The Last Page

159 20 0
                                    

"Chihiro, kurasa kau harus lebih rapi lagi."

"Kenapa ... peduli sekali denganku, sih?" Lelaki yang dipanggil Chihiro mendengus jengkel.

"Tentu saja. Itu sebuah keharusan. Aku tidak ingin kau melamarnya dengan pakaian usang," sahut Tatsuya.

"Hei, kau menghinaku?" Chihiro memutar bola matanya jengah. "Dan, kita hanya menyambut kedatangannya dan menjemputnya saja. Ini bukan acara lamaran."

"Ya ampun, aku hanya bercanda. Serius amat," balas Tatsuya kemudian berdiri. "Oh, kau serius tidak ingin melamarnya?"

"Cuih." Chihiro mendecih.

Mayuzumi Chihiro, entah sejak kapan memiliki hubungan dekat dengan Tatsuya. Dan akhirnya, seperti inilah hubungan keduanya. Seperti kawan sejak kecil saja.

"Tou-san, bukankah sudah waktunya?" Seorang lelaki kecil muncul. Berumur sekitar enam tahun besarnya.

"Ah, nanti saja," ucap Tatsuya.

"Anata."

"Ah, iya, iya. Kami akan menjemputnya," ucap Tatsuya pasrah begitu mendengar suara istrinya yang terdengar mengintimidasi.

"Tamarin, kau ikut membantu mengangkat barang," ucap Chihiro, mengekori Tatsuya yang berjalan menuju mobil.

"Hah? Aku juga ikut?" tanya lelaki kecil itu. Perempatan kesal muncul di dahinya. "Sudah kubilang, jangan panggil aku Tamarin! Aku Tamara!"

Tamara menaiki mobilnya dan memasang sabuk pengamannya.

"Habisnya, setiap melihatmu, aku selalu teringat permen tamarin," ucap Chihiro.

"Permen seperti apa itu?" tanya Tamara penasaran.

"Permennya pahit. Seperti sikapmu padaku," jawab Chihiro enteng kemudian terkekeh.

Tatsuya tertawa keras mendengarnya.

"Ah, itu tidak lucu!" elak Tamara.

"Itu lucu, pfft," tawa Chihiro.

"Aku tidak peduli." Tamara melipat kedua lengannya. Bersikap seakan-akan dia memang jengkel.

"Sudahlah." Tatsuya dan Chihiro turun dari mobil. "Kita kesini untuk menjemputnya. Bukan untuk bermarah-marahan, lho."

Tamara menghela napasnya. "Baiklah," katanya sebelum turun dari mobil.

"Rame sekali!" seru Tamara melihat sekelilingnya.

"Tentu saja, bodoh." Chihiro menyentil dahi Tamara.

Terjadilah perkelahian kecil-kecilan di antara mereka berdua. Perkelahian kecil-kecilan itu mungkin saja tidak akan berhenti jika suatu pemberitahuan tidak muncul.

Pesawat yang diketahui Tatsuya, yang ditumpangi Risha sempat memiliki masalah di bandara Narita. Sehingga, penerbangan sedikit terlambat.

Tamara mengeluh, lama sekali pesawatnya tiba, keluhnya. Kemudian, kembali diusik oleh Chihiro. Kali ini, Tamara tampak benar-benar ngambek akibat Chihiro. Namun, lelaki itu terlihat tidak merasa bersalah pun.

Pesawat yang ditumpangi Risha akhirnya tiba di bandara Akita. Tamara yang tadinya ngambek, kini tidak lagi. Bahagia mendengar adik dari ayahnya telah tiba.

Tatsuya dan Chihiro melihat sekeliling, mencari Risha hingga ketemu. Sayangnya, mereka justru melupakan Tamara yang notabene masih kecil di keramaian orang.

"Bisa-bisanya aku melupakan anak itu, duh," gumam Tatsuya. Berkelilinglah dia di bandara Akita saat itu.

Hasilnya nihil. Dia tak menemukannya. Tatsuya dan Chihiro memutuskan untuk datang ke ruang informasi saja, meminta tolong agar anaknya dicari.

Informasi pun disampaikan. Tidak lama, datang seorang anak kecil bersama dengan seorang perempuan. Itu Tamara, yang berlinang air mata.

"Tamara! Ya ampun, kau ini." Tatsuya memeluk erat Tamara, menghapus jejak air matanya.

Kemudian, dia berdiri, mengucap terima kasih pada perempuan di hadapannya.

"Terima kasih sudah menemukan anakku," ucap Tatsuya berterima kasih.

"Wah, ternyata anak Tatsu-nii, ya?" Perempuan itu tersenyum.

"Riimou?" terka Tatsuya.

Risha menoleh dengan raut bahagia terpancar dari wajahnya. Rambutnya masih blonde, sama seperti terakhir kali mereka bertemu.

"Hai! Apa kabar?"

31 Agustus 2018,
xxRisha



status: complete.

Oniichan: Ore no Aisuru NiichanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang