8. Juri 🌷

48 3 0
                                    

Tak terasa pagi pun menjelang. Mentari pagi telah tersenyum. Suara gemuruh kendaraan bermotor telah terdengar petanda orang-orang mulai menjalankan aktivitasnya. Begitupun Mayra, saat ini ia tengah sibuk membantu mamanya membuat sarapan pagi. Menu hari ini berbeda dari biasanya, jika biasanya mayra hanya sarapan dengan sepotong roti dan segelas susu coklat kesukaannya. Kini ia sarapan dengan nasi goreng. Porsi yang sedikit lebih besar dari sarapan biasanya, tetapi jika mayra boleh memilih, ia lebih suka sarapan dengan roti karena baginya itu lebih praktis dan cukup buat sarapan.
Pagi ini mama Mayra memutuskan untuk memasak nasi goreng karena disana ada Dafi dan sahabatnya, bintang. mama Mayra tidak tahu bagaimana kebiasaan sarapan dari Bintang, jadi ia memutuskan memasak nasi goreng kesukaan putranya dan berharap Bintang juga menyukainya.

“Ma, tumben kita sarapan pake nasi?”

“Ya kan ada abangmu, kamu tau sendirikan kalau abangmu sarapan harus ada nasi, lagi pula kita juga ada tamu.mana mungkin Cuma kita kasih roti.”

“Haishh.. merepotkan. Kata Mayra menggerutu sambil cemberut.” sebenarnya dirinya agak malas jika pagi-pagi sudah bermain di dapur. Tapi karena mama Mayra membangunkannya untuk membantu memasak mau tidak mau Mayra harus bangun.

“Kalau masak itu yang ikhlas biar hasilnya enak, monyong aja.” Kata Dafi yang tiba-tiba datang bersama Bintang.

“Apaan sih bang, masih pagi juga.”

Melihat respon adiknya itu,Dafi hanya terkekeh. Kemudian selang beberapa lama akhirnya sarapan telah siap.

“Silahkan dinikmati nak bintang, maaf hanya bisa ngasih yang seperti ini.”

“Terima kasih tante. Ini lebih dari cukup kok tan. Saya makan ya.”

“Iya silahkan dimakan. Itu masakannya Mayra sendiri lho.”

“Yakin ini masakan Mayra? Bin, awas keracunan.” Kata Dafi menggoda adiknya.

“Dafi, udah jangan usilin adikmu terus.” Kata mama Mayra membela Mayra. Sedangkan Mayra membalas lelucon kakaknya dengan tatapan yang mematikan.

“Hehe.. iya ma.”

Akhirnya mereka menikmati makanan dengan tenang tanpa ada suara apapun yang keluar selain dentingan suara piring dan sendok. Tak selang beberapa lama, akhirnya mereka telah menyelesaikan sarapannya. Dafi memulai pembicaraan terlebih dahulu.

“Dek kamu nggak ada kuliah?”

“Ada, tapi nanti agak siangan dikit. Anterin ya?”

“Nggak bisa.”

“Kenapa? Dari pada abang nganggur di rumah mending abang nganterin aku kuliah.”

“Siapa bilang aku nganggur, bentar lagi abang mau ke kantor ada meeting.”

“Oke, Mayra naik motor ya?” pinta Mayra kepada abang dan mamanya.

“NO!!” kata Dafi dan mama secara bersamaan.
Memang sejak insiden Mayra jatuh dari motor dan menyebabkan kaki kanannya patah, mayra sudah tidak diizinkan untuk naik motor lagi.

“Terus Mayra naik apa dong?”

“Bareng Bintang mungkin? Kan kalian searah.” Kata Dafi spontan

Uhukk.. Bintang yang saat itu sedang minum tiba-tiba langsung tersedak gara-gara mendengar kata-kata Dafi. Melihat hal itu, Mayra tahu jika bintang enggan untuk berangkat bersama dengannya sehingga dengan cepat Mayra menolak.

“Mana bisa, kak Bintang kan harus berangkat pagi, ya kan kak? Tanya kepada Bintang.

“Maaf, bukannya saya nggak mau berangkat bersama Bintang, tapi hari ini ada kuliah pagi.”

Bintang Untuk MayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang