06 Apartemen Aksa

1.5K 362 54
                                    

Suasana di mobil Aksa jelas hening dan tak ada satupun kata yang terucap dari mulut Aksa yang tengah menyetir. Sesekali, Rissa yang duduk di sampingnya melirik Aksa, mengeratkan jaket yang Aksa berikan kepadanya untuk memberi kehangatan kepada Rissa yang memang mengenakan dress mini.

Rissa tak tahu bagaimana harus membuka percakapan dengan Aksa. Rissa sendiri juga masih syok menghadapi semua kejadian buruk yang diterimanya bertubi-tubi. Mulai dari kasus Papa, Mama yang pergi, rumah yang disita dan tadi pagi Rissa mengira dia bertemu dua malaikat yang setidaknya dapat memberikan sedikit cahaya di kehidupan suram Rissa, namun sialnya, ternyata mereka bukan malaikat, melainkan iblis yang menyamar sebagai malaikat.

Awalnya, mereka memperlakukan Rissa dengan sangat baik sampai di sore hari, sang wanita mengajak Rissa pergi ke salon dan Rissa tidak memiliki sedikitpun kecurigaan akan hal tersebut. Saat kembali ke apartment itu, Rissa baru mulai curiga saat si wanita memberikan―atau bahkan memaksa Rissa mengenakan dress mini berwarna merah mencolok kepada Rissa dan mengatakan jika itu pakaian yang normal untuk makan malam. Mereka memang mengatakan ingin mengajak Rissa makan malam di sebuah tempat spesial.

Tapi si pria malahan berhenti di kelab malam dan mengajak Rissa di wanita-nya masuk terlebih dahulu untuk bertemu dengan teman mereka yang adalah seorang pria awal empat puluhan yang terlihat jelas sebagai pria yang memiliki jabatan. Mereka mengobrol singkat sampai akhirnya, si pria meminta izin kepada Rissa untuk berbicara dengan sang wanita di luar kelab dan meminta Rissa menemani teman si pria tersebut.

Menit demi menit berlalu sampai tiba-tiba saja pria yang mencoba mengajak Rissa berbicara akrab itu malahan menarik tubuh Rissa agar mendekat kepadanya. Rissa meronta, berteriak, tapi semua manusia di kelab malam saat itu tuli dan buta oleh musik dan juga pencahayaan.

Untuk itu, Rissa nekat meludahi wajah pria itu sebelum berlari meninggalkan ruangan khusus dengan aroma menenangkan tersebut. Rissa tak peduli apakah si pria mengejar atau tidak, tapi dia tetap berlari sampai tak sengaja dia menabrak punggung seseorang yang ternyata adalah Ketua BEM di tempatnya kuliah.

Rissa tak dapat memproses apa yang terjadi selanjutnya karena sekarang dia baru menyadari jika dia berada di dalam mobil yang tengah Aksara Gabriel Deandra kendarai.

"Lo udah makan malam belum, Sa?"

"Eh?" Rissa refleks bertanya bingung ketika akhirnya mendengar suara Aksa yang sedari tadi hanya diam.

Aksa menoleh dan terkekeh geli melihat kebingungan di wajah Rissa. "Rissa. Nama lo Clarissa, kan?"

Rissa menghela napas. "Tapi baru kali ini ada yang panggil aku Sa. Biasanya, anak kampus manggil aku Ris. Yang panggil 'Sa' cuma...kerabat dekat aku doang."

Aksa menoleh sekilas memperlihatkan senyuman lebarnya. "Wah, gue tersanjung. Kalau bisa, gue jadi salah satu kerabat dekat lo juga, ya? Jadi jodoh juga gak apa-apa. Hehe."

Suasana mobil yang semula canggung mencekam, berubah sedikit menghangat setelah Aksa memutuskan untuk buka suara. Keduanya terus mengobrol dan Rissa benar-benar bersyukur saat Aksa tidak mengajaknya bicara tentang apa yang baru saja terjadi padanya. Aksa seakan tak peduli.

Obrolan ringan mereka terhenti saat Aksa menghentikan mobilnya di tepi jalan, dekat sebuah warung yang pada spanduknya menyertakan nasi goreng, mie goreng dan mie rebus. Aksa mengajak Rissa turun untuk makan malam meskipun, Rissa belum menjawab pertanyaan awal Aksa tadi.

"Gue senang banget makan di sini. Menu kesukaan gue, mie rebusnya. Lo mau coba gak?" tanya Aksa sesampainya di dalam warung, di dekat si penjual yang sudah memasang ancang-ancang untuk membuatkan pesanan.

Rissa diam sejenak sebelum mengingat jika kopernya masih tertinggal di apartment dua iblis itu. Dompet Rissa berada di sana, bahkan ponsel pun Rissa lupa meletakkan di mana. Rissa tak punya apa-apa lagi selain dress mini sialan yang tengah dikenakannya.

ArasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang