Sore di ruang kelas pertama mereka bertemu―untuk belajar namun gagal. Harusnya Ara sudah datang mengingat bel sudah berbunyi 15 menit lalu. Kalau tidak salah, Shiki juga tadi sempat lihat kalau kelas Ara sudah bubar. Sayangnya, ia tak melihat keberadaan cewek itu. Lagi pula, apa yang bisa diharapkannya kalau sekadar lewat dan menoleh dari jendela.
Di sisi lain, Shiki juga baru ingat kalau Ara―bahkan―tidak bilang akan datang lagi untuk mengajarinya. Ah, walau tahu menunggu Ara sia-sia tapi akhirnya Shiki masih berada di tempat ini.
Hingga, setengah jam berlalu, Shiki hendak menggaet tasnya dan pulang. Namun baru berdiri di samping meja, sosok yang sebelumnya ia tunggu datang dengan napas tersenggal-senggal.
"Soriiiii," katanya, "tadi gue udah balik duluan. Tapi pas di depan bank baru inget."
Perlahan, ia mendudukan diri di bangku paling depan. Great, habis lari. Shiki tahu itu. Dan, entah kenapa itu membuatnya tertegun. Masalahnya....
Siapa yang ngira dia bakal balik lagi, batin Shiki.
"Besok kelas Lo ada praktek, kan?" tanya Ara diiringi anggukan Shiki yang sejujurnya ia bingung dengan sikap cewek ini yang mendadak....
Sumpah, kemana Ara yang rese waktu itu?!
"Kebetulan kelas gue tadi," tambah Ara seolah tak membiarkan dirinya bicara, "tambahan materi yang ada If-nya. Agak ribet tapi...."
Ara diam tiba-tiba. Tampaknya baru sadar kalau sikapnya membuat Shiki bengong sebengong-bengongnya. Ah, ia suka tidak sadar kalau tiba-tiba berubah begini.
"Mood Lo lagi bagus, ya?" tanya Shiki ragu-ragu.
"Eh?" Reaksinya di luar dugaan. Namun seketika, ia memalingkan wajahnya. "Liatinnya jangan gitu, Dodol! Malu guenya!"
Bisa malu juga, batin Shiki. Terus, yang tadi itu apa? Hal yang bahkan amat memalukannya sudah berlalu dan Ara baru menyadarinya. Gila.
"Ngehina lagi," ucap Shiki tanpa sadar.
Ara menyipitkan matanya dan memandang Shiki sebal. Sedetik kemudian ia malah membuka tasnya dan minum di hadapan cowok itu.
"Ya, habisnya," tambah Shiki, "Lo lari jauh-jauh ke sekolah dan gue pastiin udah hampir naik angkot tapi pas balik malah ngehina gue juga."
"Bukan artinya gue peduli atau apa, gue cuma kasian sama Lo aja," balas Ara setelah menutup botol minumnya. "Lagian kalau nilai Lo jeblok lagi, gue juga yang malu karena dianggap gagal ngajarin cowok hyper-mega-max femesebel dari kelas sebelah."
Shiki sontak menatap datar cewek itu. Maksudanya, cara bicaranya barusan ... demi apapun kenapa jadi mirip sama cewek-cewek tsun dan kalimat hyper mega max tadi seolah mengejeknya karena kalimat itu sering digunakan salah satu tokoh anime yang punya nama asli sama dengan nama panggilannya. Tapi, mungkin ini karena....
"Lo masih ngidol Side-M, kan?" cetus Shiki tanpa sadar.
"Eh?!" Ara mendadak panik. Malu kali kalau ia ketahuan masih suka nonton anime di hadapan orang ini. Lagi pula, kebiasaannya itu sudah ia kurangi-kecuali nyetok dari lab dan membawanya bergiga-giga. "Apaan? Ya kali masih ngidol gituan."
Dan, tentu saja Shiki tak langsung percaya-bahkan-sangat tidak percaya dengan ucapan Ara. Lagi pula, season 2 anime ini baru akan keluar 2019 nanti saat mereka hampir naik kelas 12.
"Halah, masih nunggu season 2 mah ngaku aja," ujar Shiki membuat gadis itu geram.
Lagi pula, kenapa bahasan mereka yang semula adalah tugas TIK jadi bahas anime idol. Oh god, bawa Ara kembali ke jalan yang benar. Ia yakin kalau dirinya sudah pensiun walau setiap dengar lagunya selalu jingkrak-jingkrak sendiri. Tuh kan, Ara balik lagi bahas kebiasaan buruknya. Ini malu-maluin sumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugirai - Real Identity
أدب المراهقينWarning! - Cuma cerita biasa. - Bakal banyak typo. *** "Wibu kok gaptek." Satu kata yang membuat Shiki―sang vokalis ekskul light music di SMA Patriot―dendam habis-habisan pada cewek kelas sebelah bernama Ara. Namun, siapa yang tahu kalau c...