Malam semakin larut, bahkan mulai memasuki waktu dini hari. Tapi Studio 2SKN masih saja ribut oleh empat pria penghuni Studio. Beruntung, Studio ini jauh dari pemukiman warga hingga tak mengganggu tetangga yang tidur.
Naruto hanya menatap aneh Sasuke yang mulai mabuk. Meminum tujuh botol sake sendirian. Tentu saja dia akan mabuk parah lebih dulu ketimbang mereka bertiga. Naruto bahkan hanya meminum satu gelas sake saja, dan itu tak dapat membuatnya mabuk sedikit pun. Selebihnya Kiba dan Sai yang meminumnya.
"Hik. Kau tau, Nar?" Sasuke mulai meracau, Naruto hanya diam tak menanggapi. Terlebih lagi Sasuke memanggilnya hanya dengan 'Nar'? Apaan itu?!
"Kau selalu saja bertanya saat aku terbangun tengah malam," Sasuke menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Mencoba menahan pusing dikepala.
"Kau menyebalkan. Kau tau? Aku. Hik. Selalu ingin mencoba mempercayai mu sebagai teman. Hik. Sebagai seseorang yang bisa ku percaya." Mata onyx itu tertutup oleh lengan kekar milik Sasuke. Menyembunyikan segala emosi yang tergambar disana.
"Tapi apa gunanya keluarga, jika akhirnya untuk saling menghindar? Untuk saling melukai? Untuk saling acuh tak acuh. Tak ada kehangatan, hik. Yang ada hanya kalimat 'kau yang salah!' Atau pecahan kaca dan suara tamparan, jeritan, tangisan. Hahaa....itu hari yang benar-benar seperti neraka." Sasuke tertawa hambar, manik hitam itu masih bersembunyi dibalik lengannya. Membuat Naruto bingung harus berbuat apa.
"Dia...sedang membicarakan masalahnya? Atau~"
"Dia butuh tempat cerita, Naruto." Sai merebut atensi Naruto yang terpaku pada perkataan Sasuke. "Aku dan Kiba akan pulang." Naruto mengangguk sebagai jawaban.
"Kami pulang dulu, Leader-sama!"
"Kalian...keluarga ku sekarang? Boleh aku berkata begitu?" Ocehan tak jelas Sasuke berlanjut, membuat Kiba yang hendak melangkah melewati daun pintu, kembali membalikkan badan untuk menatap pemilik suara.
Hening mengisi udara malam disekitar mereka, membuat suasana sunyi tanpa adanya keributan seperti beberapa menit sebelumnya. Mengambil segala kalimat yang ingin dilontarkan sebagai jawaban.
"Anggap kami begitu saja, Sas. Jika itu membuat mu merasa nyaman untuk membuka diri." Kiba melanjutkan langkah, menyusul Sai yang telah pergi lebih dulu meninggalkan Studio.
Sasuke tersenyum tipis penuh arti, tanpa harus dibuat-buat atau direkayasa seperti biasanya.
"Terima Kasih." Ucap Sasuke tulus, masih dengan keadaannya semula, Menutup mata dengan lengan.
.
.
.Disebuah atap gedung sekolah, terlihat pria dengan helaian darkblue duduk dengan cerutu dan sekotak rokok dihadapannya. Tapi tak sedikitpun disentuhnya, bahkan hanya untuk menghisap nikotin itu barang sekali saja.
"Ha..." Helaan napas penat terdengar, menarik perhatian beberapa pria yang juga duduk disana bersamanya. Dengan rokok terselip dibibir.
"Ada apa, Sas? Kau tak berniat merokok?" Tanya Suigetsu, pria bergigi runcing yang menjadi salah satu teman Sasuke.
"Tidak, aku kesini hanya ingin membolos saja. Bukannya untuk merokok." Tolak Sasuke halus. Walaupun nantinya sesampai ia di rumah, akan mendapat amukan kedua orang tuanya karena membolos. Tapi mengingat sekarang adalah mata pelajaran yang paling dia kuasai; Matematika, jadi dirinya tak perlu masuk dan duduk mengantuk di dalam kelas. Lebih baik duduk di atap dan menikmati angin yang berhembus kencang diatas sini. Masalah materi, bisa dia pelajari nanti.
Tiba-tiba pintu menuju atap terbuka, memperlihatkan pria dengan perawakan tinggi dan rambut orange yang terengah.
"Kita diserang sekolah sebelah, Sas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Your Voice[✔]
FanficSejak menemukan Sasuke disebuah cafe, Sakura tak pernah bisa berhenti untuk melupakan pria itu bernyanyi dengan alunan gitarnya. Hingga setelah 4 tahun berlalu pun. Melewati perjalanan panjang, 2SKN telah menjadi bintang besar. Dan Sakura selalu men...