Happy Reading..Pak Bintang:
Ra, kamu tadi kenapa?
.
.
.
Bintang's POV
Sejak tadi, pesanku belum dibaca olehnya. Aku khawatir ketika melihat dia keluar dari toilet dengan matanya yang sembab. Baru kali ini aku melihat dia serapuh itu.Dari tadi aku hanya membuka dan menutup aplikasi pesan singkatku. Berharap ada balasan dari dia. Tapi nyatanya nihil, tidak ada satupun pesan balasan dari dia. Bahkan dia tidak membuka pesan dariku. Padahal aku benar-benar penasaran apa yang terjadi pada dia.
Saat ini aku sedang berada di Jewel cafe, aku baru saja bertemu dengan kawan lamaku. Sedari tadi aku hanya memandang jalanan yang dipenuhi oleh lalu lalang kendaraan bermotor. Tetapi pandanganku terganggu dengan dua gadis yang sedang beradu argumen. Sepertinya dua gadis itu sedang ada masalah besar.
Tapi tunggu! Sepertinya aku mengenal salah satu dari mereka. Ah.! Tidak. Bukan salah satu, tapi keduanya. Meraka adalah Mahasiswaku Mayra dan Fiqa. Apa yang terjadi dengan mereka, bukankah mereka sahabat baik. Tapi apa yang aku lihat sekarang justru berbeda. Karena rasa ingin tahuku lebih tinggi, aku pun berniat untuk menghampiri mereka berdua. Aku segera menuju ke meja kasir untuk membayar makanan dan minuman yang sudah aku habiskan sejak tadi. Namun, baru satu langkah kakiku berjalan tiba-tiba
Ciiiittttt....!!! Brukk..!!
Author's POV
Saat ini Mayra sedang berada di depan pintu gerbang Kampus. Dia sedang menunggu Fiqa danmeminta penjelasan kepadanya.Tak lama Mayra menunggu, akhirnya Fiqa datang. Namun saat Fiqa melihat keberadaan Mayra, Fiqa langsung menghindar dan mempercepat jalannya. Tak mau kehilangan kesempatan lagi, Mayra kemudian mengejar Fiqa.
"Fiqa berhenti!!" Kata Mayra, namun sang pemilik nama tak kunjung menghentikan langkahnya.
"Fiqa! Gue bilang berhenti!" Kata Mayra sekali lagi sambil menarik pergelangan Fiqa.
"Apasih lo? Gue gak kenal sama lo." Kata Fiqa kesal.
"Lo kenapa sih Fiq? Apa salah gue ?" Tanya Mayra kepada Fiqa. Namun, bukannya menjawab, Fiqa malah pergi meninggalkan Mayra.
"Fiqa!!!" Panggil Mayra sekali lagi dan kini Mayra berada di depan Fiqa untuk menghadang jalannya.
"Minggir!!" Kata Fiqa menahan rasa kesalnya.
"Gue nggak akan minggir sebelum lo kasih penjelasan apa salah gue. Kita ini sahabat Fiq, seharusnya kalau ada apa-apa lo bilang ke gue. Bukan diem kayak gini."
"Huh!! Lo bilang sahabat?? Minggir!!" Kata Fiqa.
"Nggak."
"Gue bilang minggir!" Kata Fiqa lagi dengan wajahnya yang memerah karrna menahan amarahnya. Karena Mayra masih enggan untuk pergi dari hadapan Fiqa, Fiqa kemudian mendorong Mayra hingga dia terjatuh.
Kemudian, setelah jalannya sudah tidak dihadang oleh Mayra. Fiqa kemudian menyebrang jalan raya untuk melanjutkan perjalanan pulang. Sedangkan Mayra, Dia belum juga menyerah untuk meminta penjelasan dari Fiqa. Akhirnya Mayra mengikuti Fiqa menyebrang jalan tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Namun tiba-tiba
Ciiiiiittt...!!! Brukk!!!
"Mayra!!!" Teriak Fiqa melihat sahabatnya sudah tergeletak bersimbah darah akibat tertabrak motor.
"Tolong..!! Tolong..!!!" Teriak Fiqa sambil tak henti meneteskan air mata.
"Fiqa!! Apa yang terjadi? Kenapa Mayra bisa seperti ini?" Tanya Bintang yang baru saja datang dengan wajahnya yang pucat karena mengkhawatirkan gadis yang tengah bersimbah darah itu.
"Tolong bantu Mayra pak, bawa dia ke rumah sakit pak. Tolong pak!" Kata Fiqa memohon kepada Bintang. Tidak menunggu lama, Bintang kemudian membopong Mayra dan membawanya ke dalam mobilnya.
"Ayo kamu ikut!" Perintah Bintang kepada Mayra.
Fiqa kemudian mengekor di belakang Bintang. Perasaan Fiqa saat ini campur aduk. Takut, menyesal, merasa bersalah, semua bercampur menjadi satu.
Setelah Fiqa dan Mayra sudah berada di dalam mobil Bintang. Ia kemudian segera menduduki kursi kemudi. Dia tidak ingin hal buruk terjadi pada Mayra, sehingga Bintang mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
Lima belas menit berselang, akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat. Bintang kembali membopong Mayra dan membawanya ke ruang IGD agar segera ditangani.
"Dokter tolong selamatkan teman saya dok. Saya mohon." Kata Bintang memohon kepada dokter yang akan menangani Mayra.
"Kami akan menanganinya sebaik mungkin. Sebaiknya bapak berdoa saja." Kata sang dokter.
Bintang hanya diam dan menuju ke tempat duduk. Di sana ia melihat Fiqa menangis tersedu-sedu bahkan sesekali dia memukul kepalanya. Bintang sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada mereka bedua. Apapun itu, Bintang hanya ingin Mayra selamat.
"Fiqa, sudahlah.. Yang terjadi tidak perlu disesali." Kata Bintang mencoba menenangkan Fiqa.
"Ini semua salah saya pak. Kalau saya bicara baik-baik dengan Mayra, ini tidak akan pernah terjadi." Kata Fiqa sambil terus menangis.
"Sudahlah. Saat ini bukan saatnya menyesali apa yang sudah terjadi. Sekarang lebih baik kamu berdoa agar Mayra selamat."
Fiqa hanya diam, yang ada di kepalanya saat ini adalah rasa penyesalan.
"Kamu sudah menghubungi ibunya?" Tanya Bintang yang hanya dijawan oleh Fiqa dengan gelengan lemah.
"Baiklah, saya akan menelfon ibunya."
Binang kemudian sedikit menjauh dari ruangan itu kemudian ia segera menghubungi ibunda Mayra.
"Assalamualaikum."
....
"Ini bintang tante. Bintang boleh minta nggak ?"
....
"Sekarang juga tante ke IGD rumah sakit Bakti Mulia ya tan. Nanti Bintang kirimin ojek online ke rumah. Maaf Bintang nggak bisa jemput kesana."
....
"Nanti tante akan tahu sendiri. Baiklah tan, Bintang tutup dulu telfonnya. Assalamualaikum."
Tepat setelah Bintang menutup panggilan dari ibunda Mayra, Dokter yang menangani Mayra baru saja keluar dari ruangan. Segera Bintang dan Fiqa bergerak menghampiri dokter dan menanyakan keadaan Mayra.
"Dok, bagaimana keadaan teman saya? Dia baik-baik saja kan? "
.
.
.
.
.Tbc
Maaf typo bertebaran. See you next part 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Untuk Mayra
General FictionAnanda Shaqueena Humayra - gadis berusia 20 tahun, bertubuh tinggi semampai, berkulit bersih, pandai, dan penggila K-Pop dan K-Drama. Karena parasnya yang cantik itu membuat ia dikagumi oleh salah satu dosen di kampusnya. "Dia mengagumi aku? Mana m...