Ini yang paling Chan sukai saat pulang sekolah tiba, yaitu jalan bersama Elkie. Apalagi ketika kakak kelasnya itu mengajaknya ngobrol tentang apa saja. Walaupun hanya sampai halte bus saja karena arah pulang mereka berlawanan arah, tapi tetap saja ia senang.
"Omo!" seru Elkie siang itu, berhenti berjalan.
Chan segera menoleh. "Ada apa, Noona?"
"Jamkkaman... Sepertinya aku lupa bawa kunci rumah..."
Gadis itu cepat-cepat mencari benda itu di kantong risleting depan dan mengaduk semua barangnya di dalam. Setelah mencari, dia mencari kantong belakang. Wajah Elkie berubah jadi panik.
"Mungkin terselip di antara buku-buku, Noona. Carinya pelan-pelan saja," saran Chan menenangkannya.
"Eobseo...," kata Elkie lemas. "Ah! Aku baru ingat... Aku taruh kunci rumah di atas meja belajar! Aigoo, benar-benar bodoh!"
"Tadi pagi Noona terlambat lagi?" tebak Chan. Elkie mengangguk polos. "Mmm, sudah kuduga. Orang tua Noona pulang pukul berapa?"
"Mereka pulang pukul enam nanti. Dan sekarang masih pukul tiga lewat beberapa menit—tiga jam lagi... Masa aku harus menunggu di depan pintu seperti orang bodoh?"
Sementara Elkie terus menyalahi dirinya sendiri, Chan pun menyahut, "Noona, bagaimana kalau Noona ke rumahku saja?"
"Hah? Rumahmu?" tanya Elkie heran.
"Iya. Rumahku dekat dari sini, kok."
Lalu terdengar bunyi petir mulai menyambar dan langit siang itu berwarna kelabu.
"Lagipula sebentar lagi hujan. Daripada Noona menunggu di luar rumah selama tiga jam, lebih baik ke rumahku saja. Eottae, eottae?" tanyanya sambil mengedipkan sebelah mata.
"Tapi... tapi... Tidak apa-apa aku main ke rumahmu?" tanya Elkie tidak enak.
"Gwaenchanha, sekalian Noona bertemu dengan calon mertua," kata Chan bergurau.
"Calon mertua? Nugu?"
"Ibuku."
"Yakk!" Elkie mencubit lengan Chan pelan. Dia berpikir, benar juga katanya barusan. Daripada menunggu di luar rumah hujan-hujanan, lebih baik dia ke rumah adik kelasnya itu.
"Cepat mikirnya, Noona! Kelamaan!" sahut Chan tidak sabar. "Keburu hujan, nih!"
"Arasseo, arasseo, aku ke rumahmu!" kata Elkie akhirnya.
"Yesss!" ujar Chan senang.
"Tapi di rumahmu benar ada ibumu, kan? Rumahmu tidak kosong, kan?" Chan mengangguk bersungguh-sungguh. "Awas saja kalau di rumahmu tidak ada siapa-siapa, aku patahkan kakimu..."
"Iya, Noona!" kata Chan gemas. "Lebih baik kita cepat daripada hujan mulai turun!" Dia menarik tangannya, meminta agar Elkie cepat bergerak.
"Yakk, yakk, Lee Chan! Tidak usah tarik-tarik tanganku segala!" teriak Elkie sepanjang jalan.
Tapi dia tersenyum.
Dia berharap semoga hubungan dia dengan cowok tengil ini tetap awet.
-Fin