Hadirnya Alan dan Justin secara hampir bersamaan, berhasil membuat Laras terguncang, demi tuhan ia hanya ingin hidup tenang tanpa kehadiran dua pria yang pernah memorak-porandakan hidupnya. Laras berhasil mengusir Alan dari rumahnya dengan melemparkan barang-barang yang ada di rumahnya.
Dengan membawa luka di keningnya yang mengucurkan darah Alan akhirnya pulang. Laras sebenarnya merasa bersalah membuat Alan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi jika ia tidak melakukan itu Alan mana mau pergi dari rumahnya.
“Bunda.” Suara Rafka membuyarkan lamunan Laras, entah sejak kapan Rafka sudah duduk di sampingnya.
“Ada apa?” tanya Laras dengan suara lirih nyaris terdengar seperti berbisik, Rafka dapat menangkap kalau Bundanya kini tengah bersedih.“Belakangan ini banyak orang aneh yang menemui Bunda, jika boleh tau Paman yang barusan menemui Bunda itu tadi siapa?”
Rafka menunggu jawaban Laras dengan rasa penasaran, wajah Laras semakin diliputi awan mendung, haruskah ia memberitahu kalau pria yang baru menemui mereka tadi adalah Ayah kandung Rafka.
“Dia kenalan Bunda dulu.” Ucap Laras.Sengaja ia berbohong karena tidak mau membuat Rafka memikirkan Alan. Rafka hanya mengenali rupa Ayahnya melewati sebuah foto, dulu saat pertama kali masuk sekolah Rafka selalu bertanya mengapa Ayahnya tidak bisa mengantarkan ia ke sekolah seperti Ayah teman-temannya.
Laras hanya bisa memberikan alasan kalau Rafka hidupnya berbeda, Rafka harus terbiasa hanya hidup berdua bersamanya tanpa kehadiran seorang Ayah. Mulanya Rafka tidak bisa menerima alasan yang diberikan Laras, namun seiring dengan waktu berjalan Rafka sudah tidak pernah lagi membahas perihal Ayahnya.
“Oh begitu, nanti sore kita jadi jalan-jalan kan Bunda?” ujar Rafka, Laras memang menjanjikan mengajak ia jalan-jalan sore nanti.“Iya, sekarang kamu tidur siang dulu.” Ucap Laras, Rafka mengangguk menuruti perintah Laras ia segera pergi ke kamarnya untuk tidur siang.
Laras berbaring di tempat tidurnya, ia harus memikirkan cara bagaimana menghadapi kemungkinan jika dua pria gila itu kembali menemuinya lagi. Hidupnya akan menjadi sial karena kehadiran mereka, ia harus bertindak berani jika mereka berbuat macam-macam padanya. Memikirkan itu membuat Laras mengantuk, emosinya benar-benar terkuras hari ini.🍃🍃🍃
Di apartemennya Alan tengah mengumpat, ia tengah mengobati luka di dahinya sambil sesekali meringis. Sial, itu yang ingin ia ucapkan. Ia pikir setelah lama tidak bertemu Laras akan merindukannya dan menyambut hangat kehadirannya. Ia teringat dengan Rafka yang tadi juga ikut-ikutan mengusirnya.
Anak itu benar-benar mirip dengannya sewaktu kecil. Rasanya Alan ingin menangis karena tidak dapat memeluk anaknya. Ponsel Alan berbunyi menandakan ada panggilan masuk, pria itu mendengus kesal dengan malas mengangkat telepon.
“Alan benarkah kamu sudah kembali ke Indonesia?” itu suara Justin.
“Iya, aku baru tiba tadi pagi.” Sahut Alan.“Kenapa tidak memberitahuku kalau kamu akan pulang, sekarang kamu dimana?” di seberang sana tanpa Alan ketahui Justin tengah gelisah. Membayangkan kalau Alan akan mendekati Laras juga.
“Aku lupa memberitahumu, aku sekarang sedang berada di apartemenku.”
“Begitukah, nanti malam aku akan menemuimu.”
“Baiklah aku matikan teleponnya, aku ingin beristirahat.” Alan mematikan sambungan telepon secara sepihak ia malas berbicara dengan Justin untuk sekarang.
Alan menatap foto Laras dan anaknya, Alan mengusap wajah Laras yang ada di foto itu. Alan menghela nafas ia ia ingin tidur sepuasnya siang ini, nanti malam ia akan pergi bersenang-senang ke klub dan mengencani wanita cantik yang ada disana. Cara itu mampu membuatnya sedikit melupakan masalah hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Sang Janda
Romance÷Tersedia versi cetak dan ebook *Senson 2 "Kubeli Istrimu" sebelum baca cerita ini ada baiknya baca cerita itu dulu* Apa jadinya bila Justin pria yang memiliki rasa gengsi tingkat tinggi tergila-gila pada seorang janda, bahkan ketika wanita itu masi...