05.

19 3 0
                                    

Masa putih biru telah usai, kini mereka memasuki masa putih abu. Brisha dan El berbeda sekolah. Tapi, El masih saja satu sekolah dengan Zoya.

''Zoya!'' sapa El ketika berpapasan dengan Zoya.

Zoya menoleh. ''Loh, El. Kamu sekolah di sini juga?'' tanyanya.

''Iya. Padahal aku berharap kita nggak satu sekolah lagi,'' kata El.

''Disyukuri aja. Toh, dari sekian ratus siswa yang daftar di SMA Edu Banyuwangi cuma beberapa yang diterima,'' cibir Zoya.

Mendengar pernyataan Zoya, El diam tak berkutik.

Di lain sisi, Brisha sekolah di SMA Ganendra Bayuwangi. Di sana ia bertemu beberapa teman lamanya di SMP.

''Loh, Sha. Kamu di Ganendra juga?'' tanya Eby.

''Aku kira kamu di Edu bareng El sama Zoya,'' sahut Rara.

''Edu tuh favorit tau, cuma yang pinter dan tajir yang bisa sekolah di sana,'' imbuh Manda.

Mendengar ucapan beberapa temannya, Brisha sedikit cemburu dengan Zoya yang bisa satu sekolah dengan El.

''Yaudah, Sha. Yuk baris, ntar dimarahi sama kakel,'' ajak Manda.

***

''Perkenalkan saya Hafiz Wishaka. Kalian boleh manggil saya Shaka. Saya ketua osis di SMA Ganendra Bayuwangi,'' ucapnya.

''Woaahh, cogan!''

''Kereeen.''

''Kak Shaka, aku padamu.''

Begitulah celotehan beberapa para siswi yang gila akan cogan.

''Hei, kamu yang kuncir kuda. Sini!'' perintah Shaka sembari menunjuk Brisha.

''Sha, dipanggil kak ketos,'' ucap Eby.

''Lah, aku? Kenapa?'' tanya Brisha bingung.

Brisha kemudian maju ke depan menghampiri Shaka.

''Kamu tahu kenapa saya panggil?'' tanya Shaka kepada Brisha.

Brisha hanya menggelengkan kepalanya.

''Ck! Lari lima putaran karena kamu nggak dengerin saya ngomong daritadi!'' perintah Shaka.

''Tapi....'' Belum sempat Brisha melanjutkan perkataannya, Shaka telah memelototinya.

Brisha dengan terpaksa menuruti perintah Shaka.

''Jangan sampai ada yang seperti dia!'' ucap Shaka kepada para siswa yang masih dalam barisan. Tak lama kemudian mereka dibubarkan dan diminta untuk memasuki kelas.

***

Setelah memutari lapangan sebanyak lima kali, Brisha kemudian duduk di pinggir lapangan sambil mencari angin.

''Capek, ya?'' ucap seseorang.

Brisha menoleh ke belakang dan melihat ada Shaka di sana.

''Nih,'' ucap Shaka sambil menyodorkan sebotol air dingin.

Brisha kemudian menerima air tersebut. ''Makasih.''

''Maaf untuk yang tadi.'' Shaka memecahkan keheningan di antara keduanya.

''Gapapa, Kak,'' sahut Brisha.

Shaka diam-diam mencuri pandang." Brisha Pramudya,'' ucapnya pelan.

''Kok tahu?'' tanya Brisha yang mendengar ucapannya.

''Tuh di name tag,'' jawab Shaka sambil menunjuk name tag milik Brisha.

Brisha hanya ber-ohh ria.

''Nanti sepulang sekolah bareng sama saya, ya? Saya nggak menerima penolakan!'' Setelah itu Shaka pergi meninggalkan Brisha.

Sebuah Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang