Chapter 9

266 44 32
                                    

Aku tidak bergeming, samar-samar mataku melihat kilatan cahaya, aku diam.

Seketika aku melihat ayah dan ibuku berlumuran darah. aku hanya menatap mereka dengan darah yang bercucuran di seluruh wajah.

Kemudian aku berfikir..

Apa aku sudah

mati?

¤¤¤¤¤¤¤¤

Kring kring kring

Aku terperanjat saat mendengar suara yang nyaring ditelinga ku.

"Haaa.. dimana aku?" dengan deru nafas tidak beraturan aku mencoba menenangkan pikiranku.

Aku menoleh ke arah kanan dan mendapati sebuah ponsel yang terus berdering. Dengan tangan gemetaran aku meraih ponsel itu dan mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Ha.. hallo." ujarku dengan nada yang bergetar. Aku terus memegangi kepala ku yang berdenyut.

"Halo, Deeren kamu kenapa?"

"Ii.. ini siapa?"

"Ini aku Yaya. Kamu kenapa?"

"Yaya?" aku mencoba memfokuskan pikiran ku. dan mengingat-ingat apa yang sedang terjadi.

"Haloo.."

"Iya.. aku baik-baik saja. Ada apa?"

"Ada apa gimana? Kamu dari semalam gak keluar kamar, aku udah ngetuk-ngetuk pintu kamar kamu, kamu gak buka. Aku dan teman-teman lain udah telepon kamu, kamu gak angkat. Kamu kenapa?"

Kepala ku terus berdenyut. Aku benar-benar tidak mengingat apa pun. Yang aku ingat hanya saat aku pergi bersama ayah dan ibu ku kemudian mobil? Truk? Darah?

Ahh! Kepalaku sakit.

"Aku baik-baik saja sungguh. Sudah ya, aku tutup dulu."

"Tapi.. Ak---"

Tit tit tit

Aku memegang kepala ku yang berdenyut.

Aku kenapa? Bukan kah aku seharusnya bersama ibu dan ayah? Lalu kenapa aku bisa berada disini. Dikamarku? Apa itu cuma mimpi? Tapi kenapa terlihat nyata?

Aku sangat ingat dengan jelas aku pergi bersama kedua orang tua ku, dan bagaimana truk itu menabrak mobil kami. Tapi kenapa aku bisa bangun di tempat tidur ini?

Aku melihat jam dilayar ponsel ku. jam menunjukkan pukul 5:25 sore. Aku beralih melihat tanggal, ada yang aneh. Sekarang hari minggu, bukan kah ini hari sabtu?

Tok tok tok

Sesaat setelah mendengar ketukan pintu aku langsung menuju dan membuka pintu. Diluar kamar sudah terdapat 5 orang sahabat ku.

"Kamu kenapa?" tanya Kirana, tampak wajahnya sangat panik.

"Memangnya aku kenapa?" tanyaku balik kepada Kirana

Mereka menatap satu sama lain, aku juga tidak tau kenapa. "Kamu tidak ingat?" tanya Miki, sontak aku menggeleng.

"Waktu itu sejak kelas ke-2 berakhir. kamu bilang kamu lelah dan ingin pulang keasrama sebentar. Kami memperbolehkan mu, karena kamu bilang hanya sebentar. Tapi, hingga kelas terakhir kamu juga belum kembali kekampus." jelas Kirana.

Aku mengerutkan kening. Aku tidak mengingat apapun. "Lalu?"

"Setelah kelas berakhir kami menelepon kamu berkali-kali, dan tidak ada jawaban. Kami khawatir akan sesuatu yang buruk menimpamu."

"Lalu kami mengira kamu sangat kelelahan sehingga kamu tidak masuk kelas waktu itu. Ya kami pun memaklumi."

"Namun hingga malam, kamu tidak ada kabar."

"Aneth sudah menelepon kamu tapi hasilnya nihil. Tetap tidak ada jawaban"

"Malamnya kami sangat cemas. Sampai kami berlima mengetuk-ngetuk kamar kamu tapi kamu tidak menggubrisnya. Kamu ini kenapa sih?"

Aku hanya menatap mereka dengan tatapan polos. Aku tidak mengerti sama sekali dengan apa yang mereka katakan.

"Hey, jawablah. Kau kenapa? Kau sakit?" tanya Bonet

"Mungkin cerita kalian benar. Tapi aku tidak ingat apapun. Sore itu aku pergi dengan ayah dan ibu ku. Aku bahkan tidak bertemu kalian." mereka menatap satu sama lain lagi.

"Ayah ibu? Deeren, dari semalam kamu tidak keluar kamar. Ada salah satu mahasiswi yang melihat kamu berjalan kearah kamar dan kemudian tidak keluar lagi." ujar Aneth

"Jangan bercanda Deeren." timpalnya

Bagaimana ini? Bagaimana aku menjelaskan kepada sahabat-sahabatku? Aku mengambil ponselku dan mengetik nomor dipapan keypad milikku

Semua sahabatku melihatku bingung. Tapi aku mengacuhkan mereka. Taklama itu muncul suara dari ponselku.

"Halo?"

"Iya, ada apa?"

"Ibu?"

"Iya nak. Ada apa menelpon?"

"Ibu, ibu dimana? ibu baik-baik saja? Ayah mana? Ayah juga baik-baik saja kan?"

"Kamu ngomong apa sih? Kami dirumah dan kami juga baik-baik saja, ada apa nak?"

"Ibu? Apa ibu dan ayah semalam kesini? Ke kampus ku?"

"Tidak. Kami tidak kesana. Memangnya kenapa?"

"Tapi, bukannya kalian menjemputku semalam?"

"Tidak nak. Ayahmu dan ibu tidak kemana-mana semalam. Ada apa sebenarnya?"

Aku mengernyit. "Tidak bu, tidak papa. Sudah ya aku tutup"

Aku benar-benar tidak tau apa yang terjadi. Apa aku kelelahan dan tidur sehari penuh lagi?

"Hei. Kamu benar tidak ingat apapun?" tanya yaya.

Aku menggeleng. "Aku mimpi buruk" ––ujarku

"Sudahlah, mungkin kamu lelah. Lain kali jangan seperti ini lagi ya kamu membuat kami cemas"

Aku mengangguk.

Aku percaya itu bukan mimpi. Tapi jika benar itu mimpi kenapa aku tidak bisa membedakannya.

Antara mimpi dan kenyataan

Apakah sama?

-

-

-

-

-

-

-

Don't Forget To Vote Guys...

TBC

Asrama Kampus [On Going Process]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang