Laras beberapa kali menetralkan nafasnya melihat kedatangan Alan, wajah pria itu terlihat murka. Di rumahnya kini tidak ada siapa-siapa, anaknya sekolah, sementara Justin bekerja. Tidak perlu pintar untuk menebak apa yang membuat Alan seperti itu, Alan pasti sudah mengetahui pernikahan Justin dengan dirinya.
“Jelaskan apa maksud kamu menikah dengan Justin, dia saudaraku kenapa kamu menikahinya!” Laras menahan nafas sesaat kemudian menghembuskannya dengan cepat.
“K..kamu tahu aku menikah dengan Justin dari mana?” pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Laras, Alan meludah menatap Laras dengan jijik.
“Tidak usah bertanya aku mengetahuinya dari mana, jawab saja pertanyaanku apa motifmu menikah dengan Justin. Kamu hanya ingin hartanya bukan!” tuduh Alan, Laras sungguh merasa terhina dengan tuduhan yang Alan tujukan kepadanya.
“Kamu menganggapku wanita seperti itu? Kita bukan siapa-siapa lagi aku berhak menikah dengan siapa pun. Aku tahu Justin Saudaramu, tapi bukankah kalian hanya saudara tiri. Lagi pula yang salah di sini Justin, dia yang tergila-gila padaku!” Ucap Laras penuh penekanan, ia tidak rela Alan menginjak-injak harga dirinya begitu saja.
Laras tahu Alan masih mencintainya, dengan ia menikah lagi pastinya pria itu akan sakit hati. Dan Laras merasa inilah saat yang tepat untuk ia membalas sakit hatinya pada pria itu, tidak apa-apa jika ia harus menjadi istri Justin orang terdekat Alan, bukankah dengan begitu Alan akan semakin sakit hatinya.
“Kamu tahu aku masih mencintaimu Laras, aku menunggu kamu agar bisa menerimaku kembali. Tapi kenapa kamu malah menikah dengan pria lain, begitu sulitkah kamu membuka hatimu untukku kembali.” Kalimat itu diucapkan Alan dengan lirih, tidak lagi dengan nada keras seperti tadi.
“Kamu tidak cukup baik untuk menjadi pendamping hidupku, aku berhak mencari pria baik yang lebih pantas menjadi pendampingku!”
“Dan apakah kamu pikir Justin pria yang pantas untukmu?” Laras bungkam, lidahnya kelu untuk berucap. Ia tidak yakin kalau Justin pria yang pantas untuknya, pria itu kasar meskipun sekarang Justin tidak pernah lagi menunjukkan sifat kasarnya.
Tapi tetap saja dirinya ragu, untuk menjadikan Justin sebagai pendamping hidupnya hingga akhir. Cinta yang sering diucapkan Justin tak cukup meyakinkan baginya, sebagian besar hatinya berkata perasaan yang dimiliki Justin padanya kini hanyalah sebuah obsesi semata bukan sebuah cinta sejati yang suci.
🍃🍃🍃
“Apa yang Alan lakukan padamu tadi?” tanya Justin dengan khawatir setelah Laras bercerita kalau Alan menemuinya, niatnya Laras ingin mengadu domba dua bersaudara itu tapi sayang hatinya tidak bisa dipakai untuk berbuat kejam
.
“Alan hanya marah, dia tidak terima dengan pernikahan kita. Selain itu dia tidak melakukan apa pun.” Justin menghela nafas lega, ia sempat kaget mendengar cerita Laras barusan. Meski pun Alan tidak melakukan apa pun, Justin tetap was-was.Ia yakin setelah kejadian ini Alan pasti merencanakan hal buruk, Justin harus berusaha menjauhkan Alan dari Laras. Jika mereka sering bertemu, bukan tidak mungkin kalau cinta lama akan bersemi kembali.
“Justin apakah kamu benar-benar mencintaiku?” Justin dengan cepat mengangguk, perasaannya pada wanita itu tidak perlu diragukan lagi. Jangan tanya sebesar apa cintanya pada wanita itu, cintanya pada wanita itu lebih besar dari pada dunianya sendiri. Intinya Laras segalanya untuk Justin, jantungnya berdetak hanya untuk wanita itu.
“Aku mencintaimu, sangat. Sangat mencintaimu.”
“Tapi aku ragu, aku butuh pembuktian dari rasa cintamu.” Justin tersenyum remeh.
“Aku akan buktikan kalau aku benar-benar mencintaimu, berikan aku waktu kurang dari satu jam. Setelah itu aku akan memberikan bukti sebagai tanda cintaku padamu, perasaan yang aku miliki bukanlah sebuah obsesi seperti yang saat ini tengah kamu pikirkan. Ini murni perasaan cinta.” Ucap Justin menegaskan, seolah tak ingin Laras meragukan cintanya.
Satu jam kemudian. Justin benar-benar membuktikan ucapannya, ia memberikan beberapa berkas pada Laras yang kini kebingungan untuk apa Justin memberikan benda itu pandanya.
“Berkas itu daftar semua kekayaan yang aku miliki, aku sudah menggantinya dengan namamu. Semua harta yang aku miliki aku berikan padamu tanpa pengecualian.” Laras menelan ludah, ia hanya membaca sekilas salah satu berkas yang menerangkan harta kekayaan Justin itu pun sudah membuat bola matanya hampir keluar.
Justin ternyata sangat kaya-raya, dimakan tujuh turunan pun hartanya tidak akan habis. Jika wanita lain pasti akan senang mendapatkan harta sebanyak itu, namun Laras yang bodoh justru kebingungan. Ia tidak mengerti bagaimana caranya mengelola keuangan, apa lagi harta Justin sebanyak itu.
“Kenapa harus dengan ini kamu membuktikannya?” tanya Laras, setelah sadar dari keterpanaannya.
“Aku tidak tahu cara apa lagi yang bisa membuatmu tidak meragukan perasanku, dengan aku memberikan semua ini. Berarti sekarang aku tidak memiliki apa pun, misalnya aku tidak setia padamu kamu bisa mengusirku tapi kata tidak setia itu hanya perumpamaan. Aku akan setia padamu sampai mati, aku pernah terluka karena cinta begitu pun dengan dirimu, jadi aku tidak mungkin menjadi seorang pengkhianat.” Ucap Justin panjang lebar, layaknya orang bodoh Laras hanya mengangguk sebagai respon dari semuanya.
🍃🍃🍃Seiring waktu berjalan Laras mulai menikmati perannya sebagai istri Justin, ada beberapa pertimbangan mengapa ia mulai menerima kehadiran Justin dalam hidupnya. Pertama Laras tidak mau jika harus menyandang status janda dua kali, kedua Rafka sudah sangat sayang dengan Justin bahkan terlihat ia lebih menyayangi Justin dari pada Alan Ayah kandungnya sendiri.
Ketiga Laras tidak mau membuat Justin menjadi tidak waras jika ia meninggalkan pria itu, Justin sudah sangat bergantung padanya. Sepertinya benar kalau Justin memang mencintai dirinya, sudahlah tak mengapa jika ia menghabiskan hidupnya untuk bersama Justin. Yang penting ia tidak pakai hati saja, tapi mungkinkah ia tetap tidak akan memakai hatinya. Perasaan seseorang bisa berubah bukan, apa lagi cinta yang terkadang datangnya tanpa disadari. Sudahlah Laras tidak ingin repot memikirkan hal itu dulu, sekarang ini fokus dirinya hanya untuk menemaninya anaknya sampai ia tumbuh dewasa.
Masalah cinta Laras tak mau repot memikirnya, rasa trauma pernah disakiti oleh pria yang dicintainya masih membekas jelas di ingatannya. Ia tidak mau hidupnya hancur seperti dulu karena terlalu mendewakan cinta, masalah Justin cukup dengan ia melayani pria itu dengan baik dan memenuhi kebutuhan ranjangnya Justin pasti percaya kalau ia sudah mulai mencintai pria itu.
Seperti saat ini Laras membiarkan Justin mencumbunya, menikmati sentuhan yang pria itu berikan. Justin sempurna untuk dijadikan suami, pria itu tampan dan punya segalanya. Bahkan setelah mengetahui siapa sebenarnya Justin beberapa tetangga Laras menjadi iri, apa lagi saat tahu kalau Justin tidak mempunyai pendamping. Laras bukan simpanan seperti yang mereka pikirkan dan harapan, status Laras istri sah yang berhak sepenuhnya atas suaminya.
Laras mendesah ketika Justin memulai penyatuan mereka, Justin selalu memastikan kalau Laras menikmati permainannya. Malam-malam mereka selalu dilalui dengan kegiatan panas, suara erangan dan desahan selalu mengisi kamar pasangan itu. Meski besoknya Laras akan bangun dengan tubuh yang terasa remuk, hal sebaliknya yang dialami Justin. Wajah pria itu nampak segar dan ia akan menjalani harinya dengan semangat.Justin ambruk di tubuh Laras, setelah mendapatkan pelepasannya. Ia sangat puas sementara Laras nampak lemas, mungkin jika ia kembali melanjutkan permainan Laras akan pingsan. Justin berbaring di sebelah Laras, ia memeluk wanita itu dengan posesif. Tak butuh waktu lama keduanya sudah larut ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Sang Janda
Romance÷Tersedia versi cetak dan ebook *Senson 2 "Kubeli Istrimu" sebelum baca cerita ini ada baiknya baca cerita itu dulu* Apa jadinya bila Justin pria yang memiliki rasa gengsi tingkat tinggi tergila-gila pada seorang janda, bahkan ketika wanita itu masi...