¤¤¤¤¤¤¤
Aku mengalihkan pandanganku keluar jendela. Kota ini tampak sangat ramai karena malam minggu . Aku mulai bertanya-tanya,sudah berapa lama dia berada di Negara ini? Apakah sudah berkeluarga dan beranak-pinak? Ada sedikit rasa nyeri yang muncul di hatiku. Bayang - bayang wajahnya seolah hadir di depan mataku. Sangat jelas. Aku mendesah."Kenapa,Cha?" Tanya Vhanessa di sampingku.
Aku menoleh kepadanya. Menggelengkan kepalaku pelan
"
Nggak apa-apa kok. Capek aja."
"Sabar ya, dear," ucap Vhanessa sambil mengelus lenganku pelan. Aku tersenyum , berterima kasih atas perhatian kecilnya.
Aku kembali memandang keluar jendela,berusaha menikmati indahnya warna-warna yang di tawarkan Negara ini diwaktu malam. Sebenarnya, aku tidak melihat itu semua. Pikiranku tertuju lagi kepada dia-Azka.¤¤¤¤¤
Aku baru saja keluar dari toilet ketika seseorang menyebutkan namaku. Sial! Rupanya ,aku tidak akan bisa lepas darinya hari ini. Dia terlihat duduk dengan santai di meja bar yang terletak tidak jauh dari toilet ini.
"Azka," jawabku dengan enggan.
"Em.... Aca, boleh kita bicara sebentar di sini?" Pinta Azka tiba-tiba.
"Aku melirik ke arah Vhanessa. Dia tampak tidak melihat keberadaanku. Akhirnya,aku mengangguk, menerima permintaannya. Azka menarik sebuah kursi tunggal bulat untukku.
"Mau minum apa?" Tanyanya begitu kami duduk berdampingan.
"Jus jeruk saja," pesanku kepada bartender di balik bar ini.
"Lama kita ga ketemu ya. Sudah berapa tahun ya?" Azka memulai percakapan setelah sang bartender berlalu dari hadapan kami.
Enam tahun!Enam tahun kamu menghilang dari hadapanku.
"Entahlah. Sudah lama sekali. Waktu itu, aku masih SMA,"jawabku."Kayaknya ,enam tahun yang lalu ya?"
Aku mengedikkan bahuku,berusaha menampilkan sikap cuek." Mungkin,"sahutku dengan nada ketus.
"Ga nyangka ketemu kamu di sini. Kamu banyak berubah dari yang kali terakhir aku ingat. Dulu, kamu kurus dan bergaya sangat tomboy. Sekarang jauh lebih feminim, lebih cantik dan anggung. Aku pangling saat kali pertama lihat kamu kemarin . Aku sampai takut untuk memanggil kamu, tapi dalam hati aku yakin bahwa itu benar kamu. Dan, syukurlah, ternyata benar." Azka menghadirkan senyum itu lagi. Senyum yang menghantui mimpiku selama ini.Aku memalingkan wajahku darinya. Mencoba melihat kearah lain, ke bartender yang menyajikan minuman untuk kami. Aku memilih untuk bersikap tidak peduli atas pujian yang dia berikan kepadaku. Mendengar bahwa Azka memuji penampilanku kini, membuatku resah.
"Kamu senang menjalani semua ini , Aca?" Tanya Azka .
"Ini duniaku. Dan, ya, aku senang menjalani semua ini."
"Nggak ada yang keberatan karena kamu sering pergi keluar Nengri?"
Aku menoleh kepadanya. Pertanyaan menjebak." Dia enggak keberatan dengan profesiku." Hanya itu yang aku sampaikan kepadanya. Untuk apa menceritakan secara detail kepadanya? Peduli apa dia denganku sekarang jika dahulu saja dia tidak peduli padaku?Azka hanya diam memandangku. Aku mulai jengah. Aku menyesap minumanku untuk mengurangi kegugupanku.
"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Aca. Sama sekali ga nyangka akan bertemu denganmu lagi," ucap Azka dengan wajah yang penuh memandangku, dengan mata yang tidak pernah biasa aku kuasai sejak dulu itu, mata yang selalu membuatku menjadi tidak berdaya di hadapannya."Oh, ya?" Sungguh..., aku sebenarnya tidak ingin mengeluarkan nada sinis seperti barusan, hanya saja aku benar-benar tidak percaya dengan pendengaranku kali ini. Azka senang bertemu lagi denganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting SOMEONE
Teen FictionAku telah melangkah melewati beribu-ribu jarak,beribu-ribu hari,membawa ruang kosong dihatiku. Cinta telah kutitipkan pada masa lalu,tetapi aku masih menyimpan sehela harapan masa depan bersamamu. Aku masih ingat hangat jemarimu di pipiku,membawakan...