Seperti janjinya, Mayra menemui Bintang di Jewels Cafe, walaupun dengan terpaksa.
Saat ini Mayra sedang menunggu kedatangan Bintang. Mayra memilih duduk di bagian depan cafe. Cafe dengan dekorasi bohemian ini terasa begitu nyaman dan cocok untuk digunakan sebagai tempat berkumpul para pemuda. Jewels cafe dilengkapi dengan furniture berwarna-warni yang memberikan kesan instagramable
.
Cukup lama Mayra menunggu kedatangan Bintang. Mayra memakluminya, karena sebelumnya Bintang telah menghubungi Mayra bahwa dia akan sedikit terlambar karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Tidak masalah bagi Mayra karena ada wifi yang menemaninya. Ia memanfaatkannya untuk mendownload beberapa drama Korea yang sedang On Going.Kemudian selang beberapa lama, karena terlalu asyik Mayra menyelami dunia drakor, sampai ia tidak menyadari kedatangan Bintang.
"Assalamualaikum." Sapa Bintang sekaligus menyadarkan Mayra.
"Ah.. Waalaikumsalam." Jawab Mayra dengan kikuk.
"Serius sekali May."
"Hehe.. Nggak kok pak, hanya memanfaatkan fasilitas."
"Maaf ya, lama Menunggu. Soalnya ada beberapa hal yang harus saya selesaikan."
"Iya pak"
"Oh.. Iya tadi apa yang mau dibicarakan?"
"Begini pak, kan jurusan kita mau mengadakan event duta sejarah. Disini saya menawarkan bapak untuk menjadi juri. Apakah bapak bersedia?"
"Emm.. Bagaimana ya? Saya belum pernah menjadi juri untuk acara seperti itu, jadi saya belum terlalu faham tentang mekanisme penilaiannya."
"Bapak tidak usah khawatir, untuk mekanisme penilaiannya nanti diberikan dari panitia."
"Baiklah kalau begitu saya bersedia."
"Terima kasih pak." Kata Mayra dengan senyum gembira.
"Tapi kenapa harus saya? kan banyak dosen-dosen senior."
"Sebenarnya, yang menjadi juri itu pak Burhan. Tetapi kemarin beliau memberi kabar bahwa pada hari itu beliaunya ada study banding ke luar negeri. Tapi saya sama sekali nggak ada maksud untuk menjadikan bapak sebagai cadangan lho pak." Kata Mayra takut-takut kalau Bintang tersinggung.
"Haha.. Tidak masalah."
"Terima kasih banyak pak. Untuk mekanisme penilaiannya menyusul ya pak."
"Iya, nanti lebih lanjutnya kamu bisa kabari saya."
"Iya pak. Terima kasih."
"Sama sama. May sepertinya sudah sore, kamu sebaiknya pulang dulu, bahaya perempuan pulang malam-malam."
"Iya pak. Saya sudah memesan ojek online kok. Mungkin sebentar lagi abangnya datang."
"Memangnya kamu nggak dijemput bang Dafi?"
"Nggak pak, hari ini bang Dafi ada meeting."
"Begitu rupanya. Oh..iya salam untuk mama kamu May."
"Kenapa nitip salam ke saya pak? Bukannya bapak nanti juga bertemu mama pak?"
"Nggak. Nanti saya pulang ke rumah saya sendiri. Nggak enak kalau lama-lama nginep disana. Tadi saya sudah pamit ke Bang Dafi kok."
"Baiklah pak kalau begitu, saya permisi pulang dulu. Itu abang ojeknya udah sampai. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
Dalam perjalanan pulang, diam-diam Mayra merasa lega akhirnya dia bisa menetralkan detak jantungnya. Karena sejak dirinya berbincang-bincang dengan Bintang tadi, jantungnya berdebar begitu cepat. Apalagi ketika untuk pertama kali dirinya melihat Bintang tertawa. Uhh.. Jantungnya berdebar Lebih kencang lagi. Andai saja jantung ini buatan manusia, mungkin dia sudah rusak.
Dua puluh menit perjalanan dari Jewels Cafe sampai rumah Mayra. Seperti biasa, dirinya melepas alas kakinya di luar kemudian masuk rumah dengan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum."
"Ma?? Mama dimana?" Mayra mencari keberadaan mamanya.
"Mama di belakang nak." Kata mama Mayra dari arah belakang rumah.
"Mama ngapain disini? Tumben banget."
"Ciyee.. Yang habis ketemuan sama Bintang." Kata Dafi yang tiba-tiba menyela perbincangan Mayra dengan Mama.
"Apaan sih, bang. Sok tau deh." Kata Mayra mengelak.
"Alah.. Nggak usah jaim. Bintang sendiri kok yang bilang kalau dia mau ketemu sama kamu."
"Bener dek, kamu ketemu sama Bintang?"
"Iya ma."
"Ciyee.. Ngaku nih ye.." Kata Dafi yang masih mengolok Mayra.
"Apaan sih bang. Ciya ciye mulu tadi, orang aku ketemu pak Bintang emang ada urusan kuliah kok, Lagian cuma sebentar kok ."
"Jadi ketemuannya kurang lama ya? Aku bilang ke Bintang ah.." Kata Dafi sambil pura pura menelpon Bintang.
"Iihhh.. mama..!! Bang Dafi tuh, nyebelin." Kata Mayra dengan manja.
"Udah Dafi." Kata mama Mayra melerai keduanya. Karena dirinya merasa menang kemudian ia menjulurkan lidahnya ke arah Dafi.
"Dek, menurut kamu Bintang itu kayak gimana sih?"
"Biasa aja sih ma. Kenapa emang, tumben mama tanya kayak gitu."
"Nggak papa, mama cuma nanya aja. Kok menurut mama dia orangnya baik dan soleh. Cocok deh buat jadi suamu kamu kelak.
Blush
Tbc
See you next part. Jangan lupa vote dan , kritik sarannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Untuk Mayra
General FictionAnanda Shaqueena Humayra - gadis berusia 20 tahun, bertubuh tinggi semampai, berkulit bersih, pandai, dan penggila K-Pop dan K-Drama. Karena parasnya yang cantik itu membuat ia dikagumi oleh salah satu dosen di kampusnya. "Dia mengagumi aku? Mana m...