Author Pov"Jadi aku temanmu?"
"Tak apa jika kau tak mau" jawab Alexa sambil melipat kembali selimut yang ia buka untuk Rein.
"Alexa"
"Ada apa?"
"Apa kau mempunyai sahabat? Maksudku sebelum kau pindah ke sini."
"Ya, kau sudah bertemu dengannya. Namanya Rossa. Hanya dia yang bisa membantuku, menenangkan emosiku, membuatku tersenyum"
"Lalu bagaimana dengan Qalista?"
"Dia hampir mirip dengan sahabatku Rossa, hanya sekedar "hampir mirip" tak ada yang dapat menggantikan posisi Rossa".
Braak!
Suara sebuah nampan yang terjatuh. Seorang gadis berdiri di ambang pintu dengan wajah yang datar akan tetapi matanya berkaca-kaca.
Qalista disana. Ia mendengar perkataan Alexa. Ia bersedih. Seperti ada banyak asap yang mengepul di dalam hati Qalista, pedih dan sesak yang sedang ia rasakan.
"Hanya kalimat seperti itu bagaimana bisa sesakit ini?" Guman Qalista.
"Qalista aku tak..
"Maaf aku harus kembali" kata Qalista memotong kalimat Alexa sambil berlari.
Sebuah tameng transparan membuat Qalista terjatuh. Ingin bersuara tetapi suara Qalista tiba-tiba menghilang. Perih yang ia rasakan karena mendengar kata-kata Alexa di tambah rasa perih dari sengatan tameng raksasa ini membuatnya berfikir bahwa ini hari kesialannya.
Qalista tak habis pikir bagaimana orang di sekitarnya dapat berlalu lalang tanpa meliriknya. Ataukah mereka memang tak melihat Qalista akibat tameng tersebut?
Sesuatu naik menjalar melilit tubuh Qalista dengan kuat. Seperti sebuah akar dengan duri yang mengelilinginya. Qalista menjerit kesakitan. Ia berusaha memanggil Alexa tapi semua itu percuma. Orang di sekitarnya bahkan tak memdengar ataupun melihatnya sekalipun.
Sosok itu kembali. Pria yang memiliki tongkat berujung biru datang. Ia tersenyum sinis melihat Qalista yang sedang menderita.
"S..siapa kau?" Tanya Qalista
"Ahahahah kau tak perlu tahu siapa aku. Sekarang yang harus kau lakukan adalah jauhi nona muda"
"Siapa?siapa nina muda yang ia maksud?"
Qalista bertanya-tanya di dalam hatinya. Ia terus memikirkan dan mencerna kalimat pria itu. Pengelihatan dan pendengarannya sudah tidak jelas lagi. Sampai semua berakhir dengan kegelapan.
"Qalistaa!!"
.........
Alexa Pov
"Rein..maksudku hei aku tak bermaksud menyakiti hatinya"
"Menurutmu kalimat yang ku ucapkan tadi terlalu kasar?"
"Mungkin bagimu itu biasa saja..tetapi untuk gadis rapuh seperti Qalista itu pasti akan menyakitkan." Kata Rein sambil menepuk kepala ku.
"Aku akan pergi untuk meminta maaf kepadanya"
Aku berlari dengan niat mengejar Qalista, tetapi di sana...Qalista
"Qalistaa!!"
Dia berdarah, maksudku apa ini? Mengapa kedua temanku mengalami kejadian seperti ini? Dan siapa pria berjubah hitam itu? Mengapa dia hanya tersenyum melihat Qalista tersiksa?
Aku membuang semua pertanyaan yang ada di otakku. Berusaha mengingat kembali semua mantra yang telah ku pelajari.
Mantra oh mantra..apa saja tolong keluarlah!! Aku berteriak sekuat tenaga. Otakku tak memberikan kompromi untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am the Demon [HIATUS]
FantasíaSeorang gadis yang akan memulai perjalanan kehidupan barunya.