Ws|| 13

57 28 7
                                    

¤¤¤¤¤
Ketika rindu menjelma menjadi namamu~

¤¤¤¤¤¤

          Aku masih sibuk dengan pemikiranku saat ini. Nana yang akhir-akhir ini setia menemaniku di akhir pekan seperti hari ini.
"Kok kamu tambah hitam, Cha?" Sapa Nana saat aku terlalu sibuk dengan dunia pikiranku.
Aku merenggut padanya."kamu juga. Jangan sok paling putih deh, dasar lu kodok. Akhir-akhir ini aku lagi senang aja berenang,makanya kulitku mengelupas sekarang."Akhir-akhir ini aku lebih senang menghabiskan waktuku dengan berenang hampir setiap hari aku memilih untuk berenang dan menari di dalam air selama beberapa jam. Menari di dalam air selalu membuatku melupakan semua hal yang memenuhi otakku. Menari di dalam air bagai obat yabg menengkan detak jantungku,merangkulku dengan lembut,memberiku kehangatan yang setara dengan pelukan seseorang. Aku menahan napas sekuat mungkin di dalam air,menutup mata dan telingatku, menyelam untuk duduk di dasar kolam. Disinilah surgaku berada . Surga yang hanya bisa ku nikmati untuk beberapa detik saja.

Pikiranku kembali kepada Azka. Apa kabar dia? Sudah beberapa minggu berlalu sejak peristiwa itu. Sejak kali terakhir aku melihatnya di halaman depan rumahku, tanpa memiliki kesempatan untuk berbicara lagi  denganku. Kata-kata tanpa suara yang dia ucapkan kepadaku masih tersimpan dengan baik di dalam ingatanku. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.

Aku begitu merindukan dia dalam setiap tarikan napasku. Ada saat bahwa aku bisa melupakannya untuk sesaat, tetapi rindu ini akan muncul berlipat-lipat ganda tak lama kemudian. Aku begitu mendambanya tanpa bisa berbuat banyak, meremukkan semua perasaan yang tersisa di dalam diriku. Aku kangen Azka.

Nana hanya mengangguk-angguk mendengar jawabanku. "Eh, kapan kamu bawa handpone-mu lagi,Cha?" Tanya Nana kemudian.

"Sampai aku cukup usia untuk bertanggung jawab terhadap diriku sendiri!" Jawabku setengah sewot. Aku benci ketika teman-temanku menanyakan perihal mengapa aku tidak membawa ponsel. Memangnya aneh jika tidak membawa ponsel?

"Jangan sensi gitu dong cha, lu mah sensi amet jadi orang, aku kan udah rindu ngechat kamu kalau aku kangen tengah malam gitu maksudnya"ucapnya dengan nyengir.

Aku memilih untuk diam. Nana akhirnya tidak memilih untuk lanjut berkomentar. Pikiranku kembali melayang kepada Elma dan Azka. Apa kabar mereka? Bagaimana hubungan mereka sekarang? Masih pacaran atau tidak?

Elma tidak lebih seperti sebuah bayangan yang tak kasat mata bagiku atau sebaliknya. Kami tidak pernah lagi saling bertegur sapa. Jangan tanyakan bagaimana sedihnya perasaanku setiap melihat sosok Elma yang melenggang dengan anggunnya di hadapanku, tetapi tidak pernah menoleh untuk sekedar melihat ke arahku. Justru sebaliknya,jika kami terpaksa harus bertatapan ,dia akan memilih untuk melengos tidak menatapku lagi.

Aku hanya bisa membisu dan menahan rasa sakit di dada setiap hal itu terjadi. Hingga berminggu-minggu setelahnya, semua rasa sakit itu masih tetap sama. Tidak berkurang sedikit pun.

"Maaf , ya , Cha" kata Nana tiba-tiba.

"Kenapa , Na?" Tanyaku heran . Kenapa Nana tiba-tiba  minta maaf padaku.

"Aku nyinggung-nyinggung tentang masalahmu itu lagi." Aku tertegun. Nana tahu? Bodohnya aku! Tentu saja Nana tahu . Sepertinya semua orang tahu tentang masalahku dengan Elma. Hanya saja Nana tidak pernah menyinggung atau menanyakan masalah tersebut denganku.

"Ga apa-apa kok , Na. Sudah lewat. I'm fine," jawabku sambil berusaha tersenyum sewajar mungkin. Hanya itu saja yang bisa aku lakukan, selagi hati di dada ini sedikit demi sedikit mengalami sayatan kembali . Sakit lagi. Setiap mengingat mereka, dada ini terasa sakit lagi. Masalahnya adalah , aku selalu mengingat mereka setiap hari. Itu artinya aku selalu mengalami sayatan sakit di dada ini setiap hari.

Waiting SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang