Jangan lupa vote dan komennya❤️
.
.
.
Kiara berjalan dengan tergesa-gesa, hari ini merupakan jadwal piketnya untuk membersihkan kelas. Memang, di setiap kelas ada jadwal piket alias jadwal membersihkan kelas. Menurut para guru, itu cukup efektif agar kelas selalu terlihat bersih. Para guru tidak tahu saja, di balik setiap anggota yang telah disusun sedemikian rupa itu terdapat anggota yang selalu mager alias malas gerak. Paling hanya beberapa saja yang niat membersihkan, walau pun kadang niatnya pun masih setengah-setengah.Kiara mencengkeram tali tasnya dengan erat, pasalnya sudah setengah jam yang lalu Erna –yang merupakan salah satu anggota piket hari ini mulai membombardirnya dengan sms penuh penekanan. Lebay? Tidak juga. Kiara bahkan sampai menyempatkan diri untuk berpikir, jam berapa Erna ke sekolah? Jam tangan Kiara saja baru menunjukkan pukul tujuh lebih delapan belas menit.
WHAT?!
JAM TUJUH LEBIH DELAPAN BELAS MENIT?
Kiara mempercepat langkahnya, namun sialnya di tengah perjalanan menuju kelas, ia tak sengaja melihat Bayu dan teman-temannya tengah bermain basket di tengah lapangan.
Langkah Kiara terhenti karena memfokuskan pandangannya pada cowok-cowok yang tengah sibuk berlari saling mendribel bola. Senyum Kiara pun mengembang saat Bayu berhasil mengambil bola dari lawannya.
Ih, kak Bayu kok kece banget sih, ya Allah?
Kiara terus memperhatikan permainan bola basket yang semakin seru hingga ia lupa dengan tujuan awalnya. Siswa siswi yang baru datang pun tak ayal ikut bergabung di pinggir lapangan demi melihat keseruan yang terjadi di tengah lapangan. Teriakan-teriakan histeris bahkan mulai terdengar. Kiara yang terlampau serius bahkan sudah tidak begitu menyadari sesuatu yang tengah mendekat ke arahnya. Dan...
BUGH
Kiara terpental ke belakang. Ia jatuh terduduk dengan kedua tangan memegang wajahnya. Dalam hati, Kiara bergumam. Ada apa ini? Kenapa wajahku terasa kaku? penglihatanku bahkan menghitam.
Samar Kiara mendengar suara laki-laki dengan nada khawatir menanyakan keadaannya. Namun, saat ini ia tidak begitu peduli, karena yang ada di pikirannya hanyalah pertanyaan 'apa yang sedang terjadi?'. Tapi pertanyaan itu hanya sementara, karena tiba-tiba ia sudah tidak sadarkan diri. Suara-suara yang tadinya samar terdengar pun perlahan mulai menghilang.
***
Kiara membuka kedua matanya. Ia mengernyit pelan dan mengedarkan tatapannya ke sekeliling tempat di mana ia berada. Di sisinya ia melihat ada Luna dan juga Risa yang tengah duduk dengan raut wajah cemas.
"Ra...," panggil Luna dengan nada cemas. Tangannya yang senantiasa memegang lengan Kiara pun menepuk pelan untuk menyadarkan sahabatnya itu.
Kiara yang dipanggil hanya bisa bergumam pelan. Entah mengapa wajahnya masih terasa kaku dan menebal. Otaknya bahkan belum terlalu bisa mencerna kejadian yang beberapa menit lalu terjadi. Sebegitu kuatnya lemparan bola itu. Lemparan? Bola? Oh, dia baru ingat. Tadi pagi dia sedang menonton Bayu bermain basket bersama teman-temannya.
Wait...
Jadi... apa Kak Bayu yang melempar bola itu? ah, masa sih? Tidak mungkin. Pasti temannya.
"Ra! Hey! Otak lo nggak geser kan?" tanya Luna lagi.
Risa bahkan sudah menepuk pelan bahu Luna untuk menenangkan temannya itu. "Lun, jangan ditanyain dulu. Dia masih proses mencerna kata-kata lo tadi."
"Ebuset. Lama amat mikirnya. Jangan-jangan otaknya beneran geser lagi, Sa. Gimana dong?"
"Kalo bener gitu, Kak Bayu harus tanggung jawab," ujar Risa mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Ngefans, Kok! [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilPesan di shopee: Takispublishing . . . Ngefans sama senior. Ketua OSIS, alim lagi. Taaaapiiii orangnya cuek bebek plus dingiiiiiin banget! Ngefans sama dia tuh bisa bikin gregeeeeet! Kadang pengen nimpuk pake sendal yang ada di mushollah, tapi nggak...