Hujan lebat yang disertai angin sore itu tak kunjung reda, malah semakin hebat.
Dari balkon lantai dua, Elkie menatap cemas ke luar. Bagaimana dia bisa pulang ke rumahnya jika hujan terus membesar? Dia juga lupa membawa payung.
Sudah kesekian kalinya dia tidak membawa benda itu. Padahal dia simpan di atas meja belajar, tapi malah membuatnya jadi sering lupa bawa.
"Cih... Kenapa bisa lupa begini, sih... Dasar babo." Elkie merutuki dirinya sendiri.
Tapi kalau sudah tahu bahwa sore ini hujan angin, dia juga tidak akan berani pulang. Sepertinya dia harus menunggu di sekolah selama berjam-jam.
"Elkie Noona!" panggil suara laki-laki yang ia kenal. Elkie menoleh ke belakang. Seorang murid kelas 2 SMA menuruni tangga dan nyengir pada kakak kelasnya itu.
"Lho... Kau belum pulang juga?" tanya Elkie setelah Chan menghampirinya.
"Belum. Baru habis main basket di lapangan belakang, hehehe...," jawab Chan cengengesan.
"Hmm, pantas keringatan begitu. Itu keringat atau kau hujan-hujanan?" tunjuknya pada kemeja putih Chan yang basah.
Beberapa kancingnya tidak tertutup rapat serta tidak memakai dasi.
"Ini? Dua-duanya, Noona," kata Chan nyengir kuda.
"Aigoo, menjijikkan," komentar Elkie, "sana ganti bajumu! Kau bawa baju ganti, bukan?"
"Bawa, sih. Tapi malas, ah. Rumahku lumayan dekat dari sekolah, kok."
"Bukan masalah jarak sekolah sampai rumahmu, tapi demi kesehatanmu. Kau mau masih muda begini sakit-sakitan? Kau mau terkena paru-paru basah?" tanya Elkie sedikit galak.
"Arasseo, Noona, arasseo. Aku mengerti...," kata Chan menyerah. "Aku akan ganti baju. Noona tolong jaga tasku, yah?"
"Iya, iya. Tenang saja, aku tidak akan mengoprek isi tasmu..."
Sepeninggal Chan, Elkie masih menatap hujan yang belum reda. Tak lama kemudian, Chan sudah ganti baju. Celananya masih celana sekolah karena tidak terlalu basah, atasannya saja yang dia ganti.
Dia hanya memakai kemeja flanel biru muda yang tidak dikancingi. Sementara dalamannya memakai kaos dalam saja. Elkie hanya geleng-geleng kepala melihat Chan berpenampilan seperti itu.
"Yakk, kau mau masuk angin, hah?"
"Masuk angin? Nggak, aku kuat, kok," kata Chan yakin.
"Mentang-mentang kau sudah kelas 2 sekarang, eoh?" Elkie mengacak rambut Chan dengan gemas.
Tapi sepertinya Chan senang diperlakukan seperti itu. Ya, Elkie lebih baik sekarang daripada yang dulu dan gadis itu tidak mempermasalahkan Chan memanggilnya 'noona', bukan 'sunbae'.
"Noona suka kan, kalau aku pakai pakaian seperti ini?" tanyanya percaya diri.
"Suka, suka...," gumam Elkie pelan, "kalau kau masuk angin, baru tahu rasa..."
"Tapi Noona tetap suka, kan?" goda Chan lagi, yang membuat gadis itu tidak mampu berkata apa-apa.
"Noona kenapa diam saja? Noona mulai tertarik padaku, ya?"
Elkie mencibir. "Huuu... Geer sekali hoobae sepertimu..."
Chan terus menjahilinya hinga Elkie lupa kekesalannya pada hujan.