Still Reinhard POV
Setelah cahaya biru itu kami semua terbangun di sebuah ruangan kosong berwarna putih. Di sana tak ada seorang pun, hanya aku, Qalista dan juga Alexa.
"Alexa? Bukankah ia di culik?" Gumamku.
"Ia tak di culik, hanya di pindahkan ke dimensi lain" kata seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini.
"Siapa kau? Dan mengapa kami bisa di sini? Kau!! Kau pembantu pria itu kan?"
"Sialan..bukannya berterimakasih. Dasar anak kecil. Akulah yang menolongmu" kata wanita itu sambil mengerutkan dahinya.
" baiklah maafkan aku"
" gadis ini sangat berbeda. Ia sperti bukan berasal dari dimensi ini" sambung wanita itu sambil berjalan ke arah Alexa.
" kau tahu? Pria yang menyerang kalian bukanlah kaum penyihir seperti kita. Tepatnya dia seorang Demon dan pria itu sebenarnya hidup di sekitar kita."
" miss tidakkah kau tahu? Bukankah kau sudah dewasa? Kau pasti tahu bagaimana busuknya rupa seorang Demon? Dan pria itu sangat mirip dengan manusia" jawabku.
" Demon yang hidup di zaman ini sudah mulai berevolusi. Mereka mencari banyak cara agar penyamaran mereka berhasil. Kau pasti pernah dengar tentang 999 warga dari kota NY yang menghilang secara misterius ya kan? Itu adalah perbuatan kaum Demon . Mereka menjadikan manusia sebagai tumbal kepada lucifer lalu beberapa dari mereka secara suka rela menjadi kelinci percobaan. Dan salah satu percobaan yang berhasil adalah pria yang meyerang kalian" kata wanita itu sambil berjalan jalan mengelilingi kami.
"Baiklah aku sudah mengerti sekarang. Lalu miss bisakah kau beri tahu aku siapa nama mu? "
" oh ya maafkan aku. Baiklah aku lucy scherlet panggil aku lucy."
"Lalu di mana kami? Bagaimana kau membawa kami bertiga ke sini sendirian?"
"Sihir. Apa kau terlalu bodoh? Berapa pringkatmu di academy?otakmu kau gunakan untuk apa?" Tanya wanita itu sambil mengerutkan dahinya.
"Baiklah maafkan aku. "
"Sudahlah. Atas izin kepala sekolah kalian ku bawa ke sini untuk di karantina. Politik, beladiri, dan sihir. Suatu saat demon bisa menghisap kekuatan kalian jadi kalian perlu belajar beladiri."
"Bagaimana dengan politik?"
"Diam dan istirahatlah. Mulai besok kalian sudah akan memulai latihan".
Wanita itu pergi meninggalkan kami tanpa makanan sedikitpun? Ya tuhan sekarang aku sangat kelaparan.
Qalista dan Alexa belum saja terbangun. Aku merasa sepi di sini.
"Heii tidak bisakah kaliam menyiapkan makanan?televis? Atau videogame seperti yang ada di dunia manusia? " aku berteriak sekeras mungkin berharap ada yang mendengar ku.
Tiba-tiba sebuah kotak besar keluar dari lantai. Maksudku mungkin benda itu memang menyatu dengan lantai. Ntahlah aku pun tak mengerti. Itu televisi haha sebuah meja dan makanan pun menyusul seperti permintaan ku. Waah ini sangat membahagiakan.
Keesokan Harinya...
Bufffff....pintu itu kembali terbuka. Namun kali ini keluar asap aku tak mengerti kenapa seperti itu. Aku sudah menceritakan semuanya ke Alexa dan Qalista kemarin, tapi ini apa? Asap? Aku tak tahu menahu tentang hal ini.
"Beast ya ampun siapkan diri kalian gengs!" Teriakku.
Alexa dan Qalista pun sudah bersiap
KAMU SEDANG MEMBACA
I am the Demon [HIATUS]
FantasySeorang gadis yang akan memulai perjalanan kehidupan barunya.