Justin hari ini pulang kerja lebih awal, semenjak menikah ia tak tahan jika harus berjauhan lama-lama dari Laras. Justin mengetuk pintu rumah Laras berharap wanita itu menyambutnya dengan tersenyum lembut.
Mendengar pintu yang terus-terusan di ketuk Rafka segera menuju pintu. Ia mengintip lebih dulu dari lubang kunci siapa yang mengetuk pintu rumahnya, menyadari kalau orang itu Justin Rafka langsung membukakan pintu.
“Hei sayang Ayah, Bunda kamu mana?” tanya Justin melihat Rafka yang membukakan pintu untuknya.
“Keluar mengantarkan pesanan kue tadi, sebentar lagi juga pulang.” Justin berdecak kesal, apa-apaan Laras ini anak kecil ditinggal sendirian di rumah.
“Jadi kamu sendirian?” Rafka mengangguk, matanya tertuju pada sesuatu yang dibawa Justin.
“Ini kucing yang waktu itu Ayah ceritakan.” Kata Justin seolah paham dengan tatapan Rafka. Mata Rafka nampak berbinar-binar, ia meminta Justin untuk mengeluarkan hewan menggemaskan itu dari dalam kandangnya. Rafka mengelus kucing itu, bulunya sangat lembut sekali.
“Kucing ini untuk aku?”
“Hm, asal kamu mau memanggil aku Ayah.” Justin mengelus rambut Rafka dengan lembut, anak yang sudah ia anggap sebagai darah dagingnya sendiri.
“Kenapa aku harus memanggil Paman Ayah?”
“Karena memang seharusnya begitu, Ayah suami Bundamu. Jadi kamu secara otomatis menjadi anak Ayah, mulai sekarang kamu panggil aku Ayah.” Rafka nampak berpikir menimbang permintaan Justin, selama ini Justin baik dengannya tidak salah kalau mulai saat ini ia membiasakan diri memanggil Justin Ayah.
“Baiklah Ayah.” Ucap Rafka disertai kecupan di pipi Justin tersenyum senang.
“Terima kasih sayang, kamu memang anak pintar.” Ujar Justin, Rafka hanya mengangguk ia mulai asik dengan kucingnya.
“Ayah ingin istirahat dulu, kamu tidak apa-apakan main sendiri?” tanya Justin.
Ia sangat mengantuk karena perbuatan Laras yang membuatkan dirinya bekal dengan tumis Kangkung. Wanita itu sepertinya sengaja melakukannya, mungkin Laras berpikir dengan seperti itu Justin tidak lagi minta dibuatkan bekal. Tapi selama ini Justin selalu menghabiskan bekal yang dibuatkan Laras untuknya tanpa protes.
“Iya Ayah istirahat saja sana.” Ucapnya.
lagi pula ia sudah terbiasa main sendiri. Justin beristirahat di kamar Laras, aroma mawar khas Laras menempel di bantal wanita itu. Siapa yang menyangka kalau dirinya akan sampai ke tahap ini, berawal dari rasa penasarannya terhadap Laras. Hingga akhirnya ia membeli wanita itu, Justin sebelumnya tidak pernah membayangkan kalau ia akan menikahi mantan istri adiknya.
Ia pernah jatuh cinta namun perasaannya biasa saja, baru Laras wanita yang membuatnya dimabuk oleh cinta. Justin yakin kalau Laraslah cinta sejati, Laras wanita yang pantas untuk mendampingi serta menjadi Ibu bagi anak-anaknya kelak.
🍃🍃🍃
Larissa Kakak Laras berkunjung ke rumah adiknya, mereka lama tidak bertemu semua karena kesibukan Larissa sebagai seorang wanita karir. Ia mengernyit melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumah Laras, begitu pun dengan Adnan suami Larissa. Laras menyambut kedatangan Kakaknya dengan senang, mereka berpelukan saling melepas rindu.
“Laras kamu ada tamu, di luar itu mobil siapa?” tanya Larissa, wajah Laras langsung berubah kecut. Sepertinya ia harus bercerita terus terang pada Larissa, jika disembunyikan pun percuma lama-lama ketahuan jua.
“Itu mobil suamiku Mbak.” Mata Larissa membulat mendengar jawaban Laras, Laras menikah lagi tanpa memberitahunya. Siapa yang pria yang dinikahi Laras, selama ini Laras tidak pernah bercerita kalau ia dekat dengan seorang pria.
“Siapa suami barumu, kenapa kamu menikah tanpa memberitahu Mbak?” Laras meringis mendapat tatapan tajam dari Larissa, jika Laras wanita yang lemah lembut maka Larissa kembalikannya. Tak heran jika wanita itu sukses dengan kariernya sebagai pengacara, Larissa wanita yang tegas dan penuh intimidasi.
“Maaf Mbak kami menikahnya mendadak.” Adnan yang datang bersama Larissa hanya diam memperhatikan Kakak dan Adik yang mulai bersitegang itu.
“Dia saat ini ada di rumahkan, coba panggil dia aku ingin bicara dengannya.” Ujar Larissa, Laras mengangguk. Ia membangunkan Justin yang pada saat ini tengah tidur, Larissa pasti marah besar saat tahu pria yang dinikahinya Justin Saudara tiri mantan suaminya.
“Ada apa?” tanya Justin dengan wajah bangun tidurnya.
“Kakakku ingin bertemu denganmu.” Rasa kantuk Justin langsung hilang, ia belum siap bertemu dengan Larissa. Wanita itu pasti tidak menyetujui hubungannya dengan Laras, ini akan menjadi masalah baru baginya.
Larissa melotot galak melihat sosok yang mengekor di belakang adiknya, Justin si berengsek yang pernah membeli adiknya. Apa Laras sudah gila.
“Apa kamu masih waras menikah dengan pria seperti dia? Sebelum hubunganmu dan dia berlanjut semakin jauh lebih baik sekarang kamu bercerai dengannya, dari pada kamu menyesal nantinya.”
“Kami tidak akan bercerai.” Ucap Justin tegas, ia menggenggam tangan Laras erat di depan Larissa seolah menegaskan hubungan mereka.
“Aku tidak setuju dengan hubungan kalian. Kamu pasti sudah memaksa adikku agar mau menikah denganmu bukan? Apa kamu tidak bisa mencari wanita lain, kenapa harus Laras yang kamu nikahi?”
“Ya aku memang tidak bisa mencari wanita lain, karena hanya Laras wanita yang aku inginkan. Aku mencintainya, aku tidak peduli kamu tidak setuju atau tidak dengan hubungan kami. Laras juga tidak keberatan jadi istriku, selamanya kami tidak akan pernah bercerai.” Lewat lirik matanya Justin melempar kode pada Laras agar mengiyakan ucapannya, seperti di hipnotis Laras langsung mengangguk.
“Laras! Apa-apaan kamu ini. Kamu tidak takut jika dia berbuat kasar padamu, ceritakan padaku apa dia mengancammu hingga kamu bersedia dinikahinya. ” tatapan tajam Larissa beralih ke Laras.
“Justin tidak mengancammu, dia mencintaiku dan aku memberikan kesempatan untuk Justin membuktikan cintanya.” Ucap Laras berbanding terbalik dengan isi hatinya yang sama sekali tidak mau menerima Justin sebagai suaminya.
“Cinta atau hanya sekedar obsesi!” ucap Larissa tajam menusuk, jika saja Larissa bukan Kakak Laras maka Justin akan melempar wanita itu ke kandang buaya saat ini juga.
“Larissa kamu tidak bisa berbicara seperti itu, kamu tidak tahu persis bagaimana perasaan Justin terhadap Laras.” Adnan yang dari tadi hanya diam akhirnya buka suara, pria itu memang bukan tipe pria yang banyak bicara. Adnan hanya akan mengeluarkan suaranya, hanya untuk hal penting.
“Diam kamu tidak usah ikut campur! Laras jika kamu ingin bersama Justin terserah tapi ingat jika ada masalah yang menimpamu kelak jangan minta bantuan padaku. Adnan ayo kita pulang!”
“Tunggu Mbak jangan marah padaku.” Ucap Laras memohon, bagaimana pun Larissa satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jika ia ada masalah hanya Larissa yang bisa ia mintai bantuan.
Adnan membiarkan Larissa pergi lebih dulu, ia menatap adiknya iparnya yang kini hendak menangis “tenang saja, Larissa tidak akan lama marah denganmu.” Ucap Adnan sebelum menyusul istrinya, Laras tersenyum kecut ia tidak yakin dengan apa yang diucapkan Adnan barusan.
Justin mengelus lengan Laras, wajah wanita itu kini menjadi murung. Justin tidak menyukai itu, ia ingin Laras bahagia tanpa ada air mata kesedihan.
“Kakakku tidak setuju dengan pernikahan kita, dan aku yakin keluargamu pasti juga tidak akan setuju. Apa lagi Ibunya, dia akan kembali membenciku seperti dulu.” Laras memijit pelipisnya, kepalanya terasa pusing memikirkan hal buruk apa lagi yang akan menimpanya nanti.
“Aku tidak peduli keluargaku setuju atau tidak dengan pernikahan kita, memangnya siapa mereka berhak mengaturku. Ini hidupku! Dulu mereka membuangku, saat ini aku hanya ingin hidup bahagia bersamamu tanpa harus peduli dengan orang lain.” Ujar Justin.
Kali ini ia ingin egois demi kebahagiaannya, ia tidak peduli jika Alan akan membencinya karena ia menikahi Laras wanita yang sampai saat ini masih dicintai Alan. Ia juga tidak peduli dengan pandangan orang-orang nantinya saat tahu ia menikahi seorang janda, bukankah bahagia itu perlu egois dan Justin akan melakukan itu untuk kebahagiaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Sang Janda
Romance÷Tersedia versi cetak dan ebook *Senson 2 "Kubeli Istrimu" sebelum baca cerita ini ada baiknya baca cerita itu dulu* Apa jadinya bila Justin pria yang memiliki rasa gengsi tingkat tinggi tergila-gila pada seorang janda, bahkan ketika wanita itu masi...