Sixth Page

146 23 10
                                    

Risha merasakan kecemburuan saat kembali mengingat Tatsuya yang berangkat sekolah bersama Takamitsu. Dadanya terasa sesak, entah kenapa. Bahkan pelajaran pun tidak begitu diperhatikannya.

Lesu. Itulah keadaan gadis itu sekarang. Bahkan hingga sekarang, sepulang sekolah.

Arumi menatap Risha dengan heran. "Ricchan, ada apa? Kau tampak lesu."

Risha menggeleng. "Aku tidak apa-apa," jawabnya.

Arumi memutar bola matanya, kemudian menghembuskan napasnya. "Tidak apa-apa, apanya? Dari tadi kau hanya mengaduk-aduk yogurt cup milikmu. Biasanya kau akan lahap memakannya, terlebih jika itu rasa blackcurrant."

Tangan Arumi terulur, memegang kedua tangan Risha. "Ayolah, kau tidak bisa membohongi seorang Nakumi Arumi!" Kemudian, gadis itu tersenyum menghibur Risha.

Mulut Risha terbuka menatap Arumi. Kemudian, gadis itu ikut tersenyum. Membalas senyum Arumi. "Terima kasih, Aru-chan. Tapi kurasa, aku mungkin tidak bisa menceritakannya padamu. Ini ... cukup pribadi."

Arumi terkekeh. "Ah, tidak masalah, kok!"

Arumi bangkit dari duduknya. "Cepat habiskan yogurt-mu. Kita akan ke game center. Mungkin itu bisa sedikit menghiburmu, bukan?"

Risha tersenyum semangat. "Kau benar, Aru-chan!"

Lantas, dilahap yogurt berbentuk cup miliknya dengan cepat. Kemudian berdiri dan berucap semangat, "Ayo, Aru-chan!"

Arumi menyengir lebar, bersyukur karena Risha sudah kembali bersemangat. Meski mungkin hanya sebentar.

"Kurasa, aku akan mencoba permainan itu dulu." Risha menunjuk permainan dance dance revolution kala mereka baru tiba di game center.

"Aru-chan! Ayo one by one denganku!" tantang Risha.

Arumi menatao Risha dengan mata berkobar-kobar. Merespon tantangan Risha. "Tentu!"

Permainan dimulai. Temponya cukup lambat. Membuat Risha masih dapat menyesuaikan. Namun lambat laun, temponya mulai semakin cepat. Arumi tampak lincah memainkannya. Berbeda dengan Risha yang sangat jarang datang ke game center.

Dan pada akhirnya, permainan dimenangkan oleh Arumi.

Risha mengelap keringatnya dengan lengan seragamnya. Ternyata susah juga bermain permainan ini, pikirnya.

"Ahaha! Bagaimana dengan permainanku tadi? Hebat, bukan?" Arumi berucap bangga.

"Yap! Aku bahkan tidak bisa mengalahkanmu," jawab Risha, lantas tertawa.

"Ricchan, mau coba karaoke? Kebetulan kita di game center," tawar Arumi.

Risha mengangguk mengiyakan. Kemudian, mereka masuk ke dalam ruangan kecil. Box karaoke.

Arumi memutuskan untuk karaoke duluan. Selesai gadis itu karaoke, kini giliran Risha. Risha sama sekali tidak mengerti cara mengatur lagunya. Ini pertama kalinya dia karaoke di tempat seperti ini.

"Kalau begitu, aku yang akan memilihkan lagunya." Sementara Arumi menekan-nekan tombol yang ada.

Risha sudah bersiap dengan mikrofon yang tergenggam erat di tangannya. Kemudian terpampanglah judul lagu yang akan dinyanyikannya. Mata Risha membola. Dia tahu lagu ini. Tapi, apakah dia sanggup menyanyikannya?

"Suki ... nante ienai." Risha mulai melantunkan lagunya. Dadanya berdegup kencang kala itu.

"Anata shika mienai yo."

"Me ga au tabi. Koe wo kiku tabi."

"Toshiku naru setsunaku naru."

"Suki dakedo kurushii."

"Ima no atashi dou utsutteru no?"

"Dareka wo miru yokogao wa."

"Furi muka nai furi muka setai."

"Moshimo futari de yorisoi atte kisu shitara."

"Nante wo motte mo."

"Kana wanai no ni kana wanai no ni."

"Anata ni koishite ii desu ka?"

"Atashi ja dame kara."

"Mou dou shiyou mo nai kurai omoi tomaranai no."

"Zutto zutto issho ni irottara ii no ni."

Risha selesai berkaraoke. Dirinya terdiam sejenak. Sesak rasanya setelah menyanyikan lagu itu. Lagu yang hampir menggambarkan perasaannya pada Tatsuya. Sang kakak, sang cinta pertamanya.

song: Kataomoi - Miwa.

23 Agustus 2018,
xxRisha

Oniichan: Ore no Aisuru NiichanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang