Keempat sahabat itu; Elkie, Yein, Sinbi, dan Umji, keluar bersamaan dari kelas mereka sambil tertawa.
"Noona!" panggil seseorang yang dikenal Elkie. Keempat yeoja itu langsung menoleh ke sumber suara. Mereka melihat Chan, adik kelas mereka, tengah menunggu di depan kelas kakak kelasnya sambil berdiri bersandar di dinding.
"Ah, annyeong haseyo, Sunbaenim," sapa Chan pada Yein, Sinbi, dan Umji. Lalu dia berpaling pada Elkie. "Jadi pulang bareng, Noona?"
"Eoh, jadi."
Sinbi dan Umji lantas menoleh cepat mendengar jawaban Elkie barusan.
"A—aku pinjam Elkie sebentar!" kata Sinbi menarik tangan Elkie dan mereka pun masuk ke kelas lagi. Chan menatap mereka dengan raut wajah kebingungan. Tak lupa Umji menutup pintu kelas itu.
"Aduh, kenapa tarik-tarik tanganku segala, sih?" tanya Elkie heran.
"Yakk, Chong Tingyan," kata Sinbi menyebut nama Tingkok Elkie. Elkie sedikit kaget ketika Sinbi memanggil nama aslinya. "Sejak kapan kau jadian dengan adik kelas itu?"
Sudah waktunya untuk memberitahu mereka, pikirnya. "Sejak... Yah, sejak dua minggu yang lalu," kata Elkie nyengir.
"Haaahhh?"
"Jinjjayo?"
Sementara Sinbi dan Umji kaget setengah mati, Yein tidak begitu kaget karena dia pernah memergoki Elkie sedang asyik chatting dengan pacarnya ini.
"Bukannya dulu kau pernah memakinya?" tanya Sinbi masih tidak percaya. "Maksudku, bukankah kau tidak suka diikuti terus olehnya setiap pulang sekolah?"
"Itu kan dulu," jawab Elkie tersenyum. "Lagipula, lama-lama aku sudah terbiasa dia mengikutiku."
"Dia itu adik kelas kita, Elkie-ya," kata Umji nimbrung. "Dia satu tahun di bawah kita!"
"Dengar? Betul yang dikatakan Umji tadi. Kau tidak salah pacaran dengan seseorang yang lebih muda darimu?" tanya Sinbi.
"Kenapa tidak?" Elkie balik bertanya. "Kalau sudah nyaman, bagaimana? Aku sudah nyaman dengannya. Dia baik, lucu, dan perhatian. Umur bukan menjadi masalah."
Yein mengangguk setuju. "Benar tuh yang dikatakannya barusan. Kalian jangan pernah menilai orang dari fisiknya?"
"Tapi... bagaimana dengan si Chanwoo?" tanya Sinbi lagi.
Dahi Elkie berkerut. "Memangnya ada apa dengannya?"
"Lho, kau lupa, ya? Dia pernah menyatakan perasaannya padamu, kan? Kau sendiri yang bercerita pada kami!" kata Sinbi.
Dari depan pintu, Chan mendengar percakapan mereka dengan teliti. Elkie Noona pernah ditembak? tanyanya dalam hati. Lalu dia memasang telinganya lagi.
"Eoh, dia memang pernah menyatakan perasaannya padaku. Dan sudah kutolak. Aku tidak pernah suka dengannya," kata Elkie mantap.
Mendengar hal itu, Chan tersenyum lebar.
"Sudah ah, aku mau pulang. Pasti Chan sudah lama menungguku."
"Ah, jamkkaman, Elkie-ya!"
Namun Elkie sudah membuka pintu. Sementara Sinbi dan Umji mendumel, Yein hanya senyum melihat pasangan baru itu.
"Kau mendengarkan percakapan di dalam, ya?" tebak gadis itu pada Chan yang bersikap sedikit aneh—menyibukkan diri sambil memainkan tangannya.
Chan menoleh. "M—mwo? Aniyo, Noona..."
"Kalau kau dengar juga tak apa-apa. Bukan masalah. Kau jangan dengarkan perkataan teman-temanku itu," kata Elkie setengah berbisik. Namja itu mengangguk. "Kajja?" Elkie bertanya padanya sambil tersenyum.
Chan membalas senyuman itu. "Oke, Noona!"