2

204 32 40
                                    

Wibu kok gaptek.

Shiki masih teringat tentang ucapan cewek yang ia pikir tak ada manis-manisnya sedikit pun. Maksudnya, Hei! Apa cara bicaranya gak bisa direm sedikit.

Hatinya tertusuk.

Oke, Shiki akui ia memang lemah dalam teknologi. Tapi tak sepenuhnya juga. Ia hanya lemah dalam pelajaran saja. Dan itu pun di materi pengolah angka. Sisanya, ia hanya sering kehilangan akun karena tiba-tiba surelnya tidak bisa dibuka.

"Pokoknya gue kesel sama tu cewek," kata Shiki pada Rama yang tengah mencoba senar baru di gitarnya. "Lo tau kan Ram, gue gak pernah digitu―"

"Shik, gue ga bohong kalo bilang cara ngomong Lo jadi kayak cewek tukang ngomel," potong Rama setelah menghela napasnya.

Shiki semakin kesal mendengarnya. Ia langsung duduk dan menyandarkan tubuhnya di tembok seolah melakukan hal itu dapat membuang segalanya.

"Kenapa juga harus cewek itu yang ngajarin gue?" ucapnya tanpa sadar.

Rama melirik datar ke arah Shiki. "Karena dia nggak bego kayak Lo."

Menusuk. Ucapan Rama entah kenapa selalu berpengaruh pada dirinya. Mungkin karena Rama yang paling bisa diandalkan di antara semuanya.

"Kenapa nggak Lo aja maksud gue gitu."

"Ngomong Lo belepotan sumpah," komentar Rama. "Lagian juga gue udah nyoba berkali-kali ngajarin materi yang sama tapi hasilnya gitu lagi-gitu lagi."

Shiki menyerah. Ia tahu kalau Rama sudah tak kuasa mengajarinya. Bisa saja Rama memberikan salinan setiap tugasnya. Tapi, Rama bukan tipe orang seperti itu. Terlebih, ini seorang Shiki. Ia tak akan mau masa depan sahabatnya suram gara-gara tak bisa mengerjakan materi yang entah berguna nanti atau tidak.

"Kadang gue gak bisa bedain di mana letak Lo sayang sama gue atau ngehina karena gue ga bisa," ceplos Shiki membuat tatapam tajam dari Rama keluar. Ah, Rama salah paham. "Plis, maksud gue nggak belok elah."

Rama menghela napasnya. "Cara ngomong Lo itu bisa bikin orang salah paham, Dodol!"

"Lagian ya, Ram," kata Shiki, "Ampe botak juga orang-orang tau kalau gue ini lurus. Secara, gue kan―"

"Jomblo selama 17 tahun hidup Lo, paham?"

Rama benar. Shiki tertohok mendengar itu. Bukan masalah dia jomblo atau tidak sih. Karena selama ini juga ia tidak terlalu ambil pusing masalah cewek. Mungkin pubernya telat. Atau mungkin―

"Sori, waifu gue banyak," tandas Shiki sambil tersenyum bangga.

"Mati aja, Lo!"

***

"Dun," panggil Ara pada Redin yang tengah memakan buah dari kotak bekalnya. Ugh, semangka yang merah itu tampak enak di mata Ara. "Mau."

Oke, tujuan Ara berganti sejenak. Redin langsung menyodorkan kotak bekalnya pada cewek itu. Dan, diambilah sepotong semangka yang bijinya tampak keputihan itu. Manis, dingin, dan segar. Sampai-sampai―

"Tujuan awal Lo bukan minta semangka kan? Ples! Nama belakang gue itu Din! Bukan Dun," tukas Redin dengan tatapan sedikit sebal pada cewek yang punya nama semanis semangka itu tapi rasanya bak sambal goreng pedas yang bikin tenggorokan kering. Oke, itu gak penting.

Ara terkekeh. "Perhatian amat sama gue."

Ga tau diri, batin Redin.

Sugirai - Real IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang