Dimas dan Vindy

4.9K 462 42
                                    

Dimas sedang mengerutu kesal saat melihat Ali yang sadari tadi kerjaan nya hanya memandang jendela besar pembata tersebut. Sudah beribu kata yang Dimas ucapkan namun sama sekali tidak ada yang sahutan dari Ali membuat Dimas kesal setengah mati. Ya itung itung sekarang giliran Dimas yang dibuat kesal dengan Ali jangan Ali terus yang dibuat kesal.

"Ali, kenapa sih? Gue perartiin dari tadi lo diam aja? Lo nggak tau apa? Gue udah ngomong panjang kali lebar kali tinggi udah kaya rumus matematika lo cuma dia aja gitu? Lo gila?" Ucap Dimas dengan menatap Ali penuh kekesalan.

Ditengah tengah omelan yang diberikan Dimas kepada Ali, seseorang masuk tanpa mengetuk pintu ataupun apalah itu. Dan hal itu sontak membuat Ali dan Dimas menoleh bersamaan.

Disana dengan nada jalan yang menggoda Vindy berjalan kearah Ali yang saat ini tidak menatap Vindy sama sekali.

"Huh, daki anaconda kembali. Bakalan hancur ini kantor." Ucal Dimas dengan nada sindirian membuat Vindy menoleh dengan tatapan sinisnya.

"Apa yang lo omongin tadi? Gue nggak dengar."

"Lo punya gangguan pendengaran? Cantik cantik kok tuli sih. Kacian." Mendengar itu lagi membuat Vindy menggendus kesal.

Percuma jika meladeni Dimas, secerdik apapun kalian pasti akan kalah dengan ucapan pedas milik Dimas yang kadang kalau ngomong suka nancep dihati.

"Sayang,kok kamu beberapa hari ini nggak ada kabar sih." Ucal Vindy sambil bergelantung manja dilengan Ali.

"Aku sibuk."

"Tapi kan, seenggak nya kamu kasih kabar aku. Apa kamu bosan sama aku?" Ucap Vindy lagi dengan wajah yang dibuat buat sedih. Namun wajah tersebut membuat Dimas jijik.

"Sumpah itu wajah kok makin hari mirip sama kutil gajah sih." Kali ini ucapan Dimas terlalu frontal membuat kekesalan Vindy mrmuncak.

"Lo ada masalah apa sama gue. Hah?" Ucap Vindy dengan nada yang tinggi.

"Tinggalin Ali, karna Ali udah ada yang punya yaitu Prilly." Vindy tertawa mendengar ucapan Dimas. Bagi Vindy permintaan yang bodoh, karna Ali aja tidak ingin tau apapun tentang Prilly.

"Nggak akan."

"Kita liat aja nanti siapa yang akan memenangkan hati Ali, lo atau Prilly. Gue sih yakin Prilly yang menang,karna apa? Karna itik tidak akan pernah bisa menyaingi angsa." Ucap Dimas dengan entengnya tanpa memperdulikan perasaan Vindy.

"Kalian kenapa jadi bertengkar seperti ini? Gue pusing ngedengarnya." Kali ini Ali mengangkat ucapan karna sudah pusing melihat mahluk yang sedang beradu mulut tersebut.

"Dimasnya itu Ali yang ngatain aku." Rasanya Dimas ingin lenyap saat itu juga saat mendengar ucapan sok manja dari Vindy.

"Makin hari gue makin jijik ngeliat lo sumpah dah, mendengan lo sekarang keluar daripada gue yang akan turun tangan buat ngusir lo dari sini." Ucap Dimas yang merasa tidak suka dengan apa yang dilakukan Vindy.

"Lo perempuan kan? Seharusnya lo tau apa yang dirasain Prilly saat tau suaminya selingkuh sama lo." Ucap Dimas dengan menunjuk Vindy tepat didepan wajahnya membuat Vindy menutup matanya lalu membuka nya lagi.

"Tapi gue duluan yang pacaran sama Ali." Tegas Vindy dengan tatapan tajam tertuju pada Dimas.

"Oke kalau gitu,posisi kita balik. Lo yang lagi ada diposisi Prilly, dan Prilly yang ada diposisi lo. Gimana rasanya?" Kali ini suara Dimas naik satu tingkat lebih tinggi.

Sedangkan Vindy diam ketika mendengar ucapan Dimas. Melihat Vindy yang diam membuat senyum dibibir Dimas terukir lebih tepatnya senyum sinis.

"Mendingan kalian keluar dari ruangan gue sekarang. Gue pusing." Ucap Ali kembali dengan nada sinisnya dan menunjuk pintu keluar.

"Ali kamu tega ngusir aku?" Ucap Vindy dengan wajah sama seperti tadi. Sok sok manja, aslinya nyeramin kaya kuntianak. Masih mendingan kuntianak, pakaian nya masih sopan terturup lah si Vandy? Pakaian kurang bahan.

"Bukan gitu. Aku lagi pusing banyam kerjaan jadi mendingan kamu pulang dulu ya?" Ali berusaha untuk menahan amarahnya. Sebenarnya saat ini emosinya sudah ada dipuncak cuma dia harus menahan amarahnya suapaya tidak terimbas kepada siapapun yang tidka bersalah.

"Secara nggak langsung Ali udah ngusir lo." Celetukan dari Dimas kembali membuat emosi Vindy naik.

"Bisa diam ngga dih lo? Gue nggak lagi ngomong sama lo." Bentak Vindy kepada Dimas. Namun bukan nya takut Dimas malah tersenyum simpul.

"Gue punya mulut,kenapa harus diam? Kalau gue suruh lo diam, emang lo mau gitu langsung nurut? Pasti nggak kan? Ya begitupula dengan gue." Kesal dengan apa yang diucapak  Dimas membuat Vinya mengertak meja.

"Kenapa sih mulut lo pedas ngalahin cabe? Mendingan lo ubah dulu prilaku buruk lo itu."

"Mungkin ini suatu keberkahan, gue punya mulut pedas dengan begitu gue dengan mudah nyetuk dan jelek jelekin lo."

Sumpah demi apa emosi yang Vindy punya saat ini sudah melampaui batas. Rasanya mau Vindy remas itu mulut terus buang ke tong sampah.

"Vindy mendingan kamu keluar dari sini. Dari pada kamu dengarin ucapan pedas dari Dimas lagi." Mendengar ucapan Ali dengan segera Vindy berlalu begitu saja dari hadapan Ali maupun Dimas.

"Alhamdulillah ya Allah, masalah sudah pergi dari sini." Ucap Dimas dengan menadaghkan tangannya lalu mengusapkannya kewajah.

Ali yang melihat tingkah laku Dimas hanya menggeleng. Tidak percaya rasanya kalau Ali akan mendapatkan sahabat somplak seperti Dimas.

"Lo juga pergi dari sini." Dimas langsung melebarkan matanya ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut tipis Ali.

"Jahat banget sih lo ngusir gue. Kan gue mau ngasih jadwal besok buat lo." Ucap Dimas dan saat ini kembali menjadi Dimas yang Alay.

"Yaudah cepat apa jadwal gue besok."

Dimas membuka catatan yang sengaja ia bawa dari ruangan nya. "Besok lo harus ke LA, buat ngecek perusahaan yang disana."

Ali terdiam ketika mendengar ucapan Dimas. LA? Berarti dia akan pergi ke negara yang sekarang ditempati oleh Prilly? Akankah Ali dan Prilly akan bertemu disana? Entahlah.

****

Sedangkan disisi lain, Prilly sedang menatap kota LA dimalam hari. Tampak begitu indah dengan bangunan bangunan tinggi dan lampu lampu yang meneranginya.

Prilly sangat tenang disini. Tidak ada yang menganggunya kecuali hatinya saat ini. Rasa rindu yang teramat besar kepada Ali membuat Prilly akhir akhir ini kebanyakan diam, ya walaupun Andrea tampak sering mengajaknya berbicara,Prilly hanya menjawab dengan singkat kadang dia hanya menjawab dengan anggukan dan senyum tipis.

Rasa sayang yang memang sudah ada dihati Prilly, membuat Prilly sangat amat merindukan lelaki arrogan tersebut. Jika mereka bertemu Prilly ingin sekali berkata Rindu, ya itu saja.

Kata orang Rindu itu indah. Tapi hanya untuk orang orang yang saling merindukan satu sama lain. Sedangkan Prilly? Apakah Ali juga rindu dengan Prilly? Atau Rindunya ini hanya dia yang rasakan?

Larut dalam lamunan nya membuat Prilly lupa akan satu hal. Dengan cepat dia mengambil laptop yang berada diatas meja dan mengetik sesuatu didalam sana.

Prilly mencurhkan semua yang ia rasakan didalam sana. Merangkainya menjadi kata kata indah tentang Rindu yang saat ini dia rasakan.

Rindu yang teramat berat untuknya.

Semua kata hatinya saat ini hanya dapat ia curhkan terhadap laptop ini, dia masih belum dapat percaya sama siapapun. Maklum saja dizaman sekarang susah sekali mendapatkan orang yang dapat dipercaya.

Mereka berkata 'Aku akan selalu menjaga rahasiamu ini.' Tapi kenyataan nya? Dibelakang kita mereka membuka semua yang kita ceritakan.

"Jika kita bertemu suatu saat nanti, aku akan memelukmu erat dan tak akan melepaskan nya lagi sambil berbisik I Miss You So Bad." Ucap Prilly menyelesaikan tulisan nya.

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang