Jinyoung mulai bersiap-siap. Ia akan kembali ke hutan hari ini dan mencari herbal lainnya. Bahkan ia mendapat undangan dari Jihoon--teman penyihirnya yang lain, untuk mampir ke rumah namja gembul itu. Jihoon menawarkan herbal langka dan Jinyoung tertarik.
"Sudah siap, Bae?"
Jinyoung terkejut dari lamunannya membayangkan sosok sang sahabat gembul. Kepala Guanlin melonggok dari pintu kamar lalu perlahan tubuh itu masuk dan memeluk Jinyoung.
Si tampan sudah rapi dengan tunik berwarna coklat terang dan celana hitam. Sesekali ia membenarkan rambut dari pantulan di kaca. Tak lupa mencuri kecupan di pipi Jinyoung.
"Kau ikut, Guan?"
Namja itu menangguk. "Yap, untuk melindungi princessku dari orang-orang seperti kemarin."
Jinyoung berbalik, mengambil satu jubah hitamnya yang lain lalu memasangkannya ke Guanlin. Mengikat talinya dan merapikan. Setelah dirasa rapi, Jinyoung memasangkan kupluk jubah tersebut.
"Apa aku sudah tampak sepertimu, Bae?" tanya Guanlin dengan tangan yang sudah menyentuh pipi Jinyoung sayang.
Jinyoung menggeleng, "Kau tidak cantik sepertiku. Tubuhku kan penuh tato dan keriput."
"Keriput? Mana aku tidak lihat tuh!" Guanlin membolak-balikkan tubuh si mungil, memeriksa apa benar ada keriput di wajah Jinyoung.
"Ingat sayang, aku sudah tua"
"Iya, iya, Nyonya Tua."
Hampir saja satu pukul melayang ke tubuh Guanlin jika namja itu tak menahannya. Guanlin menahan tangan mungil sang kekasih kebelakang tubuhnya sendiri. Membuat seolah olah Jinyoung sedang memeluknya.
"Aku mencintaimu, Bae."
Jinyoung terkekeh, kali ini memeluk tubuh Guanlin dengan suka rela. "Aku juga Guan, aku mencintaimu sepanjang hidupku."
"Mari menua bersama, Bae."
Entah firasat darimana, Jinyoung mengangguk. Di kepalanya tiba-tiba tergambar masa depannya dan Guanlin. Masa depan yang indah. Berdua. Benar-benar hanya berdua dan menikmati tua bersama sama.
.
Si manis melangkah menembus lebatnya hutan. Sesekali ia terbang pelan, hanya bermain-main untuk tetap mengasah sihirnya. Gelak tawanya menghiasi malam yang tenang. Tenang, ia tidak tertawa sendiri, para binatang tiba-tiba muncul dan mengajaknya bermain.
Melupakan sang kekasih yang nun jauh disana. Guanlin akan mudah menemukannya.
Ah, jika Guanlin ada dalam jarak pandangnya saat ini, para binatang ini sudah diusirnya. Guanlin cemburu hanya karena binatang mengerumuni Jinyoung-nya.
Guanlin itu mudah cemburu. Jadi, Jinyoung sedikit terganggu saat Guanlin tidak menunjukkan kecemburuannya pada Minhyun karena memonopoli Jinyoung. Tapi melihat tingkah menyebalkannya dulu membuat Jinyoung yakin, tingkat kecemburuan seorang Lai Guanlin meningkat 100%.
Sruk. Srak.
Para binatang tiba-tiba lari berhamburan. Meninggalkan Jinyoung yang tidak mengerti. Ada cahaya dari jarak 50 meter. Bukan, itu bukan Guanlin, namja itu tidak perlu obor atau pencahayaan apapun. Karena Jinyoung sudah memantrai Guanlin agar dapat melihat dalam gelap.
Kalau bukan Guanlin lalu...
"PENYIHIIIIR!"
Pekikan kencang itu membuat Jinyoung terkejut. Ia segera berbalik, lari cukup kencang. Kalau perlu terbang. Saat akan terbang, satu tembakan melesat dan mengenai punggung kirinya. Jinyoung langsung terjatuh, mengaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
· h e x e ·
Fanfiction-kekekalan tidak membawa bahagia bagi Jinyoung, bahagianya hanya manusia bernama Guanlin I'm sorry my love- started: '18-05-27 end : '18-08-20