7

160 24 8
                                        

"Tujuan kita ke sini bukan karena kita bego atau apaan," kata Rama yang langsung membalas ucapan Ara--sebelum yang lain berubah pikiran akan tujuan sebelumnya.

Di sisi lain, Ara kebingungan dengan maksud cowok jangkung itu. Tapi, ia sadar kalau kedatangan mereka—ternyata—memang memiliki tujuan. Dan, omong-omog ucapan Rama barusan entah kenapa sedikit menusuk. Ah, ini pasti karena ucapan Ara yang kelewatan.

Gadis itu kini diam dan menunduk.

"Rama emang kalo ngomong begitu," kata Shiki sambil menyikut lengan Ara sedikit. "Jangan dipikirin."

Ah, sialan. Lagi pula ini bukan salahnya Rama atau apa. Tadi Ara salah bicara dan mungkin membuat mereka sedikit tersinggung. Lantas dirinya mencoba tertawa untuk mencairkan suasana. Tapi, setelah balasan keluar dari salah satunya, ia malah merengut.

Gue kadang nggak ngerti sama diri sendiri, batin Ara.

Sementara itu, ia langsung melirik ke arah Shiki. "Gue yang salah juga."

"Nope." Shiki menggelengkan kepalanya. "Dia emang nyebelin."

"Gue nggak budek, Ki." Rama terdengar memprotes, kalau gini rasanya lebih cair.

Sementara itu, Shiki hanya menutup kupingnya tak peduli. "Lagian ngapain Lu pada ke sini?"

Rama kini mendorong Raya yang ada di samping Dan ke depan. "Tuh, dia yang bikin acara. Katanya mau syukuran nilainya—"

"Halah, elo maunya ngumpet belakang tirai mulu. Padahal yang nyiapin amunisi kan situ," protes Raya pada Rama. "Ah, ya, Ki. Rama mau traktir kita buat syukuran nilai Lo yang naik."

Shiki diam. Ara juga diam. Masih mencerna hal yang sesungguhnya tidaklah perlu semacam ini.

"Hah?" Baru, suara itu keluar dari bibir Shiki. "Syukuran?"

Mereka berempat mengangguk—ralat, Rama tidak. Ia hanya menatap ke luar ruangan yang tampaknya begitu terik. Sementara Shiki langsung tersenyum kecut begitu anggukan itu selesai.

"Gak segitunya juga kali," gumam Shiki.

Lalu Ara, ia tengah menahan tawanya karena baru sekali melihat kejadian yang rasanya terlalu berlebihan ini. Maksudnya, apa saking langkanya nilai bagus milik Shiki samapai-sampai harus diberi syukuran bak seorang anak SD yang dapat ranking pertama.

"Lo juga jangan ketawa!"

***

"Plis, gak lucu kalo gue masuk tempat ginian sementara gue cewek sendiri," kata Ara begitu sampai di depan sebuah pintu. Ya, tujuan cowok-cowok itu adalah tempat ini.

Dan, meskipun Ara yakin kalau mereka bukan tipe anak yang macam-macam, bisa saja hal buruk terjadi seperti—masuknya petugas dan mengiranya gadis yang bukan- bukan.

"Ada manajer kita di dalam," kata Riza seolah tahu apa yang dipikirkan gadis itu.

"Lagian ya, Lo pada aneh-aneh aja, sih. Tau kan kalo Ara...." Shiki menggantungkan kalimatnya, lantas menoleh ke arah gadis itu. "Gue gak maksud jelek tapi—entah kenapa kalau hal ginian terlalu cepet."

"Gue ngerti, kok, santai aja sih." Ara langsung buka suara. Sementara teman-teman Shiki sudah mesem-mesem tidak jelas tanpa Ara dan Shiki sadari. Well, dua manusia tanpa sadar atmosfer menyebalkan tengah mengelilingi mereka.

"Lagian," potong Raya, "Lo sendiri kan yang mau ngasih Ara liat kita perform Sunset Color?"

"Kata siapa?!" pekik Shiki tiba-tiba.

Sugirai - Real IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang