Al’s PoV
“AL! TOLONG SEMBUNYIKAN AKU!” teriak Niall tepat saat aku melamun
“Sembunyi? Dari polisi yang mengejarmu, right?” tanyaku sebelum menyembunyikannya
“Ya babe, tolonglah aku”
Apakah aku harus menyembunyikannya?
Atau aku harus mengaku pada polisi tentang keberadaan Niall saat ini?
Rasa kebenaran tertutup oleh rasa cinta
“Baik, akan aku sembunyikan” ucapku lembut dan mulai menyembunyikannya
**
“Evening Ms, apa kau melihat orang ini?”
Ya, sekumpulan polisi datang mengerubungi aku saat ini
Polisi itu menunjukkan secarik kertas dengan tulisan WANTED diatasnya dan foto Niall di bawahnya.
“Maaf sir, tapi saya bukan asli orang sini” jawabku lembut
“Oh baiklah, maaf kami menganggu anda. Have a nice day”
Perlahan kerumunan polisi itu menjauh dan aku berbisik kencang kearah Niall
“Makasih sayang” dia memelukku erat
“Niall”
“Ya?” Niall masih asyik memainkan rambutku
“Kenapa kamu ga nyerahin diri aja ke polisi?”
“Kamu ini gimana sih, nanti kita gabisa bareng-bareng lagi dong” jawabnya kecewa
--
“Iya sih, tapi kan kamu emang bersalah. Aku janji kok bakal nungguin kamu selalu”
“Tapi aku gamau Al, aku gamau nyerahin diri ke polisi. Itu sama aja ngebuat hati aku sakit”
“Aku setia kok Ni, aku bakal selalu nungguin kamu—“
Ucapanku terpotong ketika ia memelukku erat sekali
“Jangan pernah ngomong kayak gitu lagi, karena sampai kapanpun aku ga akan pernah nyerahin diri ke polisi” ucapnya mengelus rambutku
“Aku mencintaimu” lanjutnya dan mengecup keningku
**
Disinilah aku dan Niall, di rumah yang kami berdua sewa untuk beberapa tahun ke depan. Apalagi saat tau Niall tersangkut masalah kepolisian, aku mungkin akan pindah
“Babe? Kau mau jus?” tawarku pada Niall yang sedang asyik menonton televisi
“Oh jus? Aku mau dong”
“Nih” aku menyodorkan segelas jus kepadanya
Dan aku duduk disebelahnya
“Al?”
“Ya, Ni?”
“Aku ini kan buronan. Pasti kalau aku ga nyerahin diri ke polisi, satu-satu nya jalan adalah terpaksa. Ada yang sampai ditembak, dilumpuhkan, ya begitulah”
Jujur, aku langsung terisak
“Aku juga gatau gimana nasib masa depan kita. Tapi yang terpenting, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Hanya berdua”
“Aku juga, Al. Ingin terus bersamamu, selamanya” dia kembali memelukku
Aku hanya bisa menangis dipelukannya, ya hanya menangis