Siang itu, hujan turun rintik-rintik di iringi cahaya matahari yang menyengat. Ya, orang-orang biasa menyebut keadaan ini dengan sebutan hujan panas, dimana hujan ini dipercaya akan berdampak buruk bagi kesehatan jika kau diguyur oleh airnya.
Namun, seolah tak peduli dengan fakta tersebut, seorang gadis berambut merah muda berlari ditengah hujan, dengan pakaian sekolah khas anak SMA yang mulai basah. Berlari menuju caffe terdekat, mencari tempat berteduh.
Sesampainya kaki sang gadis menginjaki teras caffe, pendengarannya langsung disambut hangat dengan dentingan gitar dari dalam cafe, merebut atensinya yang semula pada baju basahnya beralih pada sosok yang mulai bernyanyi di dalam sana.
"Laki-laki tampan," batin Sakura.
So they say that time
Take's away the pain
But, i'm still the same, oh...Mata Sang pemetik gitar--sekaligus yang menyanyikan lagu, terpejam sesaat. Seolah beban berat dari nada minor gitar yang dipetiknya memberikan rasa sedih yang menghujam.
And they say that i
Will find another you
That can't be true...
Hm...Why didn't i realize?
Why did i tell lie?
Yeah wish that i could do it again?Hey! Sakura tau, ada penyesalan dari suaranya yang mulai terbawa emosi.
Suara sang pria masih terus menggema, menghangatkan ruangan kafe yang mulai ramai pengunjung yang tertarik dengan suara pemuda tersebut. Mengakibatkan mereka harus memasuki kafe dan duduk di sana agar bisa melihat si pria yang bernyanyi lebih dekat. Bahkan beberapa ada yang memesan minuman dan makanan agar bisa bertahan lebih lama di sana, menikmati lagu.
"Mungkin lain kali aku harus masuk ke kafe ini untuk melihat lagi permainan pria itu," ucap Sakura, beranjak meninggalkan teras kafe karena hujan mulai reda. Meninggalkan lagu yang belum selesai setengahnya.
Mata emerald yang dibingkai kacamata minus itu sekali lagi melirik ke dalam kafe, tak lama kemudian membalikkan badan dan melangkah kembali menciptakan jarak yang semakin jauh dari kafe tempatnya tadi berdiri.
====
Masih di Konoha Kafe.
Suara dentingan gitar mulai berhenti, di iringi satu kalimat lembut mengakhiri lagu yang didengar Sakura tadi.
I miss you...
Mata onyx itu terpejam sejenak, tak lama. Hingga kelopak mata itu kembali terbuka menampilkan kembali mata hitam setajam elang milik pria itu. Menatap satu persatu mengunjung kafe yang juga menatap ke arahnya.
Aktifitas tersebut terhentikan ketika sebuah suara yang hampir enam bulan ini menggangguinya menyerukan namanya.
"Yo, Sasuke! Permainanmu selalu hebat, Bung!"
"Uzumaki Naruto," batin Sasuke berdecak kesal mengingat kembali nama pemuda kuning jabrik dihadapannya.
"Lagi?" tanya Sasuke malas, sambil menggenggam gagang gitar lebih erat.
"Oh ayolah, aku sudah jatuh hati dengan nada suaramu yang khas itu. Apa salahnya dengan bergabung dengan bandku?" Memelas, Naruto kembali mencoba merayu hati si Uchiha bungsu, walaupun enam bulan lamanya dia selalu ditolak oleh Sasuke, saat dirinya meminta si pria bermata onyx itu menjadi vokalis bandnya.
Pertama kalinya Naruto menemui Sasuke di sebuah kafe di sudut kota Nagisaen, dan saat itu dirinya dan beberapa teman Naruto baru saja membentuk sebuah band yang bernama SKN dan belum memiliki seorang Vokalis. Tolong Jangan tanyakan apa makna dari nama band Naruto! Jika kalian tak ingin menyesal tentunya.
Saat itu, Naruto melihat bagaimana lihainya Sasuke memainkan jarinya diatas senar gitar dengan vokal suara yang terbilang cukup luas. Dan seketika otaknya memutar satu kalimat.
Dia memiliki potensi menjadi vokalis ternama! Dan instingnya selalu benar.
Oleh karena itu sampai saat ini, Naruto terus saja membujuk Sasuke untuk bergabung dengan bandnya, bahkan rela menjadi stalker pria tersebut dan mengikutinya sampai ke Konoha Big City.
"Aku tak berniat membuat band! Dan berhentilah menjadi stalker!"
Suara Sasuke mulai meninggi, berhadapan dengan Naruto selama enam bulan belakangan telah membuktikan bagaiman keras kepalanya pria bermarga Uzumaki itu, mambuat fakta bahwa Sasuke kesal karenanya.
"Aku mohon, Sasuke. Setidaknya datanglah ke studio SKN di Nagisaen sekali saja. Dan setelahnya aku tak akan memaksamu, apa pun pilihanmu!"
Sasuke menghela napas panjang, matanya terpejam mencerna perkataan Naruto.
"Sekali saja? Dan apa pun keputusanku kau tak akan memaksa?"
Sunyi merayap diantara keduanya, tak berselang empat detik kemudian, suara Naruto kembali mengisi indra pendengaran Sasuke.
"Ya! Apa pun itu. Untuk masalah uang kesana tak usah kau khawatirkan. Aku yang menaggung semuanya!" Naruto dengan semangat 45 menarik tangan Sasuke, membuat Sasuke berdiri dengan agak terpaksa dari tempat duduknya semula.
"Sekarang aku antar kau ke apartementmu dan bersiap-siap untuk berangkat ke Nagisaen malam ini. "
Sasuke hanya diam, apa pun akan dilakukannya agar terlepas dari stalker gilanya ini.
***
●Apartement Sasuke●
"Sialan, katakan sejak kapan kau mengetahui pin apartmentku?!"
Suara datar Sasuke melayang di udara ketika kaki jenjangnya memasuki kediaman yang ditempatinya hampir lima tahun belakangan ini.
"Sejak lama," jawab Naruto enteng.
"Dari mana kau tau?"
"Oh, ayolah Sasuke, aku ini stalker. Kau lupa?"
"Ck." Sasuke berdecak malas, seraya mengambil ransel berwarna navy diatas lemari pakaian dan memasukkan beberapa baju dan perlatan yang mungkin diperlukan selama 'liburan mendadaknya' di Nagisaen.
● Kamar Sakura. 08:30 P.M.●
Sakura menatap langit-langit kamarnya yang putih, suara dan nada pria yang benyanyi di kafe siang tadi masih terngiang-ngiang ditelinganya. Bahkan Sakura hapal lirik lagunya, well sekedar informasi, Sakura sulit menghapal berbagai macam hal dalam sekali dengar, tapi sepertinya lagu pria kafe siang tadi telah menjadi mengecualian sekarang.
Berbaring tak nyaman diatas ranjangnya, Sakura akhirnya menyerah mencoba untuk tidur lebih awal dan mengambil laptop pink kesayangannya dan mengetik sesuatu disana.
Sesuatu mengusik ulu hati,
Mengganggu malam yang hampir terlelap sunyi.Akankah lirik itu bernyanyi lagi?
Atau hanya akan menjadi sebuah bagian dari memori?Pria pemetik gitar siang hari...
Aku berharap bisa menatap mata kelam mu esok nanti.
Kini, izinkan malam membuai ilusi,
Mengenalkan diri mu didalam mimpi.Sakura tersenyum tipis, diary dalam bentuk puisi ternyata tak terlalu buruk juga, pikirnya.
Akhirnya, Sakura menguap- menandakan bahwa kantuk telah melanda. Menekan Ctrl+S pada keyboard, menutup aplikasi microsoft word, mematikan laptop, dan berguling diatas ranjangnya yang empuk, dan mulai mengarungi alam mimpinya yang selalu menanti disaat dirinya tidur.
-Bersambung-
Cerita ini masih dalam tahap revisi, jadi mohon maklumi segala kekurangan dan alur yang tidak teratur.
Mungkin akan ada perubahan beberapa adegan yang tidak terlalu signifikan.
Salam hangat, Okanarsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Your Voice[✔]
FanfictionSejak menemukan Sasuke disebuah cafe, Sakura tak pernah bisa berhenti untuk melupakan pria itu bernyanyi dengan alunan gitarnya. Hingga setelah 4 tahun berlalu pun. Melewati perjalanan panjang, 2SKN telah menjadi bintang besar. Dan Sakura selalu men...