Lagi

4.9K 429 23
                                    

Selesai melakukan kewajiban sebagai umat beragama muslim, Prilly memilih untuk turun kebawah sekedar membantu membuat sarapan.

"Pagi semua." Ucap Prilly kepada tiga pelayan yang sedang sibuk dengan memasak.

"Pagi nona." Ucap salah satu pelayan dengan menundukan kepala, sebagai tanda hormat kepada majikan.

Prilly tersenyum hangat. "Ada yang bisa Prilly bantu nggak?" Semua pelayan diam sambil menoleh satu sama lain karna mendengar ucapan Prilly.

"Bukannya saya melarang nona untuk membantu, tapi kalau nyonya Ziya tau pasti kita yang nanti dimarah." Prilly diam, benar juga apa yang dikatakan oleh pelayan itu.

"Yaudah Prilly ketaman aja dulu ya? Prilly mau ngersain pagi dikota jakarta, mungkin sekalian nyiram tanaman." Setelah berucap Prilly berlalu dari hadapan para pelayan tersebut.

Disinilah Prilly duduk dibangku taman mengirup dalam dalam udara pagi yang masih segar, ya walaupun udara pagi disini tak seasri udara pagi dikampungnya setidaknya ini lebih baik karna Prilly dikelilingi tanaman yang indah.

Prilly mengikat rambutnya keatas dan menampakan janjang lehernya yang putih, Prilly mulai menyiram tanaman satu persatu.

Ya inilah yang sering Prilly lakukan dikampung, menyiram kebun milik tetangga lalu menjual hasil panen dari tanaman itu, dan dengan itu Prilly bisa menghidupi kebutuhan sehari harinya.

"Ngapain lo disini pagi pagi?" Mendengar suara itu sontak membuat Prilly menoleh.

Prilly tersenyum kecil melihat Ali lah yang datang. "Aku cuma lagi nyiram tanaman." Ucap Prilly lalu melanjutkan pekerjaan nya.

"Masuk. Anginnya kuat, mungkin bentar lagi bakalan turun hujan." Ali berlalu setelah mengucapkan itu.

Dan ya mendengar ucapan Ali membuat Prilly tersenyum kecil, walaupun ucapan yang Ali keluarkan sangat ketus tapi terselip perhatian didalamnya. Mungkin ini adalah awal.

Prilly memasuki rumah dan duduk disofa ruang keluarga dia bingung apa yang harus ia lakukan? Menyiapkan kebutuhan suami? Ah Prilly rasa itu tidak bisa ia lakukan. Karna ini hanya sebuah stastus tidak lebih.

Prilly mengambil majalah yang terletak diatas meja lalu membaca artikel yang ada didalamnya. Prilly asik dengan kegiatan nya.

"Bisa gitu lo baca? Gadis nggak berpendidikan. Paling juga cuma liat gambarnya dan nggak lebih." Ucapan itu sontak membuat Prilly menoleh.

Dan ya ternyata Ali, lelaki itu kembali mengatainya dengan cacian yang seharusnya tidak diucapkan seorang Pria kepada wanita.

"Aku memang nggak berpendidikan. Tapi seenggak nya aku tau caranya menghitung dan membaca." Ucap Prilly menatap Ali yang sedang mengerutkan dahinya.

"Oh ya? Sayangnya gue nggak nanya. Nggak berpendidikan ya bakalan tetap gitu." Prilly terdiam, menahan air yang siap meluncur dari matanya.

"Apa kata dunia nanti istri dari seorang CEO muda, tidak berpendidikan." Ucap Ali dengan kekehannya.

Sudah, air mata itu meluncur begitu saja dari mata Prilly. Prilly menatap Ali dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. "Walaupun aku tidak berpendidikan setidaknya aku masih memiliki moral, dan ya? Terima kasih atas penghinaan nya. Aku akan menerima nya, karna aku nyadar diri, kalau apa yang kamu ucapkan benar apa adanya."

Prilly meninggalkan Ali setelah mengucapkan kata kata itu.

"Apa ucapan gue terlalu nyakitin dia ya? Ah masa bodohlah." Ucap Ali pada dirinya.

Ali berdiri dan melangkahkan kakinya kemeja makan, menikmati makanan yang ada tanpa menghiraukan apapun.

"Mama kemana?" Tanya Ali kepada salah satu pelayan yang memang ada disana.

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang