02 Kaprodi Mesum

2.2K 426 140
                                    

Jika kemarin semua anggota kepanitian OSPEK dengan terpaksa menghadapi sang Ketua BEM yang bahkan datang terlambat, tidak membawa perlengkapan sebagaimana mestinya serta menghabiskan hampir setengah hari untuk tidur di ruangan BEM, hari ini mereka menatap takjub sang Ketua BEM yang datang tepat waktu dan membawa perlengkapan seperti almameter dan nametag. Sesuatu yang sangat heran dan langka. Mood Aksa juga terlihat jauh lebih baik dari kemarin. Sungguh, Ketua BEM yang satu ini memang sangat sesuatu.

"Junior yang kemarin cantik banget, ya, Pak Ketua sampai Pak Ketua memutuskan untuk bergabung di kepanitian hari ini?"

Aksa memicingkan mata menatap anak buah yang kemarin ditegurnya karena menyelak, tidak mau mengantri. Aksa tersenyum seraya berdecak, "Lain kali, kalau lapar ngantri, ya, Man. Jangan kayak kemarin. Malu-maluin banget, sih. Mau ditaruh di mana muka BEM?"

Norman memutar bola matanya sementara, beberapa anggota BEM yang tahu cerita sebenarnya malah tertawa mendengar norman kena ceramah Aksa. "Anjir, ya, Sa. Gara-gara lo, semua anak pada ngetawain gue. Tadi gue beli batagor aja ditegur buat ngantri padahal, gak ada yang beli selain gue!"

"Makanya, lestarikan budaya antri, Man."

Norman mendengus lalu, melemparkan botol Aqua di tangannya ke arah Aksa. Untungnya, Aksa yang merupakan mantan anak basket punya refleks yang bagus sehingga dia berhasil menangkap botol yang hampir mengenai wajahnya tersebut.

"Tinggal ajak kenalan, pakai drama segala. Pantes hidup lo kayak drama, Sa."

Aksa terkekeh. Memang benar. Kejadian kemarin di kantin hanya rekayasa yang Aksa rencanakan, supaya terlihat bak superhero, katanya. Aksa meminta tolong Norman untuk menyelak saat cewek itu sampai di depan dan nantinya Aksa akan datang bak pahlawan yang mengomeli Norman. Sebenarnya, setelah itu seharusnya Aksa mengajak si cewek kenalan, tapi rasanya tak perlu. Tak usah berkenalan, Aksa sudah membaca nametag yang dikenakan cewek itu. Namanya Clarissa. Cantik, cocok untuknya.

Mungkin terdengar lebay, tapi Aksa benar-benar naksir Rissa sejak melihat cewek itu melangkah bersama ketiga temannya melewati ruang BEM ketika Aksa baru saja bangun tidur dan hendak memeriksa keadaan di luar. Saat Rissa tengah melangkah melewati ruangan BEM, cewek itu tengah tertawa mendengar lelucon temannya dan Aksa bersumpah, baru kali ini dia melihat senyuman semanis milik Rissa. Makanya, tak heran jika Aksa buru-buru membasuh wajah di washtafel dan melangkah ke kantin, tempat Rissa dan teman-temannya melangkah.

By the way, Aksa itu termasuk cowok yang biasanya pemilih dalam menjalin hubungan. Mantannya hanya lima dan kelima mantannya itu adalah cewek-cewek pilihan dengan sejuta pesona dan bakat. Aksa benar-benar selektif memilih pacar dan hanya karena dia suka pada pandangan pertama pada Rissa, bukan berarti Aksa akan langsung meminta Rissa menjadi pacarnya. Aksa punya tahapan sendiri untuk memastikan cewek itu pantas menjadi pacarnya.

Kegiatan OSPEK kembali dilaksanakan dan kali ini Aksa yang memimpin pembukaan kegiatan di hari ini. Kasanova kampus itu berdiri tegap di mimbar dengan almameter menyelimuti tubuh proporsionalnya. Mata elangnya menatap berkeliling sebelum mulai berbicara, "Selamat pagi, semuanya. Siap buat memulai OSPEK hari kedua?"

"Siap!"

Senyuman tipis terpasang di bibir merah mudanya, membuat beberapa calon mahasiswi tertahan. Duh, mereka baru melihat senior yang satu ini. Seharian kemarin, memang Aksa sama sekali tak muncul di hadapan para junior, kecuali saat dia dengan sok jagoan ke kantin memberantas para mahasiswa yang mau makan tanpa mengantri―meskipun hanya sandiwara belaka.

"Karena kemarin Rafael selaku Ketua Senat yang membuka acara hari pertama, hari ini izinkan gue memperkenalkan diri sebagai pembuka acara hari ini. Nama gue Aksa dan jabatan gue adalah Ketua BEM." Matanya berkeliling lagi, menatap satu per satu wajah para junior hingga akhirnya, Aksa menemukan apa yang dicarinya, "Jangan sungkan untuk lapor ke gue kalau ada senior yang melakukan hal-hal gak baik ke kalian. Gue akan tegur mereka, gak usah takut dan hei, kalian yang ada di barisan paling belakang Lionel Messi!" Seisi lapangan hening saat jari telunjuk kanan Aksa mengarah ke barisan paling belakang kelompok Lionel Messi. Aksa yang membuat nama kelompok para peserta OSPEK nama pemain sepak bola yang menurutnya legendaris.

ArasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang