Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
×
Kim Donghan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
= taedonghan
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
"Kak Taedong!"
Taedong berlari memotong lapangan diikuti segerombol siswa berseragam putih biru di belakangnya. Ia masuk ke ruang UKS lalu mengunci pintunya dari dalam.
Suara ketukan terburu terdengar bersahutan dari pintu. Di balik kaca jendela, Taedong mengulas cengiran jahilnya ketika melihat para adik kelas yang menatap memelas padanya.
Jabatannya sebagai Wakil Ketua OSIS mengharuskan para siswa yang mengikuti kegiatan MPLS wajib mendapatkan tanda tangannya. Kemarin Taedong sudah berbaik hati memberikannya secara cuma-cuma tanpa minta mereka melakukan apa pun. Maka sekarang Taedong akan sedikit berulah sebentar.
Setelah dirasanya sudah sepi, Taedong lekas membuka pintu UKS. Sedetik setelahnya, sepasang mata Taedong membulat melihat penampakan di hadapannya. Seorang laki-laki dengan pita berwarna hijau, yang artinya dia peserta MPLS, berdiri tepat di depannya dengan wajah pucat luar biasa.
Langsung saja Taedong membantu calon adik kelasnya itu ke salah satu ranjang terdekat. Namun baru tangan Taedong hinggap di bahunya, lelaki itu bergidik dan menyingkirkan tangan Taedong secara paksa.
Aneh, pikir Taedong.
Baru saja ingin ia tinggalkan, lelaki tadi memanggilnya. Ia memperhatikan pita merah di blazer Taedong. Matanya sempat melirik nametag di blazer itu, tapi ternyata Taedong terlalu niat sampai-sampai menutupi nametagnya dengan menggunakan solasi.
"Kakak OSIS, kan? Sekalian tanda tangan, boleh?"
Taedong diam. Kalau mengiyakan, berarti misinya gagal. Tapi Taedong tidak tega menolaknya. Alhasil ia pun mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Di mana saya harus tanda tangan?" tanya Taedong saat menerima kertas berisi deret nama dan tanda tangan di atasnya.
"Ya di situ lah," jawab lelaki tadi.
Taedong membaca nama yang tertulis di pojok kiri atas. Kim Donghan, Ruang 02; Kelompok Radin Intan.
"Nama saya siapa?"
Lelaki bernama Donghan itu mendecak. Matanya masih terpejam merasakan rileksnya berbaring setelah lari sana-sini.
"Mana saya tau. Nama sendiri kok lupa," cibirnya.
... kok kesel ya?
Anak ini, menyebalkan. Ia bahkan tidak meminta tanda tangannya kemarin. Taedong menghembuskan napasnya kasar. Penasaran, Donghan pun membuka matanya.
Deg.
"Kolom saya di sini yang kemarin kosong, gimana bisa?"
Tatapan dibalas tatapan, kesal dibalas kesal. Kedua mata mereka saling memandang tanpa mereka sadari.
"Ya salah kakak, ngapain ilang-ilangan?"
Lagi, Taedong hanya bisa menghela napas. Ia membuka tutup pena Donghan, namun tak kunjung bergerak untuk membuat goresannya.
"Sebagai hukuman, silahkan gombalin saya," kata Taedong setelah berpikir keras.
Dapat ia lihat dengan jelas Donghan menatapnya seperti melihat kotoran.
"Kurbel najis!"
Jleb.
Entahlah, Taedong merasa seperti tertikam. Dalam. Nyatanya, kata yang meluncur dari mulut Donghan benar adanya. Maka dari itu Taedong tertohok.
"Oke. Jawab pertanyaan saya, nanti saya kasih bonus tiga tanda tangan sekaligus."
"Lawan kata dari kamu?"
"Saya."
Satu kolom di baris dengan nama Kim Taedong terisi dengan tanda tangan si empunya nama.
"Tidak suka?"
"Suka."
Lagi, sekarang dua.
"Terakhir, lawan dari saya?"
"Si peringkat satu."
Tiga. Setelah menandatangani tiga kolom di kertas itu, Taedong tersenyum simpul.
Donghan belum tau, Taedong merupakan si peringkat satu di angkatannya.
"Kamu suka si peringkat satu?"
Donghan mengangguk mantap. Ia mengandai memiliki kekasih yang baik dan cerdas, sepertinya menyenangkan.
"Oke. Saya bakal coba nyukain kamu."
Bruk.
"E-eH KOK PINGSAN?!"
.
gua udh mau tidur dan baru inget belum nulis buat hari ini. ngebut ajbdjsksm
