Jangan lupa vote dan komennya🌹
.
.
.
Sejak insiden memalukan yang menimpa Kiara, ia jadi semakin ngefans sama Bayu. Loh? Hubungannya apa ya? Ya iya dong, siapa sih yang nggak ngefans sama cowok yang bertanggung jawab kayak Bayu? Nggak sengaja ngena bola, langsung dibopong ke UKS. Ya, meski bukan Bayu yang bopong, setidaknya dia yang ngasi interupsi sama anak-anak cewek buat bawa Kiara ke UKS. Habis itu, dia ngasi handsaplast pula. Alamak. Kedengarannya maksa banget ya? Biarin.Hari ini adalah mata pelajaran olahraga, lebih tepatnya olahraga volly. Dan Kiara benci pelajaran olahraga, kenapa? Karena ia sama sekali tak punya ahli dalam mata pelajaran itu. Ia hanya bisa jadi bahan bercandaan teman-temannya. Bahkan ia pernah hampir tenggelam saat mata pelajaran renang. Bagaimana tidak, Kiara dengan gaya batunya mana bisa sampai di garis finish.
Kiara terus merapalkan doa di dalam hatinya, semoga pak Arsen tidak masuk. Terserahlah alasannya mau apa. Mau ke acara nikahan kek, atau sepupunua gitu yang nikah, atau kalau pak Arsennya sendiri yang mau nikah juga tidak apa-apa.
Baru juga Kiara berdoa sambil terus menatap gerbang sekolah, inginnya sih pak Arsen tidak hadir. Tapi nasibnya kali ini sepertinya memang harus bertemu dengan guru single-nya itu. Oh, iya. Kiara lupa, dia masih single. Wajarlah ya kalau suka tebar pesona dengan murid-muridnya, makanya dia rajin banget datangnya.
"Yey! Pak Arsen dateng euy!" sorak Luna.
Kiara menatap malas ke arah Luna yang notabene minggu lalu telah mengukuhkan diri menjadi fans berat pak Arsen. Kiara bahkan sudah bersungut tidak senang saat melihat pak Arsen mulai melambai-lambai ke arah mereka, mengisyaratkan agar mereka mendekat ke arah lapangan.
"Woi, dipanggil sama Pak Arsen. Buruan!" teriak Luna tepat di pintu kelas. Sementara teman-temannya yang sedang asyik bergosip dan ber-game ria mulai merusuh. Ada yang baru mengganti baju, bahkan ada yang sempat-sempatnya memakai bedak, lotion dan parfum.
Kiara, Luna dan Risa berjalan duluan meninggalkan teman-temannya yang masih sibuk di kelas. Sesampainya di depan pak Arsen, Kiara meneliti gaya guru olah raganya itu. Hmm, cakep sih. Tapi cakepan kak Bayu lah. Begitu pikir Kiara.
Kiara tiba-tiba merasakan bahunya disenggol. "Ssst, Ra. Woi, Ra. Balik kanan coba," bisik Risa.
Kiara mengikuti instruksi Risa dan seketika itu juga matanya membulat. Tidak jauh dari lapangan basket tempat di mana Kiara dan teman-temannya berkumpul, ia melihat Bayu dan teman-temannya sedang berkumpul di depan kelas. Kelihatannya Bayu sedang sibuk menerangkan sesuatu yang entah apa. Teman-temannya juga terlihat antusias mendengarkan ucapan Bayu.
Duh, calon pemimpin banget deh.
"Kiara, sedang apa kamu?"
Kiara tersentak. Ia menatap gurunya yang juga tengah menatapnya penuh selidik.
"Eh, itu Pak–"
"Kenapa kamu nggak lari keliling lapangan?"
Kiara melirik ke samping kiri dan kanannya, dan benar saja. Baik Luna, Risa maupun teman-temannya yang lain menghilang. Matanya kemudian tak sengaja menangkap sosok Luna yang tengah melambai ke arahnya sambil setengah berlari mengelilingi lapangan.
"Umm, anu Pak... aku... ikutan lari dulu. Permisi."
Tanpa menunggu jawaban dari gurunya itu, Kiara segera berlari. Mengejar Luna dan Risa yang seenak jidatnya meninggalkan dirinya di saat ia sedang terpanah dengan sosok Bayu.
Ah, berbicara soal Bayu... Kiara kembali melirik-lirik ke arah kelas di mana Bayu berada. Dan ternyata, dia masih di sana, masih terlihat seperti menerangkan sesuatu, hanya bedanya teman-temannya yang lain kini tertawa.
Sedang apa sih mereka? Lagi stand up komedi kali ya?
Bunyi peluit membuat Kiara tersadar dan ikut bergabung dengan teman-temannya yang sudah membentuk dua barisan.
"Baik, hari ini kalian akan belajar servis bola ya. Di sini, kita cuma punya tiga bola. Jadi, Bapak harap kalian mau bergantian. Jangan rebutan. Kalian sudah paham kan cara servis bola?"
"Sudah, Pak!"
"Belum, Pak!"
Pak Arsen menghela napas pelan, pasalnya minggu lalu ia sudah mengajarkan bagaimana cara men-servis bola, bahkan ia sudah mempraktikkannya. "Ya sudah, nanti belajar lagi, ya. Ayo.. ayoo. Semuanya, siap-siap."
"Tapi, Pak. Kalo belajar mencintai Bapak boleh nggak?" tanya Siska dengan nada genit. Ucapannya itu bahkan sukses membuat teman-teman cowok berkor 'HUUUUU'. Sementara Siska sudah memberenggut sebal.
"Sudah, sudah. Ayo. Sesuai urutan absen ya. Bapak nanti sebut satu-satu."
"Iyaa, Paaak."
"Oke, Yang pertama. Yusuf Muhammad, Gilang Permana, dan Luna Yuanda."
Ketiganya memegang masih-masing bola voli yang ada di hadapannya lalu bersiap-siap untuk mengambil ancang-ancang memukul bola. Setelah mendengar bunyi peluit pak Arsen, ketiganya pun bersama-sama memukul bola itu. Semua siswa pun bertepuk tangan saat Yusuf, Gilang dan Luna berhasil melakukan servis dengan sangat baik, bahkan pak Arsen juga ikut bertepuk tangan.
"Bagus," ujar pak Arsen seraya menuliskan nilai untuk Yusuf, Gilang dan Luna pada selembar kertas.
Melihat pak Arsen yang menuliskan nilai dengan hikmat, membuat Kiara menelan salivanya dengan susah payah, seketika tubuhnya mendadak panas dingin, bagaimana kalau ia salah? Bagaimana kalau nilainya jadi jelek? Arghh! Kenapa sih harus ada mata pelajaran olah raga?
"Baik. Selanjutnya. Cleo Putri, Putra Asnanda, dan Tanti Husnul."
"Tanti lagi sakit, Pak," ucap Karan sebagai ketua kelas. Pak Arsen manut-manut, lalu kembali melirik ke arah absensi.
"Kalau begitu, Tanti diganti sama... Kiara Ferinda. Ayoo, cepat."
Kiara meremas pelan kedua tangannya karena tiba-tiba ia merasa gugup. Bahkan melihat bolanya saja sudah membuat kepala Kiara tiba-tiba migrain.
Ya Allah, gimana ini?
"Ayo, pegang bolanya. Kalian baru boleh memukul bolanya saat peluit berbunyi. Paham?"
Ketiganya mengangguk pelan. Tangan Kiara bahkan sudah mendingin, dan tiba-tiba ia merasa ingin buang air kecil.
Ya Allah, pipisnya jangan dulu. Ini belum bunyi peluitnya.
Priiit!
Kiara memukul bolanya sambil menutup kedua mata. Semuanya ia serahkan pada Allah. Mau bolanya melewati net atau tidak... terserah. Yang penting ia sudah menyelesaikan tugasnya sebagai siswa teladan.
Namun saat Kiara membuka mata, ia justru melihat adegan di mana semua orang menatapnya terkejut.
Kenapa? Kenapa? Apa bolanya melewati net?
Kiara pun menatap Luna dan Risa secara bergantian, dan keduanya pun mengangkat dagu ke arah yang berlawanan dengan arah net. Kiara pun membalikkan tubuhnya, mengikuti arah yang ditunjuk oleh sahabatnya itu. Dan betapa malu dan terkejutnya ia saat dari jauh melihat Bayu yang tengah mengusap kepalanya sambil memungut bola yang sudah dipastikan telah mendarat dengan mulus di kepalanya.
"Mampus lo, Ra," gumam Luna dan Risa bersamaan.
Setelah memungut bola itu, Bayu berjalan mendekati lapangan. Tubuh Kiara semakin menegang. Ya ampun, cobaan apa ini?
Kiara menahan napasnya saat Bayu tiba-tiba berdiri tepat di hadapannya. Bayu pun menyerahkan bola itu pada Kiara yang langsung diterima Kiara dengan tangan gemetar. Setelah menyerahkannya, Bayu pun berlalu. Namun, sebelum ia benar-benar berlalu, Bayu bergumam pelan.
"Kamu balas dendam sama saya?"
***
Walau pun ini tahap revisi, aku tetep minta bantuan temen-temen apabila ada yang perlu diedit lagi, ya. Typo misalnya.
Thankyou❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/133762379-288-k659290.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Ngefans, Kok! [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilPesan di shopee: Takispublishing . . . Ngefans sama senior. Ketua OSIS, alim lagi. Taaaapiiii orangnya cuek bebek plus dingiiiiiin banget! Ngefans sama dia tuh bisa bikin gregeeeeet! Kadang pengen nimpuk pake sendal yang ada di mushollah, tapi nggak...