Tenth Page

123 20 3
                                    

Hari Sabtu telah tiba. Saatnya bersantai, pikir Risha. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering yang di layarnya terpampang nomor tidak dikenalnya.

Risha berdecak. Mengganggu saja. Tapi, toh, tidak apa. Lagipula hanya sebentar.

"Ng, moshi-moshi?" Risha bersuara pelan.

"Himuro-san, kau ada waktu senggang?"

Harusnya, jika Risha mengabaikan dering ponselnya saat itu, dia bisa bersantai dengan beberapa pocky matcha miliknya dan dengan pizza yang baru saja dihangatkannya di microwave. Dan, dia tidak akan berakhir berdiri di stasiun kereta seorang diri. Lebih tepatnya, tanpa orang yang dikenalnya.

Risha menatap sekelilingnya datar. Dimana orang yang mengajaknya bertemu? Sedari tadi, dia belum melihatnya. Apalagi, beberapa menit lagi, kereta akan datang.

Risha memeluk tasnya, menutup sebagian wajahnya dengan tas tersebut. Hingga akhirnya, kereta datang. Risha masih berdiri di tempatnya. Tidak mengubah posisi sedikit pun.

"Hoi, kau hanya ingin diam saja di sini?"

Risha menoleh dan mendapati Mayuzumi yang menatapnya dengan tatapan khasnya.

"Kau membuatku menunggu sedari tadi, kau tahu?" Risha mendengus pelan.

Mayuzumi meraih tangan Risha, menggenggamnya pelan dan membawanya memasuki salah satu kapsul kereta. "Siapa bilang? Sedari tadi aku justru berdiri di sampingmu. Kau saja yang tidak tahu."

Hari itu, Risha menghabiskan banyak waktunya bersama dengan Mayuzumi. Risha sendiri merasa nyaman dengan sikap Mayuzumi padanya.

"Himuro-san, kurasa aku memang menyukaimu," ucap Mayuzumi tiba-tiba.

Wajah Risha merona. Rasanya terlalu cepat mendengar pernyataan dari Mayuzumi. Dia merasa tidak siap. Dadanya berdegup kencang.

Bagaimana ini? Risha memang merasa nyaman dengan Mayuzumi, tapi dia masih memiliki rasa pada Tatsuya, bukan pada Mayuzumi.

"Eng, senpai. Maafkan aku. Aku ... aku tidak bisa," tolak Risha. Kepalanya tertunduk.

Mayuzumi menepuk puncak kepala Risha. "Tidak masalah."

"Aku ingin menerimamu. Tapi, aku masih ragu dengan hatiku. Aku masih menyimpan rasa pada seseorang dan itu belum hilang. Aku takut, kau akan merasa sakit nantinya jika bersamaku."

"Hoi, kau tidak perlu bercerita soal itu," cegah Mayuzumi. "Aku tidak ingin melihatmu merasa sakit."

"Tidak apa," ucap Risha. "Aku memang ingin bercerita."

Risha menarik napasnya. "Aku ini bodoh, kau tahu? Bisa-bisanya aku mencintai saudara kandungku sendiri. Meski dia kini sudah memiliki kekasih."

Risha tersenyum getir.

"Oh, sudah sampai. Terima kasih sudah mau mengantarkanku sampai ke rumah, senpai," pamit Risha tanpa menatap Mayuzumi, kemudian masuk ke rumahnya.

Diikuti oleh Tatsuya yang keluar dari dalam rumah, menatap Mayuzumi dengan senyumnya.

"Mayuzumi Chihiro. Ketua klub jurnalistik Yosen. Telah menjuarai kompetisi jurnalistik tiga kali berturut-turut. Meski begitu, kau kurang dikenali oleh orang sekitarmu karena hawa keberadaanmu yang tipis, bukan?" Tatsuya tersenyum miring seraya menatap Mayuzumi.

Mayuzumi membalas tatapan Tatsuya yang menatapnya sinis. Apa mau orang ini?

"Dengar, aku tidak ingin kau mendekati adikku," lanjut Tatsuya.

"Apa masalahmu jika aku mendekatinya?" tanya Mayuzumi kesal.

"Aku tidak menyukainya. Adikku belum cukup dewasa untuk lelaki sepertimu," jelas Tatsuya. "Dia adikku. Dan, hanya ditujukan padaku."

"Astaga, kau sungguh egois berlaku seperti itu." Mayuzumi terkekeh pelan.

"Kau ingin agar Risha hanya ditujukan padamu?" tanya Mayuzumi. "Kalau begitu, silakan kau berikan seluruh rasa cintamu padanya."

Tatsuya mengernyitkan dahinya. "Bukankah selama ini aku sudah memberikannya?"

"Itu rasa sayang kepada saudara. Bukan rasa cinta kepada wanita." Mayuzumi berbalik, hendak pergi.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, kau hanya menganggap Risha sebagai saudara perempuanmu. Tidak lebih."

makin gaje ahah.

28 Agustus 2018,
xxRisha

Oniichan: Ore no Aisuru NiichanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang