2

8.2K 669 58
                                    

Bel istirahat jam pertama pun berbunyi. Tanpa basa basi, Lisa langsung pergi ke perpustakaan. Lisa merupakan tipe cewek yang tidak membuat orang lain lama menunggunya.

"Eh, akhirnya dateng juga." ucap Sehun sambil tersenyum.

"Iya. Ya udah cepetan mau dibantuin cari buku apa?" tanya Lisa.

"Buku tentang psikologi gitu ada gak ya?" tanya Sehun.

"Bentar gue cari dulu."

Lisa langsung mencari buku-buku tentang psikologi yang diminta Sehun. Tidak butuh waktu lama, Lisa kembali dengan tumpukan buku psikologi yang menurutnya bagus.

"Nih, coba baca-baca dulu aja. Menurut gue sih bagus."

"Makasih ya, Sa."

"Iya. Udah, kan? Gue balik ke kelas ya."

"Tunggu sebentar." kata Sehun sambil menahan tangan Lisa.

"Apa? Bukunya belum ada yang cocok buat lo ya?" tanya Lisa.

"Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Sehun tanpa mempedulikan pertanyaan Lisa dan masih memegang tangan cewek itu.

Lisa diam mematung.

"Gue tau ini terlalu mendadak, tapi gue serius."

"Sehun, g-gue.."

"Lo mau kan?"

"S-sehun, maaf gue gak bisa."

"Tapi, kenapa?"

"G-gue gak bisa. Maaf." kata Lisa yang langsung meninggalkan cowok tinggi itu.

"Jujur. Semenjak gue putus dari Taehyung, gue jadi trauma buat pacaran lagi. Gue belum siap. Maafin gue, Hun. " batin Lisa.

———

"Hei! Ngelamun mulu! Kenapa? Cerita, dong. Apa gunanya gue jadi sahabat lo selama ini?" tanya Jennie.

"Lo tau Sehun gak?" tanya Lisa.

"Tau, si cowok dingin yang kemarin suruh gue panggil lo kan? Kenapa? Suka ya?"

"Dengerin dulu, katanya disuruh cerita." kata Lisa sambil mendengus kesal.

"Iya, iya. Kenapa?"

"Eh, tunggu. Dia cowok dingin? Perasaan enggak, deh." kata Lisa mengingat Sehun selalu memberikan senyum hangat padanya.

"Iya. Jutek banget. Tapi bisa dibilang cool lah, ya."

"Oh."

"Kemarin kalian kemana? Gue liat lo naik mobil tuh cowok."

"Nah, gue dipaksa pulang bareng dia. Katanya buat balas budi udah kembaliin dompet dia yang jatuh waktu gue sama dia gak sengaja tabrakan gitu. Terus kemarin juga dia tiba-tiba nge-chat gue suruh temuin dia di perpustakaan waktu istirahat buat bantuin dia cari buku. Dan di perpustakaan, dia nembak gue, Jen."

"SERIUS? LO TERIMA GAK?" teriak Jennie yang membuat semua orang di kelas menatap mereka berdua.

"Bisa pelanin suara lo gak, sih?" tanya Lisa kesal.

"Iya, iya. Maaf, deh. Lo terima gak?" tanya Jennie lagi.

"Gue tolak."

"Kenapa?"

"Gue belum siap buat pacaran lagi. Dan gue juga baru kenal Sehun kemarin banget. Ini terlalu mendadak buat gue." lanjut Lisa.

"Oh. Mungkin si Sehun tuh love at first sight gitu ke lo kali."

"Gak tau, deh. Tapi jujur, gue gak enak banget udah nolak dia. Dan begonya lagi, gue malah langsung ninggalin dia di perpustakaan tanpa jelasin alasan gue kenapa nolak dia."

"Saran gue sih, mending lo temuin dia, deh. Jelasin semuanya. Biar lo-nya juga gak kepikiran kayak gini."

"Ya udah, deh. Besok aja gue temuinnya. Sekarang gue masih gak enak."

"Iya. Ya udah jan cemberut mulu. Kemana Lisa-nya gue yang ceria mulu tiap hari?" kata Jennie menghibur Lisa.

"Makasih ya, Jen."

"Yoi, sist!"

———

"Kai, lo pernah di tolak cewek gak?" tanya Lisa sambil mencuci cangkir kopi di wastafel.

"Hm, pernah."

"Rasanya gimana?"

"Sakit, lah. Gimana sih lo."

"Santai, bro. Terus lo dendam gak sama cewek itu?"

"Gak dendam sih, cuma kesel aja. Dia dengan enaknya nolak cowok ganteng kayak gue."

"Nah, kan. Pantesan ditolak. Orang lo-nya geer banget jadi cowok."

"Dih, sirik aja lo. Btw, emang kenapa? Lo pasti baru nolak cowok ya?" tebak Kai.

"Lo mata-matain gue ya?"

"Gue kenal lo dari lama. Gue tau lo orangnya kaya gimana. Kalau lo nanya sesuatu, pasti lo lagi ngalamin sesuatu itu." jelas Kai yang membuat Lisa terkejut. Bagaimanapun, baru sekarang ia menemukan sahabat laki-laki yang sangat mengerti tentang dirinya.

"Duh, jadi baper kan gue." kata Lisa sambil menyusun cangkir kopi di rak.

"Baperan lo jadi cewek. Btw, kenapa lo nolak cowok itu?"

"Gue cuma belum siap pacaran lagi aja. Lagian gue baru kenal dia kemarin. Jadi, terlalu mendadak buat gue nerima dia."

"Tapi pas lo nolak dia, lo jelasin alasan lo?"

"Gue bener-bener kaget, jadinya gue langsung pergi."

"Nah, kan. Harusnya lo jelasin dulu alasan lo. Laki-laki juga punya perasaan kali."

"Iya, iya. Besok juga gue mau temuin dia buat jelasin semuanya. Tadi gue terlalu kaget aja."

"Nah, bagus. Ya udah cepetan. Ntar pulangnya kemaleman lagi."

"Iya, iya."

———

"Baru pulang, Sa?" sapa Bibi Kim dari dalam dapur.

"Iya nih, Bi. Tadi di kedai banyak pengunjungnya. Jadi pulangnya agak telat." jelas Lisa.

"Kamu gak capek sekolah sambil kerja, Sa? Bibi gak mau kamu kecapean." ucap Bibi Kim khawatir.

"Gak apa-apa kok, Bi. Lagian aku juga senang. Nambah pengalaman dan nambah teman juga." kata Lisa.

"Ya udah, deh. Cepat mandi. Takut kemalaman. Bibi udah siapin air hangat di kamar mandi. Bibi juga udah siapin makanan di meja. Jangan telat makan ya, Sa." ucap Bibi Kim.

"Iya, Bi. Makasih ya." ucap Lisa sambil memeluk Bibi Kim.

"Sama-sama, sayang." kata Bibi Kim sambil membalas pelukan Lisa.

"Terkadang gue bingung, ibu kandung gue itu mama atau Bibi Kim?" tanya Lisa dalam hati.

to be continued

obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang