"Bang, keluar yuk." Guanlin buka pintu kamar abangnya yang lagi sibuk sama hpnya. "Ngapain lagi sih yaela. Liat foto keset wc lagi?"
"Apa sih? Siapa?" Seongwoo meletakkan ponselnya di meja. "Mana mau dia sama gue. Dia kan udah liat gue diapain aja."
"Bang jangan mulai lagi."
"Iya tau. Gue cuma realistis. Dia bilang kangen juga pasti cuma karena kasian karena gue masalah kejiwaan begini." Seongwoo mengambil topi, kacamata dan maskernya. "Yuk. Mau kemana?"
"Pake begituan lagi? Ga usah lah. Lu cakep. Sekali-kali pamerin muka lu ke orang lain." Guanlin ngelepas topi dan masker abangnya, nyisain kacamata di wajah ganteng Seongwoo. "Nah gini kan cakep."
Guanlin senyum, mencium kening dan kedua pipi Seongwoo sebelum kembali menatap kakaknya.
"Kenapa?"
"Gue sayang elu bang. Lebih dari apapun. Kalo papa mama dimakan buaya dan lu digigit nyamuk, gue bakalan ngusir nyamuk lu duluan." Kata Guanlin.
"Wolah kualat kowe dek. Tak sumpahi kamu." Mama yang ngegendong Nyaong si kucing kampung berbaju gucci yang rajin grooming cuma bisa geleng-geleng kepala.
"Si mama masuk ga pake assalamualaikum coba." Guanlin ngomel, ngambil si Nyaong yang kayanya kekenyangan dari gendongan mama.
Kenapa Guanlin tau? Gampang. Nyaong cuma mau digendong kalo ngantuk sama kekenyangan. Apalagi kalo ngantuk karena kekenyangan. Wah saat yang tepat buat ngerasain punya peliharaan. Kalo normal mah.. mereka aja kadang lupa siapa yang majikan siapa yang hewan peliharaan.
"Mas, mau keluar? Sama siapa?" Tanya mama.
"Adek minta ditemenin. Gatau kemana." Seongwoo menoleh, berniat menatap cermin begitu sadar kalo cermin di kamarnya ditutup kain hitam.
Seongwoo benci melihat pantulan dirinya, amat sangat. Seongwoo benci sama dirinya sendiri. Kalo aja bunuh diri itu dibolehin dan ga akan nyakitin keluarganya, Seongwoo mungkin udah bunuh diri.
Tapi Seongwoo masih bisa bertahan, berjuang melawan pikiran negatifnya. Seongwoo sadar kalo agamanya melarang keras bunuh diri. Ditambah keluarganya pasti sedih bukan main kalo Seongwoo bunuh diri.
Seongwoo jadi inget kondisinya dulu, waktu dia ada di dasar keterpurukannya. Waktu Seongwoo sering coba bunuh diri. Seongwoo menderita, begitupun keluarganya.
Makanya sekarang Seongwoo berusaha sekuat mungkin buat bertahan. Paling ga demi keluarganya.
Ya. Keluarganya. Cuma mereka yang peduli Seongwoo.
"Mas?"
Seongwoo tersadar dari lamunannya, tersenyum lalu mengusap kepala Nyaong. "Ayo jalan. Mau kemana?"
"Belanja keperluan bulanan aja. Mau nitip tambahan ma?" Tanya Guanlin.
"Kan yang nulis daftar belanjaan mama." Ucap mama. "Kok begomu masih ga ilang sih dek? Sedih mama tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Romance, It's Bromance [Seongwoo-Guanlin]
FanfictionYep. Ini bukan cerita romance. Cuma cerita sebuah keluarga dimana si kakak sulung, Seongwoo, kesel punya adek tsundere nan posesif. Juga cerita si bontot yang ngebucin abangnya meski suka sok cuek. Dan cerita keduanya yang meski ganteng tapi kehidup...