu dari siapa?" Ken masih menutup matanya walau sedang berbicara.

"Dari Grace, aku percaya Grace tidak berbohong Ken. Aku bisa melihat mana wanita yang sedang berbohong dan tidak" mendengar nama Grace seketika Ken membuka matanya, rasa kebencian itu begitu terlihat jelas di wajah Ken ditambah mata yang sedikit memerah karena sisa minuman semalam. "Pergilah Pete aku sangat benci dengan jalang itu, aku tidak membutuhkan alasan apapun lagi kematian Jesseli karena yang aku tahu jalang itu... jalang itu adalah pembunuh tunangan ku" teriak Ken dengan menepuk dadanya berulang kali saat menyebut tunangan ku.

"Sekarang aku bertanya bagaimana jika semua itu benar? Bisa kah kau bersumpah menyiksa Roger sama saat kau menyiksa Grace Ken? Aku tak habis pikir mengapa kau begitu kejam dengan istrimu" bantah Pete menarik kerah baju Ken.

Ken tertawa kecil seakan tak percaya, ia mendorong Pete sedikit keras. "Jangan kau campuri lagi urusanku Pete, silahkan kau tiduri saja jalang itu. Oh.. ya aku yakin pasti Grace telah mengubah pola pikir mu hingga kau begitu berada di pihaknya"

Tangan Pete menghantam keras dagu Ken menarik tubuhnya dan mendorong hingga tertatap lemari. "Sadarlah Ken, kau sungguh keterlaluan"

"Ambilah dia, aku tidak perduli" Ken sama sekali tak membalas perlawanan Pete saat ini.

"Baiklah Ken dia wanitaku sekarang Tapi kau harus ingat ini. Disaat semua sudah berubah dimana kau akan mengemis dan berlutut di kaki Grace ku pastikan kau tidak akan pernah mendapatkan apapun. Terkecuali rasa sakit dan penyesalan yang akan membayang-bayangi mu. Ingat Ken dia wanitaku sekarang dan aku akan menjadi pelindung untuknya, kuharap kau tidak pernah menyesal mengatakan ini" ujar Pete dengan tatapan serius menepuk bahu Ken berulang kali.

Pete berbalik badan pergi dari kediaman Ken, kesabaran untuk menghadapi Ken kini sudah hampir habis. Tak ada lagi yang harus di perjelas biarkan saja pria itu mengerti dengan sendirinya.

"Apakah kau sakit Pete? Kau menyebut Grace wanitaku? Apakah kau lupa bahwa aku suaminya?" Ken terbahak-bahak merasa hal itu sangat konyol.

_______________________________________

VOTE DAN KOMENTAR....

Kalau banyak VOTE n KOMENTAR nanti malam aku lanjut ..

Aku Ndak HIATUS... OH TIDAKK...
Aku di ajak mudik sama keluarga kwkwkwk.. jadi jaringan mudik U KNOW LAH SAY? Jelek banget...

Hu hu .. tapi ini udah back kan ..

Pengen menghilang beberapa hari .. tapi sekali back aku bakal update banyak part.. gimana menurut kalian ? Atau enak satu-satu gini..

Love you ..

Ig: Hes_Re

The Love MILLION tears | SUDAH DI TERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang