Hari Senin adalah hari yang sangat menyebalkan bagi para siswa pada umumnya. Tapi, tidak untuk para siswa SMP Bahtera karena upacara hanya dilakukan selama sebulan sekali dan diperingati setiap tanggal 17.
Jam pertama adalah sejarah yang merupakan pelajaran yang membuat para siswa mengantuk ketika didongengi oleh guru yang bersangkutan.
Sudah 10 menit, namun Bu Ari belum masuk juga.
Ketika para penghuni kelas sedang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, tanpa mereka sadari Bu Ari telah memasuki kelas.
''Assalamualaikum, anak-anak,'' sapa bu Ari kepada para siswa di kelasnya.
Beberapa siswa menoleh ke sumber suara dan saat mengetahui guru mereka telah datang, mereka pun berhamburan dan kembali ke tempat duduk masing-masing.
''Pagi ini kita kedatangan murid baru. Ayo, Nak. Masuk dan perkenalkan dirimu,'' pinta bu Ari.
Murid baru itu pun memasuki kelas dan mulai memperkenalkan diri.
''Selamat pagi, semua. Perkenalkan nama saya Brisha Pramudya, biasa dipanggil Brisha. Saya pindahan dari Pemalang. Salam kenal.'' Singkat namun mengesankan. Ya, itulah Brisha.
Mendengar nama Brisha, El yang tadinya sibuk menunduk membaca komiknya kini segera mendongakan kepalanya dan menatap Brisha yang saat ini di depan kelas hingga tak berkedip.
''Baiklah, Brisha. Silahkan kamu duduk di samping El, ya,'' pinta Bu Ari dan dibalas anggukan oleh Brisha.
Deg!
Jantung El berdetak sangat cepat. Keringatnya bercucuran. Telapak tangannya mendadak basah dan sekujur tubuhya dingin. Namun, pandangannya masih belum teralihkan dari Brisha.
Brisha melangkahkan kakinya mendekati meja El.
''Hai, El. Kita ketemu lagi,'' ucap Brisha ketika duduk di bangku samping El sembari tersenyum.
''Ar-Rahman ayat 21,'' kata El spontan.
Brisha berpikir sejenak untuk mencerna perkataan El. ''Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?'' ucap Brisha pelan.
El terkekeh mendengar ucapan Brisha.
''Kenapa?'' tanya Brisha heran.
''Aku nggak nyangka ternyata kita sekelas,'' jawab El sambil tersenyum.
Brisha membalas senyuman El. ''Aku juga nggak nyangka kalo bakal ketemu lagi.''
''Mungkin kita jo....'' El menggantungkan perkataannya.
''Jombie,'' sahut Brisha dan keduanya tertawa.
***
Diam-diam Zoya memerhatikan tingkah El dan Brisha. Biasanya yang ke mana-mana El selalu bersama teman sekumpulannya, kini lebih memilih untuk berdua dan menemani Brisha.
Ada sedikit rasa cemburu dalam hati Zoya. Hingga akhirnya Zoya memutuskan untuk mengintrogasi El sepulang sekolah nanti.
Tak lama, bel pulang pun berbunyi. Para siswa berhamburan pergi.
Zoya menunggu El di depan kelas karena setiap hari mereka selalu pulang dan pergi bersama. Namun, El masih di dalam kelas bersama Brisha. Mereka masih asyik mengobrol seolah dunia hanya milik mereka berdua dan yang lainnya ngekos.
Kurang lebih 15 menit Zoya menunggu, akhirnya mereka pun keluar dari kelas.
''El,'' sapa Zoya ketika melihat El keluar dari kelas.
El menoleh dan tersenyum melihat Zoya.
''Sha, kenalin ini sahabat aku namanya Zoya. Zoya kenalin ini Brisha teman baruku.'' El memperkenalkan keduanya.
Brisha mengulurkan tangannya. ''Hai, Zoya. Aku Brisha. Salam kenal, ya,'' ucapnya sambil tersenyum.
Zoya membalas uluran tangan dari Brisha. ''Salam kenal juga, Brisha,'' ucap Zoya dan berpura-pura untuk tersenyum.
''Zo, sepertinya aku nggak bisa pulang sama kamu. Aku mau nganterin Brisha ke gramedia. Kamu pulang sendiri gapapa, kan?'' tanya El.
Seperti petir yang menyambar di siang bolong. Hati Zoya kembali dihancurkan oleh El.
''I-iya, yaudah kalian hati-hati,'' tutur Zoya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Teen FictionJanji manis yang mereka ucapkan setahun yang lalu kini hanya menjadi angin lalu. Semenjak Brisha mengenal Shaka, perlahan El mulai dilupakan. Lalu, siapakah yang akan dipilih oleh Brisha? Apakah El yang selama setahun ini menemaninya dan telah ter...