Vicka’s PoV
“Kamu tumben banget ngajakkin aku pergi keluar malam begini?”
“Sebenernya ada yang pengen aku omonginn sama kamu, Vic”
Oke, firasatku sudah berbicara yang aneh-aneh saat ini
“Oh, kenapa Asa?”
“Jadi gini—“ dia mulai menggenggam erat kedua tanganku
“Gini kenapa?” tanyaku semakin keheranan
“Kamu ingin terus sama aku, kan?”
“Iya lah Asa, siapa yang gamau sama kamu?” tanyaku balik dengan nada meledek
“Ah kamu ini. Kamu pengen ngebangun keluarga bareng aku kan?”
“Pasti Asa. Emangnya ada apaan sih?” oke, otakku semakin berputar kali ini
“Aku harus ke London—babe” ucapnya sangat melembut kali ini
“London? Itu kan jauh, babe. Kamu ngapain kesana?” tanyaku
Dia diam sejenak
“Asa, jawab aku”
“Aku harus sekolah di London”
“Kau jahat, Asa. Kau sangat jahat padaku” bentakku
“Tapi keputusanku sudah bulat, Vick. Untuk masa depanku, masa depan kita” Asa menggenggam erat tanganku
“Tapi kan kita bisa membangun masa depan disini bareng-bareng? Kenapa harus kamu ninggalin aku? Kita baru aja ngerasain kebahagiaan berdua, dan kamu udah mau pergi aja” jelasku bertubi-tubi
“Vicka, dengerin aku dulu” Asa memberhentikan mobilnya di pinggir jalan dan menghadap kearahku
Aku hanya melihatnya
“Aku janji, aku bakal kembali ke kamu. Kamu kok kayak ga percaya gitu sih sama aku?”
“Aku bukannya ga percaya, tapi—“
Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, aku sudah merasakan hangatnya pelukan Asa. Dan aku tak bisa berkutik lagi
“Percaya sama aku?” tanyanya lagi
“Aku masih meragukanmu, Asa”
If I could change the world overnight
There’d be no such thing as goodbye
You’ll be standing right where you were
And we’d get the chance we deserve
Dia sangat lembut menyanyikan lagu itu.
“Masih tak percaya?”
“Oke, aku percaya kali ini”
Dia kembali memelukku erat sekali
**
“Asa?”
“Yep?”
“Kalau kau pergi, aku sama siapa? Kau tau sendiri kan, aku sudah tak punya siapa-siapa lagi” keluhku
“Tenanglah, ada ibuku yang selalu menjagamu. Jadi kamu jangan takut”
“Masalah hubungan?”
“Kuserahkan padamu” jawabnya tersenyum
“Entahlah Asa, bagaimana denganmu?” tanyaku balik
“Aku—aku tak tahu, Vick”
“Ayolah Asa, jangan biarkan aku seperti ini terus” keluhku