6

5.6K 499 14
                                    

"Cowok yang kerja bareng lo di kedai kopi itu siapa?" tanya Sehun dengan wajah dinginnya.

"Kai."

"Harus ya sampai pelukan kayak gitu?"

"Ya ampun, Hun. Dia itu udah gue anggap abang gue sendiri. Gue gak ada rasa apapun ke dia. Please, jangan suka over kayak gini. Jujur, gue gak nyaman, Hun." jawab Lisa lembut.

"Lo itu pacar gue, Sa. Wajar kalau gue cemburu liat cewek gue pelukan sama cowok lain."

Lisa tidak menjawab Sehun. Dia terlalu lelah untuk berdebat dengan Sehun sekarang.

"Hun, ini bukan jalan ke rumah gue. Lo mau bawa gue ke mana?" tanya Lisa bingung.

"Ke rumah gue."

"Ngapain? Gue belum bilang ke Bibi Kim kalau gue pulang telat."

"Bunda gue ngajak dinner bareng. Gue juga udah ke rumah lo tadi buat minta izin ke bibi lo." jelas Sehun.

"Terus gue pake baju seragam kerja kayak gini aja gitu?"

"Itu baju lo di belakang. Tadi bibi lo udah siapin buat lo."

"O-oh, oke." jawab Lisa ragu-ragu.

"Kenapa? Lo gak suka dinner bareng gue sama bunda gue?"

"B-bukan gitu, lo gak bilang sebelumnya, jadi gue belum siap."

"Belum siap kenapa? Bukannya lo udah kenal bunda gue?"

"I-iya, sih. Tapi tetap aja gue masih canggung. Sebelumnya gue belum pernah dinner bareng orang tua pacar gue."

"Bagus deh, jadinya gue cowok pertama lo yang ngajak lo dinner bareng bunda gue."

"I-iya, hehe."

"Gak usah canggung, bunda gue keliatannya suka gue punya pacar kayak lo." lanjut Sehun.

"Suka kenapa?"

"Gak tau. Dia bilang dia suka aja gue punya pacar kayak lo. Soalnya selama ini cewek yang ngedeketin gue itu gak mau nerima jeleknya gue. Cuma gara-gara muka dan dompet gue doang." jelas Sehun.

"O-oh, iya."

"Gue ngerasa beruntung banget jadi cowok lo. Lo beda dari cewek lain. Lo berharga banget buat gue, Sa. Makanya gue keliatannya posesif banget sama lo. Gue harap lo ngerti." ucap Sehun sambil menatap mata Lisa dalam.

"I-iya gue ngerti. Asal masih batas wajar, gue maklumin kok, Hun."

"Iya. Btw udah sampai, nih. Sebentar." ucap Sehun sambil mematikan mesin mobilnya dan langsung keluar mobilnya lalu membukakan pintu mobil untuk Lisa.

"Ayo," ucap Sehun membuka pintu mobil sambil mengulurkan tangannya. Lisa pun refleks memegang tangan Sehun.

Kalau boleh jujur, jantung Lisa saat ini berdegup kencang. Apa ini tandanya Lisa sudah bisa menerima Sehun?

Sesampainya mereka di halaman depan, mereka langsung disambut hangat oleh bundanya Sehun.

"Wah, senangnya anak-anak bunda udah datang." ucap Tante Oh hangat.

"Ah, malam, Tan." ucap Lisa sambil mencium punggung tangan Tante Oh.

"Ya udah, yuk masuk. Bunda udah siapin makanan buat kita malam ini." ajak Tante Oh ramah.

"Bun, Lisa mau ganti baju dulu." ucap Sehun dengan muka datarnya.

"Oh, ya udah. Kamu anterin anak cantik ini dulu ya, Nak."

"Makasih, Tan." balas Lisa sambil tersenyum.

"Iya, sayang."

———

obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang