Selesai mengantar Rafka ke sekolah Laras langsung beristirahat di kamarnya, entah kenapa dari bangun pagi tadi ia merasa tubuhnya lemas. Kewanitaannya juga terasa ngilu tanpa Laras tau apa penyebabnya, baru saja memejamkan mata Laras menggerang kesal saat ada yang mengetuk pintu rumahnya.
“Siapa sih yang bertamu?” Gerutu Laras, dengan setengah hati membukakan pintu untuk sang tamu yang tak diundang. Mata Laras langsung terbelalak lebar melihat sang tamu, Alan pria yang sangat tidak ingin ia temui.
“Mas Alan untuk apa lagi kamu datang kemari?” Alan tersenyum lembut, senyuman yang dulunya pernah membuat Laras terpikat.
“Ada hal penting yang ingin aku bicarakan.” Ucap Alan lirih.
Laras mendengus ia mengajak Alan untuk masuk ke rumahnya. Mata Alan bergerak menjelajahi ruang tamu di rumah Laras, matanya tertuju pada foto Rafka anaknya. Rafka anak yang dulu ia idam-idamkan kehadirannya, namun setelah anak itu hadir ia malah ingin membuangnya.Alan begitu menyesali perbuatannya itu, bayangkan Laras sewaktu pendarahan begitu membekas di ingatannya. Sungguh ia merasa berdosa jika mengingat semua itu, masih adakah maaf untuk dirinya. Laras yang menunggu Alan bicara terkejut ketika pria itu tiba-tiba berlutut di depannya, pria itu meraih tangannya dengan lembut.
“Aku minta maaf.” Alan menatap wajah Laras dengan sendu, Laras menghela nafas panjang. Kenapa harus meminta maaf, sedangkan kata maaf tak cukup untuk membayar semua luka yang pria itu sudah berikan.
“Aku sudah memaafkanmu, sekarang pergilah.” Ucap Laras, yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang dikatakan hatinya.
Alan menggeleng pelan, masih ada satu hal yang ia inginkan “aku ingin dekat dengan Rafka Laras, aku mohon.”“Jika kamu ingin dekat dengannya aku tidak melarang, asal kamu jangan jahat dengannya.” Ucap Laras, mengingat Rafka berhak mendapatkan kasih sayang dari Alan. Ia tidak mau anaknya menjadi korban dari keegoisannya, Laras sebenarnya sudah tidak mau berhubungan dengan Alan lagi terlalu sakit jika harus melihat seseorang yang sudah menorehkan luka di hidupnya.
“Terima kasih.” Laras mendorong tubuh Alan ketika pria itu ingin memeluknya, wajah Alan langsung berubah kecut. Terjadi kecanggungan sesaat di antara mereka.
“Apa kamu sudah menikah lagi?” Alan mengerjap, ia tidak menyangka kalau Laras akan menanyakan hal itu. Senyum di wajah Alan mengembang, ia yakin kalau sampai saat ini Laras masih mencintainya.
“Bagaimana mungkin aku bisa menikah lagi, sedangkan aku masih mencintaimu. Kamu bisa mengatakan aku sebagai manusia yang tidak tahu malu karena masih mengharapkanmu, sebenarnya aku sangat berharap kalau kamu bisa menerimaku kembali. Aku ingin kita rujuk.”
“Aku sudah tidak memiliki kepercayaan untuk menjalin hubungan denganmu. Sebaiknya kamu pulang, aku sudah mengizinkanmu untuk mendekati Rafka kamu bisa datang kesini saat Rafka sudah ada di rumah.” Ucap Laras tanpa menatap Alan, dadanya bergemuruh, sakit hati saat Alan mengatakan masih mencintainya.
“Baik, aku akan pulang. Tapi bisakah aku minta nomor ponselmu, untuk menanyakan kabar Rafka aku tidak selamanya bisa berada di dekat dia.”
Laras memutar bola matanya, dengan malas memberikan nomor ponselnya pada pria itu. Dalam hati mengumpat semoga kesialan selalu menghampiri hidup Alan, jika perlu bisnis pria itu bangkrut sekalian biar pria itu tahu rasa karena dulu sudah menipunya mentah-mentah.🍃🍃🍃
Alan kembali berkunjung ke rumah Laras, setelah yakin kalau Rafka sudah pulang sekolah. Dan benar ia melihat anaknya sedang main di halaman rumah sendirian, dengan jantung berdebar Alan mendekati anaknya. Bocah tampan itu mendongak menatap Alan dengan heran, pria itu tersenyum padanya.
“Kamu sedang apa?” tanya Alan, Rafka tak menjawab ia justru berlari masuk ke rumahnya dan menutup pintu. Di pikirannya kini bisa saja pria tadi orang jahat yang ingin menculik anak-anak.
“Bunda ada orang.” Kata Rafka memberitahukan keberadaan pria asing tadi pada Laras.
“Siapa?” Laras menatap Rafka yang nampak ngos-ngosan.
“Pria asing yang kemarin Bunda lempar pakai vas bunga.” Laras langsung mengerti, ia berjalan ke arah pintu yang ternyata dikunci oleh Rafka.
Alan berdiri di depan pintu, tersenyum kaku ketika melihat Laras ia dibuat tidak fokus dengan penampilan Laras saat ini. Wanita itu hanya mengenakan dress rumahan yang nampak menerawang. Alan menelan ludah, Laras sungguh menggairahkan.
“Mas Alan masuk.” Ujar Laras.
Pria itu mengangguk mengikuti Laras masuk ke dalam rumahnya. Laras memanggil Rafka meminta bocah tampan itu untuk mendekat, ia dengan patuh duduk di dekat Laras menatap wajah Alan dengan heran. Alan memberi isyarat lewat tatapan matanya, meminta Laras untuk menjelaskan semuanya pada Rafka.“Rafka kamu masih mau tidak bertemu dengan Ayahmu?” Rafka mengernyit, selama ini Laras selalu menghindar jika ia bertanya tentang Ayahnya.
“Mau Bunda, memang Papaku dimana?” Laras mengecup pipi anaknya.
Ia kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Rafka lelaki kecil kesayangannya. Alan gugup menunggu reaksi yang diberikan Rafka, anak itu menatapnya lama tanpa bicara sepatah kata pun.
Rafka kemudian mendekati Alan, tangan mungilnya menyentuh wajah pria itu. Pantas ia merasa tidak asing saat pertama kali melihat Alan, Alan meraih tangan mungil itu dan mengecupnya.“Papa.” Ucap Rafka pelan.
Anak itu tidak menangis seperti perkiraan Laras. Ia juga tidak menunjukkan emosi apa pun, reaksinya diluar dugaan Alan dan Laras anak itu nampak tenang hanya matanya berbinar-binar karena ia sudah bertatapan langsung dengan Ayah kandungnya. Alan meraup Rafka ke dalam pelukannya, ia bernafas lega Rafka tidak membencinya seperti yang ia pikirkan selama ini.🍃🍃🍃
“Sial aku keduluan.” Justin memukul setir mobilnya, melihat mobil Alan terparkir di halaman rumah Laras.
Tidak ingatkah kamu Laras dengan aktivitas panas kita tadi malam, tentu saja dia tidak tahu bodoh. Kamu menyetubuhi Laras disaat dia dalam keadaan tidur, batin Justin mengumpat. Justin dengan gelisah menerka apa yang sedang dilakukan Alan di rumah Laras, mereka berdua pasti akan kembali dekat.
Terlebih ada anak yang menjadi penghubung kedekatan mereka, Alan masih mencintai Laras begitu pun sebaliknya. Kini mereka berdua kembali dekat, tidak butuh menunggu waktu lama mereka berdua pasti akan rujuk.Dengan hati kesal Justin meninggalkan kediaman Laras, lihat saja nanti malam ia akan datang kembali. Justin memutar otak bagaimana caranya supaya dirinya bisa menikahi Laras secepat mungkin, ia tidak rela kalau Laras kembali bersama Alan. Justin bisa mati berdiri, melihat janda pujaannya kembali menikah dengan mantan suaminya.
Dilain tempat Ibu-ibu mulai ramai bergosip ria di rumahnya Bu Siti “eh tahu tidak, akhir-akhir ini Bu Laras yang janda itu sering bawa cowok main ke rumahnya.” Ucap Bu Siti nyinyir, teman-temannya begitu antusias mendengarkan berita dari ratu gosip itu.
“Masa sih Bu, setau saya Bu Laras itu wanita baik-baik.” Sahut kawannya.
“Aduhh, jangan mudah ketipu sama tampang Bu. Saya lihat sendiri kok cowoknya ganteng-ganteng semua bawa mobil bagus lagi, saya tu curiga jangan-jangan Bu Laras itu selama ini jadi simpanan suami orang. Saya ngomong seperti ini bukan maksud apa-apa loh Bu, lihat saja Bu Laras itu tidak pernah kerja tapi hidupnya makmur-makmur aja.” Kata Bu Siti dengan nada menghasut.
“Iya sih ya, enggak nyangka saya kalau Bu Laras seperti itu.” Bu Nana ikut menimpali.
“Besok-besok nih ya, bagaimana kalau kita intip saja Bu Laras itu. Kalau ketahuan memang berbuat macam-macam kita gerebek saja, memang Ibu-ibu mau kompleks perumahan kita jadi sial gara-gara perbuatan Bu Laras yang enggak senonoh itu. Lagi pula hati-hati suami kita, takutnya juga diembat sama Laras yang gatel itu.”
Mata Bu Siti melotot berpura-pura ngeri, teman-temannya Bu Siti setuju dengan ucapan ratu gosip itu. Bu Siti tersenyum penuh kemenangan, mampus kamu Laras batinnya.
Selama ini dia menyimpan dendam tersembunyi pada Laras, Bu Siti pernah memergoki suaminya diam-diam mengintip Laras suaminya juga terang-terangan mengaku kalau dia menyukai Laras si janda seksi itu. Hal itu membuat dirinya meradang, hingga membuat dirinya mulai gencar menyebar gosip tidak baik tentang Laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Sang Janda
Romantik÷Tersedia versi cetak dan ebook *Senson 2 "Kubeli Istrimu" sebelum baca cerita ini ada baiknya baca cerita itu dulu* Apa jadinya bila Justin pria yang memiliki rasa gengsi tingkat tinggi tergila-gila pada seorang janda, bahkan ketika wanita itu masi...