8. Siap dihalalin?

7.8K 1.1K 93
                                    

"Lun, dapet salam tuh." Risa menaruh buku paket Sosiologinya di atas meja.

"Hah? Apa lo bilang?" tanya Luna seraya melepas satu earphone dari telinganya.

"Lo dapet salam dari Kak Bara," ujar Risa memperjelas.

Kening Luna mengernyit bingung. "Kak Bara? Yang mana tuh?" Luna mem-pause lagu yang didengarnya lalu fokus pada Risa.

"Itu loh, temen Kak Bayu yang gayanya slengean."

"Yang pake anting di telinga kayak cewek itu?" tanya Luna heboh. Risa mengangguk membenarkan.

"Ya ampun, ogah gue. Ya Allah."

Risa terkekeh pelan. "Heh, yang ada kalo orang salam tuh dibales. Minimal balesnya waalaikumussalam gitu."

"Tapi gue ogah kalo sama dia, ih! Dia tuh orangnya sok-sokan banget tauk. Hiih. Sok cakep."

Risa menggeleng pelan. "Yaudah sih. Gue cuma nyampein aja ke lo."

Luna mengetuk pelan mejanya menggunakan jemarinya. "Ris, lain kali lo acuhin aja tuh makhluk astral. Oke? Nggak mau tau gue," pintah Luna penuh penekanan.

"Emang Kak Bara kenapa sih? Segitunya lo kesal sama dia."

"Nggak papa. Cuma kesel aja liat gaya sok-sokannya dia. Berasa paling cakep apa di sekolahan. Noh, Kak Bayu yang cakepnya nggak ketolong bisa biasa aja."

"Hush hush. Pada ngomongin apa sih? Kayaknya seru amat." Kiara menyerahkan roti sandwich pada Luna dan Risa yang langsung diterima oleh keduanya dengan mata berbinar.

"Itu, si Luna dapet salam dari Kak Bara," jawab Risa sekenanya.

"Hah? Kak Bara? Yang mana tuh?"

"Yang kata Luna sok cakep itu."

Kiara menggaruk pelan kepalanya yang tertutup hijab. Otaknya yang lemot berusaha mengenali ciri-ciri 'sok cakep' yang disebut Risa.

"Yang mana sih? Otakku failed kalo ciri-ciri yang disebutin cuma 'sok cakep'."

Luna berdehem pelan. "Otak lo emang selalu failed kok. Nggak heran."

Kiara melotot ke arah Luna sementara Risa sudah terbahak mendengar ucapan ceplas ceplos dari Luna.

"Hahahh. Itu loh, Ra. Temennya Kak Bayu yang pake anting."

Kiara menjentikkan jemarinya. "Oh tau! Yang pinter itu kan, ya?"

Risa dan Luna saling tatap beberapa menit, lalu mengangkat bahu masing-masing tak mau tahu dengan spekulasi-spekulasi Kiara tentang sosok Bara.

Kalau kata Luna. Biarkan otak Kiara berkembang dengan sendirinya.

***

Adzan di mushollah sekolah mulai berkumandang, Kiara bersama Luna dan Risa pun bersiap-siap untuk melaksanakan salat dhuhur.

"Ra, mukenah lo mana?" tanya Risa saat melihat Kiara tidak memegang mukenah seperti biasanya.

"Lupa bawa," jawab Kiara singkat.

"Gak papa. Di ruangan kecil yang ada di mushollah kan ada mukenahnya tuh."

Cuma Ngefans, Kok! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang