Second Page.

208 28 5
                                    

Risha merebahkan dirinya di atas ranjang barunya. Sepatunya masih terpasang di kedua kakinya. Perjalanan selama dua belas jamnya tidak main-main melelahkan. Mulai perbedaan jamnya sebesar delapan jam, perjalanan selama sebelas jam empat puluh menit dari Amerika ke Tokyo, belum lagi perjalanan dari Ibukota Jepang itu hingga Akita.

Berpergian dari Amerika pukul delapan pagi, tiba di Jepang pukul sebelas siang. Yang berarti di Amerika kini sudah pukul tujuh malam.

Tatsuya datang menghampiri. Lelaki itu juga lelah, tapi setidaknya dirinya lebih memiliki banyak stamina dari adiknya.

"Risha," panggil Tatsuya dan duduk di sebelah Risha yang berbaring sambil memainkan ponselnya.

"Hm?"

Tatsuya mengintip layar ponsel adiknya sekilas kemudian bertanya, "Berkirim pesan dengan siapa?"

"Asa," jawab Risha singkat sambil tetap berkutat dengan ponselnya.

"Baguslah."

Risha menoleh. "Bagus kenapa?"

Tatsuya diam tidak menjawab, tersenyum manis. Tangannya bergerak mengangkat poni yang menutup sebagian dahinya dan memberikan kecupan pada dahi Risha.

"Tatsuya, berhenti menciumku!" seru Risha dengan nada kesal. Meski diam-diam, dia juga senang.

"Rish, kita sudah di Jepang," ucap Tatsuya tiba-tiba.

Risha memutar bola matanya malas. "Aku juga sudah tahu, Tatsuya."

"Panggil aku Nii-chan," pinta Tatsuya.

Risha bangkit dari baringnya. "Kok tiba-tiba?"

"Kapan lagi kalau begitu?" Tatsuya tersenyum menatap Risha. "Riimou."

"Riimou?" Risha mengulang ucapan Tatsuya, bedanya dengan intonasi tanya.

"Iya, Risha Imouto," sahut Tatsuya.

Risha diam tidak menjawab kemudian membuka kedua sepatunya yang masih digunakannya. Selesai membuka, Risha menoleh menatap Tatsuya.

"Tatsuyanii bisa keluar? Aku mau mengganti pakaianku," ucap Risha.

Tatsuya tersenyum manis menatap Risha. "Tatsuyanii sepertinya kepanjangan, deh. Ganti boleh, tidak?"

"Apa? Su-sudah sana, keluar!" Risha memerah malu entah kenapa.

Tatsuya tertawa seraya kedua tungkai bawahnya membawanya ke luar. "Iya, iya."

Risha mengatupkan bibirnya dengan wajah memerah. Matanya menatap pintu kamarnya yang kini tertutup. Risha bergerak mengunci pintu kamarnya kemudian beralih mengganti pakaiannya. Selesai berganti, Risha menghampiri Tatsuya yang duduk di kursi makan, tengah memainkan ponselnya.

"Sedang apa?"

Tatsuya mengangkat kepalanya, alihkan pandangan dari ponsel. "Mengabari bahwa kita sudah tiba di Jepang."

"Ah, aku lupa mengabari orang tua kita." Risha menepuk dahinya, mendesah pelan.

"Ya ampun, kau ini." Tatsuya berdiri, memajukan tubuhnya dan menyentil kepala Risha yang duduk di seberang. "Jangan ingat Pagi dulu. Ingatlah kedua orang tuamu."

Risha mengusap dahinya. Mengernyit heran tatkala mendengar apa yang dikatakan Tatsuya. "Pagi? Apanya?"

"Asa. Di Jepang, Asa itu berarti pagi," jelas Tatsuya, kemudian benar-benar bangkit. Dia meraih jaketnya yang diselampirkan di kursi makan dan memakainya.

"Mau kemana?" tanya Risha. Harap-harap Tatsuya mengajaknya pergi juga.

"Mungkin sedikit berkeliling," jawabnya kemudian berjalan ke ruang depan, yang bersebelahan tepat dengan ruang makan. Tolehkan kepala untuk menghadap Risha dan tersenyum. "Mau ikut?"

"Mau!" sahut Risha cepat. Buru-buru gadis itu berlari ke kamarnya dengan kedua kaki mungilnya, memakai sweater tebal cantiknya, kemudian kembali ke ruang depan dengan kaki yang sudah dibalut dengan kaus kaki.

Lantai kayu rumah yang cukup licin, ditambah Risha yang berlari dengan kaus kaki. Faktor tepat mengapa gadis itu kini terpeleset.

"Ugh." Ringisan pelan terdengar.

Tatsuya meraih lengan atas Risha, membantu sang adik berdiri. "Makanya, lain kali jangan lari-lari lagi. Hati-hati."

"Uh, iya."

1 Juli 2018,
xxRisha.

Oniichan: Ore no Aisuru NiichanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang