Third Page.

160 26 6
                                    

"Murasakibara-kun!"

Yang dipanggil langsung tolehkan kepala. Tatapan malasnya yang khas itu menatap gadis yang memanggil.

"Maaf, apa kau lihat Tatsu-nii?" tanyanya.

"Muro-chin?" Murasakibara tampak berpikir sejenak. "Entah. Aku belum melihatnya di jam istirahat ini."

"Begitu, kah?" Risha menghela napas. "Ya sudah. Tidak apa. Terima kasih banyak, Murasakibara-kun."

"Aah, tunggu, Risha-chin." Murasakibara meraih tangan Risha, menghalangnya untuk berjalan. "Boleh aku minta satu?"

"Hn? Apanya?" Risha menatap Murasakibara bingung, kemudian teringat sesuatu pada pelukannya. Plastik berisi roti isi juga snack.

"OH! Tentu. Silakan." Lantas tersenyum seraya menyodorkan plastik tersebut. "Pilihlah yang kau suka."

Murasakibara tidak menyahut. Meski tangannya bergerak masuk ke dalam plastik, meraih salah satu snack disana. Kemudian berterima kasih.

"Ngomong-ngomong," jeda sesaat, "Kau begitu besar, ya, Murasakibara-kun. Bahkan Tatsu-nii saja kalah besar."

"Benarkah?" tanya Murasakibara dengan gaya khasnya. "Kau sudah mengatakannya sebelumnya. Entah kini yang keberapa. Aku malas menghitungnya."

"Ah, maaf." Risha tertawa pelan. "Pikiranku agak kacau akhir-akhir ini. Mungkin karena harus belajar beberapa kata juga tulisan kanji. Yaah, meski saat Sekolah Dasar, aku bersekolah di Jepang."

"Oya, kenapa rambutmu panjang sekali?"

"Hng? Rambutku panjang karena tidak kupotong," jawab Murasakibara polos.

Risha menepuk jidatnya. Masuk akal, sih. Tapi tidak logis, pikirnya. "Kenapa tidak kau ikat saja?"

"Karena kubiarkan terurai."

Risha ingin membanting dirinya kala mendengar jawaban seperti itu. Kala itu juga, gadis itu teringat akan sang penulis yang memiliki sikap begitu. Penulis yang membuat cerita Tatsuya dengan Risha.

"Ngomong-ngomong soal Tatsu-nii, dia dimana, sih?"

"Mencariku, eh, Riimou?" Kalimat itu terdengar bersamaan dengan tangan yang mengacak-acak rambut blonde Risha.

"Ta-Tatsu-nii!" Risha menepis tangan Tatsuya pelan. "Kau membuat rambutku berantakan."

Tatsuya tertawa. Kemudian pandangannya teralih pada Murasakibara. "Masako-san bilang, hari ini kita libur."

"Oh, baguslah," balas Murasakibara seraya mengangguk pelan. Tangannya membuka plastik kemasan yang membungkus snack yang dimintanya pada Risha tadi. Kemudian melahapnya.

"Murasakibara-kun, kukira aku sudah pernah mengatakan padamu, makan tidak boleh berdiri," tegur Risha, "Nanti akan susah dicerna oleh tubuhmu."

"Bukankah itu bagus?"

"Bagus apanya?"

"Jika tidak dicerna, maka makanan yang kumakan akan terus di perut. Dan itu berarti aku tidak perlu membeli lebih banyak snack lagi," jelas Murasakibara.

Risha melongo, kemudian menepuk jidatnya. Sementara Tatsuya tertawa kecil. Teman mereka ini benar-benar polos Setidaknya itu yang mereka pikirkan.

"Tapi, aku masih lapar. Aku ingin membeli snack. Daah," pamit Murasakibara, kemudian berlenggang pergi.

"Duh, iya, iya." Risha mendesah lelah. Kemudian bersama Tatsuya, mereka berjalan berdampingan di lorong.

"Tatsu-nii tadi dari mana?" tanya Risha akhirnya.

"Hm? Hanya ada urusan sebentar," jawab Tatsuya.

Risha mengangguk pelan. Timbul sedikit rasa penasaran di hatinya, ingin bertanya urusan yang dilakukan kakaknya tadi.

"Eng, urusan apa?" tanya Risha.

"Hanya membahas tugas kelompok. Wajar jika kau tidak menemukanku di kelas. Kami membahasnya di perpustakaan," ujar Tatsuya seraya tersenyum.

"Begitu, ya. Harusnya tadi aku mampir ke perpustakaan. Tapi, karena membawa makanan, jadi kuurungkan niatku," ucap Risha, lantas terkekeh pelan.

"Himuro-san!"

Risha menoleh, kala mendengar dirinya dipanggil. Seorang gadis bersurai silver dan beriris ruby sepertinya menghampiri. Risha menatap gadis yang datang dengan beberapa kertas didekapannya.

"Ini, sudah kurangkum yang menjadi bagianku." Gadis itu tersenyum, lantas menyodorkan kertas-kertas tersebut pada Tatsuya.

Tatsuya tersenyum dan menerima kertas-kertas tersebut, menanggapi gadis seukuran Risha, hanya sedikit lebih tinggi saja. "Terima kasih, Takamitsu-san. Aku akan melanjutkan sisanya."

"Sama-sama." Gadis itu, Takamitsu entahlah, melebarkan senyumnya.

Dan itu membuat Risha cemburu.

11 Agustus 2018,
xxRisha

Oniichan: Ore no Aisuru NiichanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang