17 Panggilan Video

1.5K 311 34
                                    

Aksa lupa kapan terakhir kali dia pergi ke Golden--mungkin sekitar dua minggu lalu saat dia berbicara dengan Farah akan keluar dari pekerjaannya. Setelah itu, Aksa tak berkunjung lagi ke Golden. Well, lagipula tanpa bekerja di Golden, Aksa memiliki penghasilan sendiri. Tak banyak yang tahu, tapi pemuda itu memiliki sebuah kafe di bilangan Kemang yang bisa dibilang tak pernah sepi. Modalnya berasal dari tabungan Aksa sejak awal masuk kuliah ditambah setengah penghasilannya dari Golden. Yang cukup mengesankan, dia pemilik tunggal dari kafe dengan pegawai berjumlah lima belas tersebut.

"Datang beneran, Briel?"

Baru duduk di kursi meja bar, Aksa sudah disambut dengan Farah yang menyodorkan sebotol minuman kesukaan Aksa alias absolute vodka beserta gelas kecilnya. Aksa tersenyum tipis dan mengangguk. "Apa kabar?"

Farah tersenyum. "As you can see."

"You look pretty as usual."

Farah terkekeh geli mendengar ucapan Aksa. "Selalu, ya. Briel si mulut manis." Farah membuka tutup botol absolute vodka tersebut, menuangkan di gelas Aksa.

Golden malam ini terlihat ramai, seperti biasa, dan sejujurnya, Aksa selalu merindukan tempat ini. Saat Aksa kesepian, dulu dia selalu pergi ke Golden dan berbincang dengan banyak orang yang membuka pola pikirnya. Aksa jadi lebih mengenal dunia melalui karakter orang-orang yang dia temui di sini.

"Tentang cowoknya Natalia--,"

Farah menunjuk dengan dagu ke arah belakang Aksa yang membuat pemuda itu sontak menoleh, mendapati seorang pemuda yang memukulnya di pemakaman Natalia baru saja tiba di Golden dan langsung mengambil tempat di salah satu sofa. Sofa yang pernah menjadi tempat pertama Aksa berbicara dengan mendiang Natalia. Tak lama kemudian, seorang gadis yang Aksa tahu adalah female escort menghampirinya, mengajaknya bicara. Wajah pemuda itu jelas-jelas terlihat tak tertarik.

"Dia kelihatan sangat depresi sejak pertama kali datang ke sini. Sebelumnya, dia gak pernah ke sini. Tapi mulai datang hampir tiap hari sehari setelah Natalia dimakamkan. Dia selalu pesan minuman yang Natalia pesan." Farah menghela napas, "I don't know, but he looks so in love with her. I feel sorry for his loss."

Aksa mengalihkan pandangan, kembali kepada Farah. "Apa dia pernah ngelakuin sesuatu yang aneh atau ajak teman ke sini?"

Farah menggeleng. "Gak pernah macam-macam dan selalu sendiri."

"I was being told that I have to be careful. He is dangerous."

Satu alis Farah terangkat. "Ah, ya? Mungkin. Dia kelihatan sangat kehilangan. Wajar jika dia melakukan hal-hal gila. Cinta itu buta, kan?" Farah terkekeh kemudian menambahkan, "Ingat? Kamu berhenti dari pekerjaan santai yang menghasilkan cukup banyak uang hanya demi seorang wanita. Cinta itu buta, kan?"

Aksa meraih gelas pertamanya, meneguk absolute vodka pertama kali sejak dua minggu belakangan. "Because I needed to."

"I'm curious about your girl. Is she pretty? Is she smart? Is she your type?"

Aksa mengedikkan bahunya. "Not at all, but I have this urge to protect her."

"Oh, ya? Bukan karena semua hal itu?"

Aksa mengedipkan satu matanya. "Those are bonus for me." Lagi, pemuda itu menuangkan absolute vodka ke gelas kecilnya dan menghabiskan dalam satu tegukan.

Ah, Aksa rindu suasana Golden.

"Kamu ada masalah apa sama pacarnya Natalia itu? Kamu datang ke sini cuma buat ngawasin dia?"

Aksa menoleh dan tersenyum tipis. "Cuma mau memastikan sesuatu. Tapi kayaknya gak akan mudah."

"Jangan buat masalah, Briel."

ArasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang