02.

31 7 3
                                    

Kata orang, mencintai sewajarnya saja. Tapi, cinta El terhadap Brisha melebihi batas wajar. El mau melakukan apa saja asal Brisha bahagia dan selalu ada di sisinya. Brisha memang bukan gadis pertama yang mengisi hati El, tapi Brisha mampu menjadi yang terbaik untuk El.

Sebelum mengenal Brisha, El selalu merokok sejak SMP. Kini kebiasaan buruknya sudah tak lagi ia lakukan, itu semua karena Brisha.

Brisha merupakan segalanya bagi El.

Brisha tak mungkin bisa dilupakan oleh El begitu saja.

Tak ada orang lain yang El harapkan selain Brisha.

Hidup El hanya dipenuhi oleh Brisha, Brisha dan Brisha.

***

Setahun yang lalu tepatnya ketika mereka masih SMP, Brisha secara tidak sengaja menabrak El di depan gerbang sekolah. Berawal dari tabrakan itulah, entah setan apa yang merasuki El hingga akhirnya El tergila-gila pada Brisha.

''Ma-maaf, Mas,'' ucap Brisha terbata-bata.

''Iya gapapa. Kamu anak baru, ya? Aku baru lihat kamu selama 2 tahun sekolah di sini,'' tanya El pada Brisha.

Brisha yang sedari tadi menunduk karena takut dicaci maki, kini mulai mendongakan kepalanya dan perlahan menatap mata indah El.

''Iya. Saya murid pindahan,'' jawabnya sembari tersenyum pada El.

''Senyumnya bikin dag dig dug, Ya Allah,'' batin El.

''Kita ngobrolnya sambil jalan, ya? Nggak enak dilihatin pak satpam daritadi,'' pinta El yang kemudian mereka pun berjalan bersama.

''Kenalin namaku El-Insi Shakiy. Biasa dipanggil El. Kalo mau manggil Insi atau Shaki juga nggak apa-apa. Kalo mau manggil sayang juga boleh,'' ucap El yang kemudian ia terkekeh geli mengingat ucapannya barusan.

Brisha hanya tersenyum. Ia merasa cowok yang berjalan di sampingnya ini setengah waras.

''Terus nama kamu, siapa?'' tanya El.

''Aku Brisha. Brisha Pramudya. Pindahan dari Pemalang. Salam kenal, ya,'' jawabnya sembari mengulurkan tangannya dan langsung dibalas jabatan tangannya oleh El.

''Namanya cantik, secantik orangnya,'' tutur El yang membuat Brisha blushing.

''Kelas kamu di mana?'' tanya El.

''Belum tahu. Aku boleh minta tolong untuk dianterin ke ruang kepala sekolah, nggak?'' pinta Brisha dengan sopan.

''Boleh banget. Yuk aku anterin.'' El pun segera mengantarkan Brisha menuju ruang kepala sekolah.

Tak perlu menunggu waktu lama. Mereka telah sampai di tempat yang mereka tuju.

''Itu ruang kepala sekolahnya,'' ucap El sambil menunjuk ruangan yang berada di seberang mereka.

''Makasih ya, El,'' ucap Brisha yang kemudian meninggalkan El dan menuju ruangan tersebut.

Sebuah Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang