the end-1.

531 92 18
                                        

Jinyoung menata baju Guanlin dengan telaten. Memasangkan jubahnya. Bahkan membantu memasangkan beberapa perlengkapan keamanan diri.

"Tunggu aku di danau bawah air terjun ya Guan, aku harus mengurus beberapa hal di pondok."

Setelah mengatakannya, Jinyoung hendak berbalik. Bergegas pulang tapi gerakannya dihadang oleh Guanlin. Pria itu menggeleng.

"Kita langsung berangkat berdua saja, Hyung. Bersama."

Jinyoung menggeleng.

"Aku harus menyelesaikan sesuatu dulu, Guan. Aku benar-benar akan menyusulmu. Aku berjanji."

Guanlin masih cukup berat mempersilahkan Jinyoung kembali ke pondok. Dia sedikit tidak tenang jika Jinyoung tak berada disebelahnya. Setidaknya bisa ia lihat.

"Aku ikut kalau begitu," keputusan Guanlin yang lain.

"Guan, tidak akan ada apapun yang terjadi. Aku tidak bisa menunjukkan wujud anehku dihadapanmu lagi."

Ah, urusan yang itu. Guanlin selalu kalah dengan urusan yang satu itu. Apapun yang membahas tentang 'kekuatan' Jinyoung, Guanlin memilih menyingkir. Hanya Jinyoung yang punya hak untuk tau.

"Baiklah, kutunggu sampai 10 menit. Jika kau tak segera menemuiku, aku akan langsung menuju pondok."

"Oy! Oy! Guan."

Guanlin segera keluar dari rumahnya lewat pintu belakang. Dan pria itu berjalan sangat cepat. Bahkan Jinyoung sendiri sudah tak melihat siluetnya dalam 3 menit.

Bruk. Bruk. Bruk!

"Gwan, keluar!"

"Keluar kau pengkhianat!"

Jinyoung berbalik. Warga desa di depan rumah ini.

.

Daehwi membuang putung rokoknya dengan gusar. Ia melangkahkan kakinya mengelilingi kamar tempatnya menginap. Terasa ada ganjil disini.

Rasa ganjil yang menerpa hatinya terasa familiar. Sebuah "perasaan" yang ia hafal. Tapi Daehwi sendiri lupa apa perasaan ini.

Sejak awal dia masuk ke Friedlich, rasanya sudah sangat nyaman dan tentram. Dan kini perasaannya kian campur aduk.

Daehwi benar-benar tidak mengerti. Gilanya lagi perasaan itu mampu membuatnya gila setengah mati. Rasa nyaman yang mencekik lehernya.

"Sialan, ada apa sebenarnya di tanah ini?"

Dan satu putung rokok lainnya menancap di belahan bibirnya.

.

Kalian mau sisi Jinyoung apa Guanlin?



































































.

"Penyihir sialan!"

Jinyoung hanya diam. Dibiarkannya tubuhnya diseret-seret. Dipukuli. Atau bahkan dilempari dengan batu. Dahinya perih karena darah segar mengalir keluar. Ia pusing. Dan berusaha sekuat tenaga agar tetap terjaga.

"Enyah kau biadab! Karenamu kita kekeringan hingga saat ini!"

"Penyihir jahat harus dihapuskan!"

Siapa yang penyihir jahat? Jinyoung ingin sekali bertanya tapi belum apa-apa sebongka batu mendarat tepat di pipi kanannya. Seorang gadis mungil yang dikenalnya sebagai Rose-lah pelakunya.

· h e x e ·Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang